Tak Terbayang Jika Ompog dan Keluarganya Berobat Tanpa Program JKN
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, BANGLI.
Keberlanjutan pengobatan medis terhadap penyakit seseorang dipengaruhi oleh kemampuan finansial. Jika sakit dan memerlukan biaya yang besar, tentulah bisa mengganggu kondisi finansial keluarga.
Apalagi jika penyakit tersebut memerlukan waktu pengobatan yang panjang. Kenyataan ini menjadi perhatian I Nengah Armada (43), seorang warga asal Bangli, Bali. Menurut Ompog, panggilannya, ia dan keluarganya sering berurusan dengan pengobatan medis akibat almarhum ayahnya dulu menjalani cuci darah rutin dua kali seminggu akibat gagal ginjal, sedangkan ia baru selesai menjalani operasi batu ginjal.
Selain itu, Ompog juga pernah menjalani rawat inap akibat demam berdarah, sedangkan istrinya melahirkan ketiga anaknya melalui operasi. Ompog mengaku setiap sakit, ia tidak pernah ragu melakukan pengobatan secara medis. Khusus finansial ia merasa sangat terbantu dengan adanya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Ia dan istrinya sama-sama sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) sehingga ia berhak didaftarkan JKN oleh pemberi kerja, dalam hal ini pemerintah.
“Memiliki JKN ini benar-benar sangat kami syukuri, sebab dulu ayah bisa bertahan karena menjalani cuci darah rutin dua kali seminggu. Saya membayangkan jika itu kami bayar maka entah bagaimana sibuknya kami mencari pinjaman dana hingga menguras tabungan. Belum lagi sakit lainnya yang pernah kami alami, kami bisa kuat berobat karena JKN,” jelasnya saat disambangi di kediamannya pada Selasa (10/10).
Ayah serta ibunya merupakan peserta dengan status keluarga tambahan inti. Ompog memanfaatkan kepesertaannya untuk mendaftarkan ayahnya melalui mekanisme pemotongan gaji satu persen untuk perorang. Orang tuanya pun berhak mendapatkan fasilitas hak kelas 1 sama seperti dirinya.
Selain kepesertaan yang paling tinggi, Ompog juga menceritakan layanan JKN yang ia dapatkan selalu membuatnya bangga. Seperti saat terakhir ia menjalani pengobatan batu ginjal di salah satu rumah sakit di Kabupaten Bangli.
"Dalam satu tahun terakhir saya merasakan sakit pada pinggang dan perutnya namun sakitnya hilang timbul. Saya kira itu karena lelah akibat pekerjaannya selaku tenaga penyuluh pertanian yang menuntutnya keliling dan banyak menghabiskan waktu duduk berkendara," katanya.
Namun satu tahun terakhir ia merasa sakitnya semakin menjadi-jadi, tepatnya pada bulan Maret 2024, sakitnya benar-benar membuat Ompog menyerah dan harus merelakan dirinya untuk dioperasi. Karena sakit tersebut, ia pun langsung ke rumah sakit melalui Instalasi Gawat Darurat (IGD). Tanpa basa-basi dokter yang berjaga saat itu dengan cepat mengambil tindakan dengan memberikannya suntikan.
Setelah menjalani operasi dengan dimasukkan selang pada lubang kencing dan dilanjutkan dengan pemulihan selama dua hari satu malam, Ompong diizinkan pulang, ia kemudian menekankan ceritanya ketika pulang dari rumah sakit. Ia lega karena tidak mengeluarkan biaya sepeserpun, sama seperti pengobatannya sebelumnya.
“Saya merasa untungnya sangat berlipat ganda. Uang yang seharusnya keluar untuk biaya berobat justru kini bisa saya tabungkan untuk biaya anak-anak nanti. Masalah iuran yang saya bayarkan per bulan tidak berasa sama sekali dibandingkan manfaat yang sudah kami terima,” tegasnya.
Ia sangat berharap Program JKN ini dapat berkelanjutan karena menurutnya prosedur layanan JKN sangat mudah. Ompog juga mengaku sama sekali tidak merasakan adanya perbedaan layanan antara peserta JKN maupun pasien lainnya. Tidak hanya masyarakat yang kurang mampu saja merasa JKN sangat bermanfaat, tetapi pekerja seperti dirinya juga merasakan hal yang sama.
Editor: Robby
Reporter: BPJS Klungkung