search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Sri Mulyani: Inklusi Keuangan di ASEAN Masih Sangat Timpang!
Rabu, 29 Maret 2023, 15:16 WITA Follow
image

beritabali.com/cnbcindonesia.com/Sri Mulyani: Inklusi Keuangan di ASEAN Masih Sangat Timpang!

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, indeks inklusi keuangan di negara-negara ASEAN masih sangat timpang atau memiliki kesenjangan yang sangat besar.

Hal tersebut disampaikan Sri Mulyani dalam High Level Dialogue (Seminar) on Promoting Digital Financial Inclusion and Literacy for MSMEs di Nusa Dua Bali Convention Center, Bali, Rabu (29/3/2023).

Sri Mulyani menjelaskan, masih terdapat disparitas yang sangat lebar dalam indeks inklusi keuangan para negara-negara di ASEAN.

"Beberapa negara ASEAN masih memiliki indeks inklusi finansial yang rendah, yang secara relatif menunjukkan adanya kesenjangan besar antar negara dalam kawasan," jelas Sri Mulyani merujuk data Global Financial Index 2021 yang dirilis oleh Bank Dunia.

Menurut data Bank Dunia pada 2021, masih ada perbedaan yang mencolok pada indeks inklusi keuangan diantara anggota negara ASEAN.

Indeks inklusi terendah tercatat berada di level 33 persen, sedangkan level tertinggi pada kisaran 90 persen. Adapun rata-rata indeks inklusi keuangan di ASEAN sebesar 41 persen.

Berdasarkan data The Global Financial Index, Kamboja dan Laos memiliki indeks inklusi keuangan terendah, masing-masing 33,39 persen dan 37,32 persen. Sementara Filipina inklusi keuangannya mencapai 51,37 persen.

Sedangkan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand memiliki indeks inklusi keuangan tertinggi. Malaysia 88,37 persen, Singapura 97,55 persen, Thailand 95,58 persen.

Adapun indeks inklusi keuangan Indonesia, menurut data Global Financial Index 2021 mencapai 51,76 persen. Kendati demikian, data terbaru Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang dirilis pada 2022, indeks literasi keuangan Indonesia telah mencapai 82,5 persen.

Masyarakat yang belum memiliki akses layanan keuangan alias ekslusi keuangan, menurut Sri Mulyani menjadi faktor kritis bagi ekonomi di kawasan ASEAN.

Eksklusi keuangan dapat diartikan disaat seseorang kesulitan dalam mengakses dan atau menggunakan layanan jasa keuangan.

Oleh karena itu, kata Sri Mulyani sebuah komite yang berfokus dalam meningkatkan inklusi keuangan atu Working Committee on Financial Inclusion (WF-FINC), ASEAN ditargetkan bisa menurunkan tingkat eklusi keuangan dari 44 persen menjadi 30 persen.

Sementara, secara rata-rata tingkat eksklusi keuangan di ASEAN saat ini sebesar 22,62 persen. Memang, angka ini telah melampaui target di bawah 30 persen.

Namun Sri Mulyani mengingatkan untuk tidak berpuas diri. Pasalnya, ASEAN sebenarnya masih memiliki lebih banyak ruang untuk tumbuh dan maju.

"Dengan begitu, fasilitas-fasilitas inklusi keuangan bisa dibangun secara optimal. Ini tentunya akan meningkatkan kesiapan dalam infrastruktur yang perlu dibangun," jelas Sri Mulyani.(sumber: cnbcindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami