search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Turis China Terlantar Saat Ngurah Rai Tutup Merupakan Tamu BPW Ilegal
Minggu, 3 Desember 2017, 00:30 WITA Follow
image

beritabalicom

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Ketua Perkumpulan Biro Perjalanan Wisata Bali Liang (khusus market China), Elsye Deliana, mengatakan, saat bandara Ngurah Rai ditutup akibat debu vulkanik beberapa hari lalu, ribuan wisatawan sempat terlantar di Bandara Ngurah Rai Bali. Wisatawan China yang diurus oleh Biro Perjalanan Wisata (BPW) resmi atau legal, semuanya diurus dengan baik dan sudah kembali ke negaranya. Sementara tamu China yang tidak diurus oleh BPW resmi, banyak yang terlantar dan tidak ditangani dengan baik di Bandara Ngurah Rai.
 
"Kita mendengar berita di luar, bahwa tamu China terlantar di sini, tidak bisa pulang ke negaranya saat Bandara Ngurah Rai tutup pada 27 November lalu. Kami tegaskan, itu bukan tamu travel agen resmi, yang kita handle, semuanya aman, kita atur hotelnya dan transportasinya menuju bandara Surabaya agar bisa melanjutkan perjalanan. Wisatawan China yang tidak terhandle (ditangani) dengan baik adalah tamu yang datang ke Bali lewat online booking, lewat Biro Perjalanan Wisata (BPW) ilegal, dan yang menggunakan jasa pemandu wisata (guide) ilegal atau tidak resmi terdaftar, jadi tidak ada yang bertanggung jawab. Masih ada yang tertinggal belum bisa kembali ke China. Kalau tamu yang milik agen travel resmi, semua sudah pada pulang dan ditangani dengan baik," jelas Elsye, di Denpasar (2/12).
Elsye yang merupakan Ketua Ketua Bali Liang, perkumpulan asosiasi travel agent untuk pasar wisatawan China market dengan 60 anggota BPW mengatakan, semua tamu China yang ditangani BPW anggota Bali Liang, sudah semuanya berhasil pulang kembali ke negaranya.
 
"Semua sudah pulang, bahkan saat bandara kembali dibuka, Pemerintah China mengirim empat pesawat untuk menjemput warganya di Ngurah Rai. Dengan dibantu oleh teman teman travel agen anggota Bali Liang di Bali, semua sudah berhasil kita pulangkan ke negaranya," ujar Elsye.
 
Meski sudah berhasil membantu kepulangan ribuan wisatawan China, Namun anggota BPW yang tergabung dalam Bali Liang mengaku kecewa. 
 
"Pada 28 November Gubernur sudah menandatangi surat keputusan, ada statement Gubernur Bali bahwa tamu tamu yang tertinggal di Bali saat bandara tutup, diberi free hotel satu malam, juga dijanjikan free transport untuk melanjutkan perjalanan ke Surabaya. Namun ternyata perintah Gubernur Bali ini tidak terlaksana di tingkat bawah, sehingga jatuhnya ke kita-kita (BPW Bali Liang) yang harus menanggulanginya," ujar Eslye.
 
Menurutnya, sangat disayangkan, kenapa surat edaran Gubernur ini tidak dijalankan oleh hotel hotel dan pengelola transportasi di Bali. 
 
"Apakah tidak koordinasi di lapangan ? Kami sangat kecewa sekali, kita mau berkorban bantu para wisatawan China, tapi info ini membuat image Bali jadi tidak bagus, apa yang diomongkan lain dengan kenyataan di lapangan,"ujarnya.
 
Pihak BPW Bali berharap jika Bandara Ngurah Rai ditutup lagi, pemerintah agar bisa lebih baik melakukan koordinasi dengan pihak pengelola bisnis transport dan hotel di Bali.
 
Ketua Bidang Promosi dan Pemasaran Luar Negeri DPP ASITA, Eddy Sunyoto mengatakan, musibah Gunung Agung ini bisa diambil hikmahnya, tentang bagaimana menangani wisatawan saat bencana gunung Agung, kalau penanganannya bagus, ini bisa jadi promosi bagus juga bagi Bali.
 
"Ada beberapa yang membuat kita kecewa. Kita berterima kasih sekali bapak Gubernur Bali sudah mengeluarkan Surat Keputusan dengan cepat, yang mewajibkan hotel memberikan satu malam free dan berikutnya diberikan harga harga khusus selama bandara tutup. Namun di lapangan banyak kawan hotel yang enggan memberikan itu. Akhirnya BPW BPW China ini yang tutupi, semua untuk menjaga nama baik Bali, agar wisatawan China tetap ke Bali,"ujarnya. 
 
Menurutnya, ada sekitar 30 ribuan wisatawan China yang ditangani selama penutupan bandara, dalam hal penginapan dan transportasi. 
 
"Kami pikir free lah sampai Surabaya, disiapkan bus, kenyataannya mobil (bus) harus bayar Rp 300 ribu per orang ke Surabaya, kalau satu bus jadinya Rp 12 juta, sementara harga bus ke Surabaya biasanya cuman Rp 8 juta, kenapa justru memberatkan BPW pemain china. Sudah susah ini dibuat tambah susah,"pungkasnya.[bbn/psk]

Reporter: bbn/dps



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami