search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Dampak Vape Terhadap Kesuburan: Sebuah Peringatan
Minggu, 16 Februari 2025, 13:08 WITA Follow
image

bbn/ilustrasi/Dampak Vape Terhadap Kesuburan: Sebuah Peringatan.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Seorang pria bernama Rafi, 29 tahun, memutuskan untuk beralih ke vape atau rokok elektrik sebagai alternatif dari rokok konvensional. Ia percaya bahwa vape lebih aman dan tidak membahayakan kesehatannya seperti rokok biasa. 

Namun, setelah menikah selama dua tahun tanpa memiliki anak, ia dan istrinya mulai bertanya-tanya apakah gaya hidupnya, termasuk kebiasaan menggunakan vape, mungkin berkontribusi terhadap masalah kesuburan mereka. 

Ketika mereka berkonsultasi dengan dokter spesialis fertilitas, Rafi terkejut mengetahui bahwa vape mungkin bukan pilihan yang sepenuhnya aman, terutama dalam hal kesuburan.

Vape, atau rokok elektrik, menjadi populer dalam beberapa tahun terakhir karena dianggap sebagai alternatif yang lebih "sehat" dibandingkan rokok konvensional. Perangkat ini bekerja dengan memanaskan cairan (e-liquid) yang biasanya mengandung nikotin, perasa, dan bahan kimia lainnya, hingga menghasilkan uap yang dihirup oleh pengguna. 

Meskipun uap ini tidak mengandung tar seperti pada rokok konvensional, kandungan nikotin tetap menjadi faktor utama yang dapat memengaruhi kesehatan, termasuk fungsi reproduksi.

Nikotin adalah zat adiktif yang dikenal memiliki dampak buruk pada tubuh, termasuk mengurangi kualitas sperma pada pria dan memengaruhi fungsi ovarium pada wanita. 

Selain itu, cairan vape sering kali mengandung bahan kimia seperti propilen glikol dan gliserin, yang meskipun dianggap aman untuk konsumsi makanan, dapat menghasilkan zat toksik ketika dipanaskan. Zat toksik ini dapat memengaruhi kesehatan reproduksi secara keseluruhan.

Cairan vape juga dapat mengandung logam berat seperti timbal, nikel, dan kadmium yang berasal dari perangkat vape itu sendiri. Logam berat ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui uap yang dihirup dan memiliki efek toksik pada berbagai sistem tubuh, termasuk sistem reproduksi. 

Paparan jangka panjang terhadap logam berat ini telah dikaitkan dengan penurunan kualitas sperma dan gangguan pada siklus menstruasi pada wanita.

Dampak Vape terhadap Kesuburan Pria

Pada pria, penggunaan vape dapat memengaruhi kesuburan melalui beberapa mekanisme. Penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalam 
vape dapat menurunkan jumlah sperma, memengaruhi pergerakan sperma (motilitas), dan meningkatkan jumlah sperma yang mengalami kerusakan DNA. Kualitas sperma yang buruk ini dapat mengurangi kemungkinan terjadinya pembuahan, bahkan jika pria memiliki jumlah sperma yang cukup.

Selain nikotin, bahan kimia dalam cairan vape dapat meningkatkan stres oksidatif dalam tubuh. Stres oksidatif adalah kondisi di mana tubuh memiliki terlalu banyak radikal bebas yang merusak sel, termasuk sel sperma. Kerusakan akibat stres oksidatif ini dapat menyebabkan sperma kehilangan kemampuannya untuk membuahi sel telur secara efektif.

Penggunaan vape juga dapat memengaruhi produksi hormon testosteron, yang penting untuk kesehatan reproduksi pria. Penurunan kadar testosteron dapat berdampak pada libido, kemampuan ereksi, dan kualitas sperma. Kombinasi dari faktor-faktor ini menjadikan vape sebagai ancaman serius bagi kesuburan pria.

Dampak Vape terhadap Kesuburan Wanita

Pada wanita, penggunaan vape juga dapat memengaruhi fungsi reproduksi. Nikotin diketahui dapat mengganggu fungsi ovarium dan menurunkan kualitas sel telur. Selain itu, paparan bahan kimia dalam vape dapat memengaruhi lapisan rahim, sehingga mengurangi kemungkinan implantasi embrio. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa bahan kimia dalam vape dapat memengaruhi perkembangan janin jika wanita tersebut hamil.

Wanita yang terpapar uap vape, baik secara langsung sebagai pengguna maupun melalui paparan pasif, juga berisiko mengalami gangguan pada sistem reproduksinya. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi pasangan yang sedang berusaha untuk hamil atau sedang menjalani program fertilitas. Uap vape juga dapat mengandung zat karsinogenik yang dapat memengaruhi kesehatan reproduksi dalam jangka panjang.

Selain itu, beberapa studi menunjukkan bahwa penggunaan vape dapat memengaruhi regulasi hormon reproduksi pada wanita. Gangguan pada kadar hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan siklus menstruasi yang tidak teratur, yang pada akhirnya dapat mempersulit wanita untuk hamil. Risiko keguguran juga meningkat pada wanita yang terpapar nikotin, baik melalui vape maupun rokok konvensional.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Fertility and Sterility menunjukkan bahwa pria yang menggunakan vape memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami kerusakan sperma dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan vape. Selain itu, penelitian lain mengungkapkan bahwa wanita yang menggunakan nikotin, baik melalui vape maupun rokok konvensional, memiliki tingkat keberhasilan yang lebih rendah dalam program fertilitas seperti inseminasi buatan atau bayi tabung.

Studi tambahan dari Journal of Reproductive Toxicology menemukan bahwa paparan bahan kimia dalam vape selama masa pra-kehamilan dapat memperpanjang waktu yang diperlukan untuk hamil. Penelitian ini menunjukkan bahwa pasangan yang menggunakan vape memiliki kemungkinan lebih rendah untuk hamil dalam waktu satu tahun dibandingkan pasangan yang tidak terpapar vape.

Apa solusinya? Jika Anda atau pasangan Anda menggunakan vape dan sedang berusaha untuk memiliki anak, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan peluang kesuburan:

1. Berhenti menggunakan vape atau rokok elektrik sesegera mungkin. Penghentian penggunaan nikotin dapat membantu tubuh memulihkan fungsi reproduksi secara bertahap.
2. Konsultasikan dengan dokter atau spesialis fertilitas untuk mengevaluasi kondisi kesehatan reproduksi Anda.
3. Terapkan gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara teratur, dan mengelola stres.
4. Hindari paparan bahan kimia berbahaya lainnya, termasuk asap rokok pasif dan polutan lingkungan.
5. Periksa kualitas sperma atau kesehatan reproduksi secara berkala untuk memantau kemajuan setelah penghentian penggunaan vape.
6. Edukasi diri tentang risiko vape terhadap kesehatan dan cari dukungan dari keluarga atau teman untuk berhenti menggunakan vape.
7. Pertimbangkan mengikuti program penghentian nikotin yang diawasi oleh profesional medis untuk meningkatkan peluang keberhasilan.

Vape mungkin dianggap sebagai alternatif yang lebih aman dibandingkan rokok konvensional, tetapi dampaknya terhadap kesuburan tidak boleh diabaikan. Baik pria maupun wanita yang menggunakan vape dapat menghadapi risiko penurunan fungsi reproduksi, yang dapat memengaruhi peluang untuk memiliki anak. 

Dengan meningkatkan kesadaran tentang risiko ini dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi atau menghentikan penggunaan vape, pasangan dapat meningkatkan peluang mereka untuk membangun keluarga yang sehat. Edukasi dan tindakan preventif adalah kunci untuk melindungi kesehatan reproduksi dan memastikan masa depan yang lebih baik bagi generasi berikutnya. (dr. I Made Oka Negara, S.Ked., FIAS., M.Biomed)

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/oka



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami