search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Aura Mistis Tari Topeng Napak Pertiwi Bikin Penonton Bulfest Merinding

Selasa, 19 Agustus 2025, 10:18 WITA Follow
image

beritabali/ist/Aura Mistis Tari Topeng Napak Pertiwi Bikin Penonton Bulfest Merinding.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BULELENG.

Ratusan masyarakat memadati Tugu Singa Ambara Raja, sejak Senin (18/8) sore. Orangtua datang bersama anaknya, para pemuda datang bersama teman-temannya. 

Mereka begitu antusias ingin menyaksikan sejumlah pagelaran seni, yang disajikan oleh Pemkab Buleleng pada event Buleleng Festival (Bulfest) 2025. 

Suara musik pembuka acara, terdengar menggelegar hingga membuat jantung ikut terpacu. Suara itu berpadu dengan tawa masyarakat, yang menyaksikan acara dari balik pagar pembatas panggung. 

Acara dimulai dengan pemberian sambutan dari Ketua Panitia, Bupati Buleleng, hingga Wakil Gubernur Bali. Kemudian dilanjutkan dengan pementasan Tari Topeng Napak Pertiwi. Panggung yang saat itu terlihat megah, tiba-tiba gelap. Suasana yang awalnya riuh, mendadak hening. 

Dari belakang panggung muncul empat orang penari pria. Salah satunya terbilang tua. Rambutnya penuh dengan uban. Dengan diiringi suara gamelan dan nyanyian kidung, mereka berjalan ke depan panggung, lalu membuka empat buah sokasi. 

Tas yang terbuat dari anyaman bambu itu rupanya berisi perlengkapan menari. Seperti rambut palsu, Topeng Keras, cermin dan bunga. Dengan perlahan mereka memasang rambut dan topeng itu diwajahnya. Kemudian bercermin untuk memastikan agar topeng terpasang dengan benar, atau untuk melihat karakter dari topeng yang digunakan. Terakhir, bunga dipasang di kedua telinganya.

Mereka pun mulai menari. Gerakannya cukup sederhana namun tegas. Sesuai dengan ekspresi topeng yang digunakan, yakni mata melotot, senyum tipis dan berkumis. 

Setelah beberapa menit menari, kemudian muncul empat penari lain dengan mengenakan topeng khas Wayang Wong Tejakula. Dimana dua diantaranya mengenakan topeng Sugriwa dan Subali. Sementara dua penari lainnya, mengenakan Topeng Tualen.

Penampilan mereka ini membuat penonton merinding. Aura mistis dapat dirasakan, meski yang digunakan hanya topeng duplikat. 

Tari Napak Pertiwi ini merupakan karya seniman Buleleng, Gede Pande Olit. Tari itu dibuat khusus untuk acara Bulfest. Mengingat tahun ini, event tersebut mengangkat tema 'The Mask History Of Buleleng'. 

Olit mengatakan, Tari Napak Pertiwi ini dipentaskan oleh penari dari tiga generasi. Dimana yang tertua adalah Anak Agung Gede Ngurah, penglingsir seni di Buleleng yang berusia 73 tahun. Sementara yang termuda, berusia 20 tahun. 

Tari ini terinspirasi dari tradisi Napak Pertiwi yang ada di Bali. Maknanya adalah persatuan untuk membangun Buleleng. Agar kebudayaan di Buleleng, tidak dipandang sebelah mata oleh kabupaten atau kota lain. 

Dalam tari ini, ia menggabungkan penggunaan Topeng Wayang Wong khas dari Kecamatan Tejakula, Buleleng, dengan topeng-topeng lain yang ada di Bali. 

"Topeng Wayang Wong Tejakula merupakan ikon Buleleng dan bisa dikatakan legend. Saya gabungkan dengan topeng Bali yang kental dengan tradisi dan atmosfir spiritualnya," terangnya. 

Persiapan yang dilakukan untuk mementaskan Tari Napak Pertiwi ini cukup singkat. Para penari hanya mengikuti latihan selama sepekan. "Latihan hanya satu minggu. Karena memang yang terlibat adalah seniman yang sudah berpengalaman," tandasnya. 

Sementara Anak Agung Gede Ngurah mengaku senang ikut dilibatkan dalam Tari Napak Pertiwi ini. Kegiatan ini menurut dia, merupakan kesempatan untuk menunjukan eksistensinya sebagai seorang seniman, yang sudah 50 tahun mengabdi untuk Buleleng. "Saya mengabdi untuk Buleleng, tidak pernah putus," ucapnya. 

Pria asal Gianyar, kelahiran 19 September 1952 ini menyebut, biasanya ia kerap mementaskan Tari Topeng Dalem. Namun pada Tari Nampak Pertiwi ini, ia diminta untuk mengenakan Topeng Keras.

"Tidak ada kendala. Saya pentas dengan Topeng Keras milik saya sendiri. Saya punya banyak koleksi topeng yang kesakralannya tetap dijaga. Setiap hari raya Tumpek Klurut, topeng-topeng itu dibantenin dan dipasupati. Tidak boleh sembarangan," ungkapnya. 

Mantan Kepala Sekolah SMP 6 Singaraja ini pun yakin Tari Topeng akan tetap lestari dan berkembang di Buleleng. Sebab seniman di Bumi Panji Sakti ini terkenal sebagai pendobrak yang sukses dalam membuat garapan-garapan baru. 

"Topeng itu cerminan dari pada watak seseorang.  Membawakan topeng harus paham dengan wataknya. Saya tidak khawatir dengan Buleleng, karena senimannya selalu membuat garapan baru, dan terbukti disukai masyarakat. Contohnya Tari Napak Pertiwi ini," tandasnya.

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/rat



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami