Minyak VCO Sudamala Kajeng Kliwon Produksi Gumbrih
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, JEMBRANA.
Pohon kelapa sebagai tumbuhan tropis di Indonesia punya bermacam jenis perbedaan. Kelapa yang tumbuh mulai dari pesisir pantai hingga pegunungan ini memiliki khasiat yang dihasilkan dari buahnya. Virgin Coconut Oil ( VCO ) Sudamala salah satunya. Minyak ini terbuat dari sebelas jenis buah kelapa segar pilihan yang diproduksi oleh seorang ibu rumah tangga asal Banjar Sengguan, Desa Gumbrih, Kecamatan Pekutatan, Jembrana.
Ni Wayan Nik Suriasih, 47 tahun, pertama kali memproses buah kelapa menjadi minyak berkhasiat berawal dari ajakan seorang pemilik kebun. Dirinya diminta untuk mengelola buah kelapa agar menjadi bermanfaat dan berkhasiat. Ajakan ini sekaligus sebagai langkah awal dalam keterlibatan dirinya di kelompok pembuat minyak VCO di Jembrana.
Sebagai salah satu partisipan, ketertarikan dirinya untuk turut menjadi bagian kelompok pengolah minyak kelapa dirasa kurang menarik. Hal ini karena dirinya sudah menggeluti pekerjaan utama mencari dan mengumpulkan buah kelapa, janur, dan pelepah sebagai pakan gajah. Semua hasil alam ini dikirim 4 hari sekali kepada pihak pembeli di Kabupaten Gianyar. Pekerjaan sebagai pedagang hasil bumi sudah dianggap sebagai bagian dari kehidupan yang tak bisa ia ditinggalkan begitu saja.
"Entah karena apa, akhirnya kok saya di rumah bisa membuat minyak VCO. Padahal ketika praktek sedikit pun saya tidak tertarik, justru malahan sempat tertidur waktu dikasi pelatihan," jelas Nik Suriasih kepada beritabali,com, Selasa ( 17/02/2015 ).
Keseriusan mengolah minyak VCO perlahan tertanam seiring jumlah permintaan serta keberhasilannya dalam memenangkan lomba, baik itu di tingkat desa maupun ke tingkat kabupaten. Minyak VCO olahannya semakin dikenal dan dirasakan khasiatnya oleh tim penilai yang berasal dari luar daerah. Semenjak itu, pesanan mulai berdatangan dibarengi pula kabar baik dari sebagian pelanggannya yang sudah merasakan khasiat minyak tersebut.
Minyak VCO Sudamala justru lebih laris ketimbang minyak biasa. Alasannya cukup jelas, bahwa minyak biasa hanya menggunakan satu jenis kelapa, sedangkan minyak VCO Sudamala terbuat dari sebelas jenis kelapa seperti, Sudamala, Mulung, Udang, Pudak, Kebo Caling, Rangda, Bulan, Surya, Julit, dan Bojog. Kelapa ini dianggap cocok diolah bila usianya sudah kering dan telah tumbuh tunas. Prioritas tetap mengutamakan sebelas jenis kelapa yang berbeda. “Sekarang minimal di rumah harus ada stok seratus botol minyak, kalau sisa lima saya sudah harus bikin lagi, “ ujarnya.
Saat ini, dirinya secara rutin memburu bermacam jenis buah kelapa yang berbeda. Ini sangat mudah dia lakukan karena secara langsung terjun langsung di lapangan selaku pedagang kelapa. Bahkan tak sungkan, membeli harga tinggi jenis kelapa yang dicarinya ini. Sehingga memberi semangat bagi sang pemilik penjual kebun kelapa. “ Karena terjun langsung ke kebun, saya hafal jenis kelapa yang berbeda, “ katanya.
Siasat ini justru lebih memudahkan dalam mengumpulkan sebelas macam jenis kelapa untuk kemudian diolah menjadi VCO bila sedang permintaan tinggi atau persediaan mulai berkurang. Dari sebelas jenis butir kelapa ini, bisa menghasilkan minyak VCO murni dalam satu botol ukuran volume 600 mili liter. Sekali proses, menghasilkan 50 botol minyak VCO. Produksi jumlah banyak pernah dia lakukan sampai 300 botol dalam satu kali proses.
Minyak VCO Sudamala, tambah dia sudah pernah melalui uji laboratorium yang dilakukan oleh tim penilai ketika mengikuti perlombaan. Bahkan ketika perwakilannya dikirim ke Jakarta, juara pertama pernah diraihnya. Minyak VCO dipercaya memiliki berbagai manfaat dan khasiat. “ Minyak Sudamala sekarang sudah menjadi biasa diminta orang, semua yang menggunakan tidak ada yang mengeluh, “ ujar ibu dua anak ini.
Saat ini, dirinya lebih sering melakukan pekerjaan ini sebagai pekerjaan sampingan, dan kadang dibantu pula oleh suami bahkan kerabatnya. Memproduksi minyak VCO, menurut dia gampang-gampang susah. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda. Bahkan di tempatnya mengolah yang juga sekaligus rumah tinggal ini, kerap dilakukan oleh ibu PKK melakukan praktek ingin belajar banyak darinya. “ Saya heran, mungkin minyak saya ini kramat, waktu ibu – ibu PKK praktek, mereka gagal. Minyaknya tidak keluar, padahal sudah saya temani sejak proses awal, “ katanya.
Sampai sekarang, proses pembuatan minyak VCO ini murni dilakukan secara tradisional menggunakan alat seadanya. Sejak sore, sudah mulai digarapnya dari proses awal, hingga berakhir esok siang sembari melakukan pekerjaan utama yang selalu sejalan dia kerjakan.
Secara umum, minyak VCO diolah cukup sederhana, yakni kelapa yang sudah diparut, selanjutnya diperas untuk dicari santannya, lalu ditunggu hingga ada perbedaan antara air, ampas, dan minyak dalam satu wadah. Kegagalan lebih cenderung terjadi pada tahap ini, kerap minyak masih berbentuk santan. Selanjutnya setelah melewati pemisahan, tahap akhir minyak disaring hingga sepuluh kali. Untuk lebih efisien, penyaringan bisa dilakukan dua kali yang terbagi menjadi lima susun saring dalam sekali proses. “ Minyak yang hasilnya bagus akan beraroma gurih, sedangkan bila gagal akan beraroma busuk, “ jelasnya.
Sepuluh tahun sudah, Ni Wayan Nik Suriasih mengenal proses membuat minyak VCO Sudamala. Sejak awal pertama menekuni bidang ini, dirinya punya keyakinan bahwa minyak buatannya ini bisa bermanfaat bagi orang lain sekaligus sebagai obat. Untuk dasar inilah, setiap hari Kajeng Kliwon, dipilih sebagai hari yang baik untuk membuat minyak VCO secara rutin.
“ Saya bersama suami sepakat, setiap membuat minyak selalu di hari Kajeng Kliwon. Saya punya perasaan, karena siapapun yang beli minyak ini nanti biar betul – betul sembuh, “ ungkapnya. Hingga kini, minyak olahannya dicari banyak orang karena khasiatnya lumayan banyak, salah satunya meningkatkan kekebalan tubuh, dengan cara minum satu sendok makan setiap satu kali sehari.
Selain sebagai rujukan tempat belajar praktek oleh ibu – ibu PKK, di tempatnya ini sering pula dikunjungi oleh mahasiswa yang tengah melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata . Berbekal konsistensi, produk olahannya mudah ditemukan di beberapa warung, tidak jauh dari tempat tinggalnya.
Persoalan yang dia hadapai dari semenjak pertama mengenal minyak VCO, hanyalah dalam tutup kemasan botol yang masih menggunakan tutup bekas. Ini menjadi permasalahan serius, yang ia harap agar segera menemukan solusi. “ Mencari tutup botol itu sangat sulit sampai sekarang ini, saya sudah mencari kemana – mana, masih mudah mencari botolnya , “ ujarnya.
Reporter: bbn/net