search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Gara-Gara Ini, Banyak Warga Arab Pilih Jadi Ateis
Senin, 10 Juli 2023, 00:25 WITA Follow
image

beritabali.com/cnbcindonesia.com/Gara-Gara Ini, Banyak Warga Arab Pilih Jadi Ateis

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Sejumlah warga Arab dikabarkan memilih jadi ateis. Fenomena tidak percaya dengan Tuhan tersebut telah berlangsung 10 tahun terakhir.

Bahkan jumlah masyarakat yang memilih jadi ateis terus bertambah. Berdasarkan survei BBC Internasional, presentasenya dari 8 persen pada 2013 menjadi 13 persen tahun 2019.

Pada 2020 dalam riset Iranian's Attitudes Towards Religion (2020) dari 40.000 responden, terdapat 47 persen yang memilih menjadi ateis dari yang sebelumnya beragama.

Turki yang merupakan negara dengan 99 persen muslim juga mengalami peningkatan jumlah ateis dalam 10 tahun. Laporan lembaga survei Konda tahun 2019, masyarakat Turki yang menganut Islam turun dari 55 persen menjadi 51 persen.

Fenomena tersebut juga terlihat di Mesir. Yakni terdapat 10,7 juta dari 87 juta penduduk mengaku menjadi ateis, dikutip dari Deutsche Welle.

Hannah Wallace dalam artikel Men Without God: The Rise of Atheism in Saudi Arabia menuliskan alasan adanya perpindahan agama karena sikap politik pemerintah yang menggunakan agama. Ini membuat penduduk kritis menolak langkah tersebut dan menganggapnya sebagai politisasi. Alasan lain adalah akses serta interaksi kelompok serupa di internet.

Di Turki juga mengalami hal serupa, saat kepemimpinan Erdogan dianggap menggeser konsep sekularisme Turki. Ajaran itu sebelumnya diajarkan oleh Mustafa Kemal Ataturk.

Sementara itu Tamer Fouad yang merupakan koresponden hubungan internasional Guardian mengungkapkan dua alasan penyebab peningkatan ateisme di negara Arab. Salah satunya terkait pandangan negatif pada agama dari pemberitaan buruk seperti penghancuran mesjid, pembakaran gereja hingga aksi kekerasan lain atas nama agama.

Alasan lain adalah pemimpin partai dan tokoh Islam dianggap gagal setelah pasca Arab spring atau Musim Semi Arab. Itu adalah upaya untuk menghadirkan demokrasi dan perbaikan ekonomi.(sumber: cnbcindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami