Janger Tanjung Benoa Bangkit Lagi di PKB 2025
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Kesenian Janger, tari pergaulan muda-mudi Bali, kembali hadir memeriahkan panggung Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 tahun 2025.
Kali ini, duta Kabupaten Badung menurunkan Sanggar Seni Wredaya Muni, Desa Adat Tanjung Benoa, Kecamatan Kuta Selatan untuk tampil dalam Utsawa (Parade) Janger Tradisi Remaja di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Provinsi Bali, Senin (14/7) malam.
Terinspirasi dari kehidupan sehari-hari, sanggar ini membawakan tema tentang keberagaman tiga suku dan keyakinan yang hidup berdampingan di Tanjung Benoa. Gerak tari yang harmonis dari para muda-mudi berhasil memukau penonton.
Baca juga:
Janger Daur Ulang Warnai HUT ke-821 Bangli
Malam itu, janger Tanjung Benoa mengangkat tema “Napak Tetamian”. Tema ini menggambarkan keberadaan Desa Adat Tanjung Benoa yang masyarakatnya hidup rukun antar tiga perbedaan suku dan keyakinan, yakni Hindu Bali, Islam Bugis, dan Cina Konghucu.
Kata Tetamian berarti warisan. Di Tanjung Benoa, terdapat tapakan Rangda yang diwariskan sejak dulu oleh masyarakat Hindu setempat. Ketika masolah, tapakan ini diiringi lagu-lagu janger dan ikut menari saat upacara Piodalan. Tradisi ini tak lepas dari peran aktif masyarakat Islam Bugis dan Cina Konghucu yang mencerminkan filosofi Jagat Kerthi, Loka Hita Samudaya.
“Kami mengusung tema akulturasi budaya, keberagamaan di Desa Adat Tanjung Benoa. Karena heterogenitas ini sepengetahuan saya, sejak saya lahir sudah ada. Tentunya dengan kolaborasi antar suku Hindu-Bali, Islam-Bugis, dan Cina-Konghucu, kami mencoba untuk membuat kreativitas baru,” ujar Ketua Sanggar Seni Wredaya Muni, I Ketut Aditya Putra.
Aditya menyampaikan, pementasan ini melibatkan 29 penari dan 22 penabuh, dengan persiapan proses kreatif selama hampir 3 bulan. “Proses kreatif kami berjalan selama hampir 3 bulan, karena gending-gending itu juga merupakan tetamian yang ada di Tanjung Benoa. Kemudian kolaborasi kesenian dari tiga suku ini, kami berusaha agar menjadi satu kesatuan,” ucapnya.
Ia juga menceritakan bahwa janger di Tanjung Benoa lahir pada 1998 atas prakarsa tokoh-tokoh Banjar Tengah. Saat itu mereka belajar janger ke Banjar Bengkel, Sumerta Kelod, Denpasar, karena memiliki hubungan niskala antar sesuhunan.
Meski sempat vakum karena perkembangan zaman, tahun 2025 ini janger Tanjung Benoa kembali dihidupkan di PKB.
“Dari tahun 1998, janger itu eksis di Tanjung Benoa. Namun karena perkembangan zaman dan generasi pun pola pikir berbeda, kesenian ini sempat vakum. Akan tetapi kurang tahu mulai vakum tahun berapa. Nah pada tahun 2025 ini yang kita ajak berproses adalah anak-anak dari penari janger sebelumnya. Sehingga ibarat anak-anak menari janger sambil membawakan nostalgia kepada orangtuanya,” pungkasnya.
Editor: Redaksi
Reporter: Diskominfo Badung