Krisis Pangan Nyata, Anak-Anak Negara Asia Ini Kelaparan
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Pangan telah menjadi pusat krisis ekonomi di Sri Lanka. Pendapatan menyusut dan harga pangan melonjak membuat banyak keluarga terpaksa melewatkan waktu makan dan kelaparan.
Akibatnya, kini makin banyak anak-anak yang lebih sering sakit. Seorang dokter di wilayah desa Nitisha mengatakan melihat lebih banyak pasien yang lebih muda yang tidak cukup makan akibat krisis negara tersebut.
"Efek kekurangan gizi membutuhkan waktu untuk terlihat," menurut seorang dokter yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengutip BBC, Kamis (8/12/2022).
"Saat ini sebagian besar anak kurang makan menggunakan cadangan yang tersimpan dalam tubuh, tetapi kekurangan gizi yang berkelanjutan akan berdampak jangka panjang."
Salah satunya adalah Nitisha. Bocah tiga tahun itu kehilangan berat badan dan mengeluh sakit kaki dan lemas. Diagnosis dokter jelas, ia kurang makan dan kurang gizi. Namun makanan sehat sebagai perawatan yang disarankan sulit didapat oleh keluarganya.
Seperti banyak orang di Sri Lanka, keluarga dari desa perkebunan teh di Hanthana, di tengah negara ini, mengalami keruntuhan keuangan.
"Kami makan dua kali sehari dan menunya sama - nasi dengan kentang atau lentil. Kami tidak mampu membeli yang lain," kata Harshini, ibu Nitisha. Selama berminggu-minggu, keluarga tersebut tidak memiliki susu atau telur, tambahnya.
Anak perempuan Harshini yang lebih muda, baru berumur satu bulan, juga lahir dengan berat badan kurang. Bayi kekurangan tiroksin, hormon pertumbuhan utama. Anak itu bergabung dengan daftar bayi yang lahir dengan berat lahir rendah. Ini dampak langsung dari menipisnya nutrisi kehamilan.
Hal yang sama juga terjadi pada anak-anak lain. Anoma Sriyangi Dharmawardhane, Wakil Kepala Sekolah Horawala Maha Vidyalaya di Mathugama di Sri Lanka Selatan, mengatakan anak-anak didiknya berangkat ke sekolah tanpa sarapan.
"Sebagian besar dari anak-anak ini, dari kelas dasar, datang ke sekolah tanpa makan apapun. Setiap hari, sedikitnya 20-25 anak pingsan saat rapat sekolah tiga sampai empat bulan lalu," katanya.
Sekolah mulai menawarkan bubur dan program makan tengah hari dengan dukungan orang tua yang secara sukarela memasak. Program ini bergantung pada sumbangan.
Dapur umum dan pembagian makanan seperti ini memang membantu mengisi kekosongan di beberapa bagian Sri Lanka, tetapi masih banyak anak yang kelaparan.
"Setidaknya 20 persen anak tidak sarapan dan pergi ke sekolah [dengan] perut kosong," menurut S Visvalingam, Presiden Food First Information & Action Network (FIAN), Sri Lanka, menambahkan organisasinya telah menyelenggarakan program sembako untuk anak-anak sekolah dasar dan menengah selama 6 bulan terakhir.
Setelah awalnya menyangkalnya, pejabat pemerintah Sri Lanka mengakui krisis malnutrisi akut yang terus meningkat.
Data terbaru dari Biro Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan menunjukkan stunting, tinggi badan rendah menurut usia, kurus dan berat badan rendah menurut tinggi badan pada anak-anak telah meningkat secara signifikan dalam satu tahun terakhir.
Pada Oktober, pemerintah mengatakan akan menggandakan inisiatifnya untuk membagikan makan siang gratis di sekolah dan membagikan suplemen untuk balita. UNICEF sendiri memperkirakan sekitar 56.000 anak di negara ini menderita kekurangan gizi akut yang parah.
Sekitar sepertiga rumah tangga di Sri Lanka juga tidak memiliki sumber makanan yang aman dan hampir 70 persen mengurangi ukuran makanan, menurut angka Program Pangan Dunia (WFP) terbaru.(sumber: cnbcindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net