search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Rumah di Pedesaan Jepang Banyak Dibeli WN Asing
Selasa, 20 Februari 2024, 08:42 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Rumah di Pedesaan Jepang Banyak Dibeli WN Asing

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Warga Jepang ramai-ramai menjual rumah mereka yang ada di pedesaan ke orang asing karena terbengkalai atau kosong.

Penjualan rumah kosong itu terjadi saat Jepang mengalami penurunan jumlah penduduk di usia produktif. Penurunan ini kemungkinan jadi salah satu dampaknya karena 'resesi seks.'

Rumah terbengkalai di Jepang meningkat belakangan ini karena populasi usia produktif menurun.

Rumah pedesaan itu biasanya dilengkapi tikar tatami dan ornamen khas budaya tradisional Jepang.

Salah satu warga asing yang membeli rumah tua di Jepang adalah Lee Xian Jie. Perempuan ini merupakan warga Singapura yang menjalankan bisnis di Jepang.

Dia membeli hunian di Ryujin Prefektur Wakayama pada 2022. Lee juga mempelajari budaya Jepang sebelum akhirnya pindah ke daerah itu.

Rumah yang telah dibeli Lee, rencananya akan direnovasi untuk menjadi wisma. Pejabat daerah juga turut mensubsidi relokasi Lee.

"Kami berharap dia akan memimpin revitalisasi daerah tersebut," kata pejabat itu, dikutip Nikkei Asia.

Begitu banyak rumah terbengkalai di Jepang, warga Amerika Parker J Allen dan Matt Ketchum sampai-sampai mendirikan Akiya & Inika atau rumah kosong dan pedesaan.

Mereka menjadi semacam perantara bagi pembeli yang ingin mencari rumah tua di pedesaan Jepang.

Pada 2022, Akiya & Inika menerima sekitar 40 pertanyaan soal pembelian rumah. Angka ini naik lima kali lipat dibanding saat 2020, atau ketika pandemi Covid-19.

Rumah terbengkalai di Jepang meningkat belakangan ini karena populasi usia produktif menurun dan kelompok lanjut usia meningkat.

Penurunan populasi di Jepang dalam lima tahun belakangan ini disebabkan karena fenomena resesi seks. Studi terbaru menunjukkan bahwa dua dari tiga pasangan menikah Jepang di kota-kota besar jarang sekali bahkan tidak melakukan hubungan seks, seperti dikutip dari Nippon.

Jajak pendapat dari biro desain web dan periklanan internet Raison d'Etre menunjukkan 43,9 persen responden yang menikah jarang melakukan hubungan seksual.

Sebanyak 24,3 persen pasangan menikah hampir tidak pernah berhubungan seksual.

"Dengan demikian total 68,2 responden melakukan sedikit atau bahkan tak melakukan hubungan seksual sama sekali," demikian survei lembaga itu.

Survei tersebut dilakukan terhadap 4.000 orang yang menikah. Usia mereka sekitar 20-an hingga 40-an, dengan masing-masing kelompok usia 500 responden.

Berdasarkan usia dan gender, 51 persen perempuan yang menikah di usia 20-an tak berminat berhubungan seksual atau hampir tak ingin berhubungan seksual.

Semakin banyak rumah kosong di Jepang

Sementara itu, menurut survei Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang terdapat 8,49 juta rumah kosong di negara Asia Timur itu pada 2018.

Jumlah tersebut naik 1,5 kali lipat dari 1998.

Laporan itu juga menemukan 13,6 persen dari 62,42 juta rumah tak dihuni. Mayoritas rumah-rumah itu berada di Prefektur Wakayama, Tokushima, Kagoshima, dan Kochi.

Nomura Research Institute memperkirakan jumlah rumah kosong di Jepang akan mencapai 23,03 juta unit atau 31,5 persen dari seluruh rumah pada 2038.

Dengan kata lain, sekitar satu dari tiga rumah di Jepang pada akhirnya akan kosong.

Pemerintah daerah sebetulnya khawatir dengan peningkatan jumlah rumah terbengkalai di wilayahnya. Mereka menganggap terlalu banyak rumah kosong membebani upaya revitalisasi daerah.(sumber: cnnindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami