Palestina Buka Suara Soal Permintaan Israel Urus Pengungsi di Rafah
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Al-Shun buka suara soal Israel yang disebut meminta bantuan Otoritas Palestina bantu urus penyeberangan pengungsi di Rafah.
Ia menyatakan bahwa Palestina tidak akan menggubris permintaan Israel tersebut.
"Anda tahu, mereka (Israel) menyerukan mereka untuk mengungsi, memaksa mereka untuk pergi, tidak hanya Rafah, mereka mulai dari utara Gaza dan setelah itu ke tengah, sekarang di selatan, jadi selangkah demi selangkah," ujar Al-Shun saat ditanya awak media pada acara peringatan 76 tahun peristiwa Nakba di Kedutaan Besar Palestina, Rabu (15/5).
"Israel berencana meminta mereka untuk pergi. Tapi untuk pergi, kita tidak bisa. Orang-orang Palestina memutuskan untuk tetap tinggal, meskipun mereka akan mati. Namun mereka akan tetap berjuang dan berjuang melawan agresi ini," tambah Al-Shun.
Sebelumnya, terdapat laporan dari empat sumber pejabat senior Israel, Amerika Serikat dan Otoritas Palestina agar dapat membantu mengoperasikan penyeberangan Rafah di Gaza, seperti dilansir dari Axios, Senin (13/5).
Beberapa sumber itu menyebut Israel mengajukan permintaan karena terancam oleh Mesir yang berencana untuk melarang pengangkutan bantuan jika pasukan Zionis tetap menggempur Rafah.
Mesir pun dilaporkan bakal menghentikan pengiriman bantuan melalui penyeberangan Kerem Shalom, seperti dikutip dari Jerusalem Post. Kairo juga berjanji akan menunda bantuan sampai pasukan Israel menarik diri dari Rafah.
Rafah menjadi wilayah yang kini terus digempur oleh Israel. Sebab, wilayah yang menjadi garis pertahanan terakhir warga Palestina itu berbatasan langsung dengan Mesir dan dikendalikan oleh pemerintahan Ebrahim El Sisi.
Menteri Keamanan Israel Yoav Gallant sempat menanggapi hal tersebut saat sedang berbicara via telepon dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada Minggu (12/5).
Menurut salah satu sumber, Gallant menegaskan bahwa Israel terbuka terhadap solusi terkait penyeberangan Rafah kecuali kembalinya Hamas.
Pejabat senior lain melaporkan pemerintah Israel tengah mengupayakan kepemimpinan Palestina, yang tak terkait Hamas, untuk membantu mengelola wilayah tersebut.
Namun, Presiden Palestina Mahmoud Abbas disebut-sebut murka dengan permintaan Israel. Ia mengatakan Otoritas Palestina tak akan sepakat memenuhi daftar tersebut secara sembunyi-sembunyi.
Rencana permintaan Israel terkait tersebut muncul di tengah gempuran brutal Israel di Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 35.000 korban jiwa. (sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/net