search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Ciptakan Digital Stetoskop, Siswa Asal Jembrana Raih Medali Emas di Jepang
Senin, 17 Juli 2023, 16:11 WITA Follow
image

beritabali/ist/Ciptakan Digital Stetoskop, Siswa Asal Jembrana Raih Medali Emas di Jepang.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, JEMBRANA.

I Putu Agus Restu Astika Putra, seorang siswa dari SMA Negeri 2 Negara yang bercita-cita menjadi dokter, berhasil menciptakan software digital stetoskop yang meraih medali emas dalam ajang Japan Design and Invention Expo 2023 (JDIE) di Tokyo pada tanggal 8 Juli 2023.

Setelah kembali dari Jepang dan diwawancarai di sekolahnya pada hari Senin (17/7), Restu mengucapkan rasa syukurnya atas prestasi yang telah diraihnya. Meskipun ia mencapainya secara mandiri, Restu mengakui bahwa prestasinya tidak terlepas dari dukungan sekolah, guru pembimbing, dan pemerintah daerah.

Restu menjelaskan bahwa ide pembuatan aplikasi digital stetoskop ini bertujuan untuk mempermudah proses pembelajaran di fakultas kedokteran, terutama dalam praktik yang mengharuskan mahasiswa kedokteran untuk mendiagnosa penyakit melalui stetoskop.

"Dalam fakultas kedokteran, saya menemukan bahwa untuk mendengarkan suara jantung dan paru-paru, biasanya menggunakan stetoskop konvensional. Dosen dan mahasiswa harus saling bergantian mendengarkan suara jantung yang normal atau bermasalah, menurut saya, hal ini tidak efisien. Dengan menggunakan digital stetoskop, kita dapat merekam suara tersebut sekali dan bisa didengarkan oleh seluruh mahasiswa," ungkap Restu ketika ditemui di sekolahnya.

Dengan meraih medali emas ini, siswa kelas XII SMA Negeri 2 Negara ini bersemangat untuk terus mengembangkan aplikasi ciptaannya. Dengan bimbingan dan bantuan dari tim, ia yakin aplikasi ini dapat berguna di bidang kesehatan.

"Rencananya, saya akan terus mengembangkan aplikasi ini bersama dengan pelatih dan tim, untuk dapat menyediakan diagram grafik kondisi jantung yang akan mempermudah proses diagnosa," ujar Restu.

Ia juga menceritakan bahwa ini adalah partisipasinya yang kedua dalam ajang internasional. Informasi tentang Japan Design and Invention Expo 2023 didapatkannya dari pelatih yang sebelumnya juga membimbingnya dalam kompetisi di Cina.

"Saya mengikuti Japan Design and Invention Expo 2023 karena pelatih saya menghubungi saya untuk mengikuti kompetisi ini, mengingat saya telah berpartisipasi dalam kompetisi di Cina pada tahun 2019. Saya ditanya apakah saya mau mengikuti lagi," kata Restu.

Restu menjelaskan bahwa partisipasinya dalam kompetisi ini berdasarkan kemauannya sendiri. Selain itu, ia juga melewati proses seleksi sebelum akhirnya berhasil terbang ke Jepang. Selama proses tersebut, ia mendapat pendampingan dari pihak sekolahnya.

"Karena ini merupakan kompetisi mandiri, inisiatif saya sendiri untuk mengikuti kompetisi ini. Pelatih saya memberikan ide untuk membuat aplikasi ini, dan saya juga berdiskusi dengan guru pembimbing. Sebelum berangkat ke Jepang, aplikasi ini juga melewati kurasi oleh panitia di Indonesia," jelasnya.

Setelah memenuhi persyaratan untuk mengikuti kompetisi di Jepang, Restu segera berkoordinasi dengan pihak sekolahnya. Sekolah sangat mendukung keikutsertaan siswanya dalam kompetisi internasional dan merasa bangga akan prestasi yang diraihnya.

"Setelah dinyatakan lolos, saya berkoordinasi dengan guru pembimbing dan kepala sekolah. Pihak sekolah berupaya mengganti biaya tiket, dan sebelum berangkat, para guru memberikan uang saku secara langsung," kata Restu.

Restu menyebutkan bahwa tidak ada kendala berarti yang ia hadapi selama berada di Jepang. Ia telah mempersiapkan segala sesuatunya jauh-jauh hari, termasuk tiket pesawat, akomodasi, dan transportasi yang dibutuhkannya selama di sana.

"Setelah lolos seleksi, saya dan orang tua mencari tiket pesawat dan hotel, memilih hotel yang lebih terjangkau untuk menghemat anggaran. Saya juga mempelajari rute kereta yang harus saya naiki. Jadi, sudah dari jauh-jauh hari saya membaca mengenai jalur kereta tersebut," jelasnya.

Selain itu, Restu juga menjelaskan bahwa ia sengaja menunda kepulangannya setelah kompetisi untuk mendapatkan tiket pesawat dengan harga lebih murah (promo). Ia memutuskan untuk menginap di Jepang sambil menunggu jadwal keberangkatan pesawat pulang ke Bali.

"Pada awalnya, saya berencana untuk pulang setelah lomba pada tanggal 9, tetapi karena ada tiket promo pada tanggal 11 yang lebih ekonomis, saya memutuskan untuk pulang pada tanggal tersebut. Untuk tanggal 9 dan 10, saya memilih untuk menginap di sana, dan hotel tersebut telah saya siapkan sejak lama," tutur Restu.

Pada hari terakhir, Restu memutuskan untuk menginap bersama dengan tim dari Universitas Warmadewa yang juga berpartisipasi dalam kompetisi yang sama. Mereka kemudian pulang bersama-sama ke Bali.

"Kebetulan, tim dari Universitas Warmadewa memiliki jadwal pulang yang sama. Saya diajak untuk menginap bersama mereka, dan akomodasi serta transportasi juga dibantu oleh tim Warmadewa," ungkapnya.

Restu mengungkapkan bahwa pada awalnya, ia nekat mengikuti kompetisi ini dengan menggunakan dana pribadinya. Namun, karena adanya dukungan dari sekolah dan Pemerintah Daerah, kepercayaan dirinya dalam mengikuti kompetisi meningkat.

"Pada awalnya, saya merasa nekat untuk pergi ke Jepang karena keterbatasan biaya. Namun, ada dukungan dari pihak sekolah dan pemerintah daerah dalam menyediakan sponsor. Hal ini meningkatkan keyakinan saya dalam mengikuti kompetisi ini dengan sepenuh hati," tandasnya.

Editor: Robby

Reporter: bbn/jbr



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami