Bali Sasaran Empuk Penyelundupan Narkoba
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Membanjirnya tangkapan narkoba yang diselundupkan warga asing dan lokal belakangan ini membuktikan bahwa Pulau Bali masih jadi target empuk penyelundupan narkoba.
Demikian ditegaskan Direktur Narkoba Polda Bali Kombes Pol Drs. Mulyadi.
Mulyadi menerangkan, Pulau Bali masih sangat potensial menjadi sasaran penyelundupan narkoba. Apalagi belakangan ini, pihak Bea Cukai cenderung menangkap turis asing menyelundupkan narkoba jenis shabu shabu dalam jumlah besar.
Sebagai contoh, pekerja bar Jurnporn Ampara asal Thailand ditangkap di Bandara Tuban dengan barang bukti 200 gram shabu shabu. Selain itu, seorang wanita warga Indonesia Munasiroh juga ditangkap karena menyembunyikan shabu shabu di BH dan kemaluannya.
Perempuan asal Demak kuliah yang mengaku kuliah di Thailand ini ditangkap karena dicurigai membawa 400 gram lebih shabu shabu.
Sekarang ini, kata Mulyadi, permintaan para pemakai narkoba di Bali kian meningkat tajam. Apalagi di penghujung tahun ini, kelompok jaringan narkoba cenderung mencari celah untuk memasok narkoba dalam jumlah yang bervariasi.
Sampai saat ini, pihaknya terus bekerjasama dengan pihak Bandara Ngurah Rai, khususnya Bea Cukai dan Imigrasi untuk menangkap sindikat narkoba internasional yang berusaha menyelundupkan narkoba masuk Bandara.
Kita sudah menempatkan angota khusus di Bandara. Jika ada tangkapan di Bandara, anggota akan mengembangkannya di lapangan,� sebutnya.
Mulyadi mengatakan, menangkap para pelaku dari mulai bandar, pengedar dan pemakai tidaklah mudah. Perlu kejelian, kehati hatian dan tidak semata semata mengandalkan informasi masyarakat belaka.
Jaringan narkoba selalu menggunakan jaringan terputus. Dalam arti para pelaku ini cenderung menghilangkan identitas kelompoknya agar tidak menjadi bumerang bagi dirinya di kemudian hari.
Kegiatan para pelaku narkoba ini cenderung tidak terpantau polisi. Mereka selalu menggunakan cara-cara baru untuk menghindari transaksi tanpa mengenal 'person to person'. Seperti transaksi system tempel, sering digunakan para pengedar, sehingga menyulitkan penangkapan oleh anggota di lapangan, terangnya.
Yang paling susah, kata Mulyadi, adalah bahwa menangkap para bandar bandar/pengedar narkoba. Membutuhkan dana transaksi puluhan hingga ratusan juta rupiah.
Kita pernah memancing seorang bandar ekstasi di Denpasar dan mencoba membeli 20 ribu butir ekstasi. Tapi kita tidak punya dana, dia minta Rp 600 juta darimana kita dapat uang sebanyak itu, akhirnya kita batalkan,ujarnya. (spy)
Reporter: bbn/rob