search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Maestro Seni Lukis Indonesia Asal Klungkung
Senin, 1 Agustus 2011, 04:10 WITA Follow
image

google.co.id

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, KLUNGKUNG.

I Nyoman Gunarsa adalah salah satu maestro lukis Indonesia yang lahir di Klungkung pada 15 April 1944. Ia memperoleh pendidikan seni di ASRI (Akademi seni Rupa Indonesia) Yogyakarta.

Karya Lukisannya didasari oleh cerita rakyat Bali, dan legenda Hindu Dharma. Hal tersebut yang membuat gaya melukisnya berbeda dari yang lain.

Karya-karyanya berdasarkan eksplorasinya dari kesenian Bali, seperti tarian tradisional, musik tradisional, upacara keagaman, dan keanekaragaman lingkungan yang mempengaruhi banyak seniman yang berasal dari Bali dan Indonesia.

Kesuksesan yang diraihnya tidak didapat dengan mudah, ia meraihnya dengan penuh perjuangan. Alumnus dari ASRI Yogyakarta ini memulai karirnya sebagai tenaga pengajar di institut yang membesarkannya.

Pada tahun 1950, ketika demam gaya ekspresionis melanda para alumni institut tersebut, Nyoman Gunarsa telah terlebih dahulu mendalaminya. Setelah melewati masa realisme, akhirnya ia memilih gaya melukis abstrak ekspresionis dan menjadikan Bali sebagai tema utama karya-karyanya.

Selama menjalani karir sebagai pelukis, Gunarsa telah melewati berbagai tahapan dalam melukis. Wayang kulit Abu Aringgit adalah salah satu yang mendominasi tema dalam lukisannya. Inteprestasinya berdasarkan insting dan sapuan garis, titik dan warna yang menghasilkan gambar dengan sentuhan estetik.

“Saya melukis garis sebagaimana saya bernyanyi, saya meletakkan warna sebagaimana saya menari”, katanya.

Nyoman Gunarsa berkarya berdasarkan inspirasinya akan penari Bali, ia menyebut gaya lukisannya sebagai ruang dan gerak. Biasanya ia melukis menggunakan cat minyak dan juga cat air. Hasil karyanya memperlihatkan kebebasan, baik dalam garis dan warna, objek yang biasa dapat menjadi luar biasa setelah melalui tangan Gunarsa.

 
“Melalui sapuan warna dan garis-garis yang tidak beraturan, elemen dasar dalam karya lukisanku adalah irama”, katanya. Pada tahun 1970 ia mendirikan “Sanggar Dewata Indonesia” dan masih terus berjalan sampai sekarang,

Pada tahun 1989 Gunarsa mendirikan Museum Seni Lukis Kontemporer Indonesia Nyoman Gunarsa di Jogjakarta, diresmikan pada 31 Maret 1989 oleh Claire Wolfowitz, isteri Dubes Amerika untuk Indonesia pada waktu itu, Paul Wolfowitz.

Sementara Museum  “Museum Seni Lukis Bali” di Klungkung, Bali dibangun pada tahun 1990. Pada tahun 1994 museum ini diresmikan oleh Menteri Pariwisata dan Kebudayaan waktu itu Prof. Dr. ing. Wardiman Djoyonegoro.

Setelah menderita stroke pada Desember 1998, Gunarsa bermetamorfosis sekali lagi, ia menyebutnya ‘Moksa’ dalam bahasa Hindu. Sebuah pernyataan dimana seseorang bebas dan menjadi satu dengan kosmos.

 



Ia melukis antara nyata dan tidak nyata, bermimpi dan terbang. Dari 100 lukisannya yang ia lukis sejak 1996, menandakan perjalanan spiritual Gunarsa. Sampai sekarang Gunarsa masih tetap berkarya, di studio alamnya di Banda, Klungkung. Gunarsa  masih terus mendedikasikan hidup dan karyanya demi Bali. 

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami