search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Almarhum Ida Bagus Boda, Seniman Tari Jenius Multitalenta
Minggu, 5 Agustus 2018, 12:05 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Nama Ida Bagus Boda sangat lekat dengan kejayaan seni tari Bali. Kesenimanannya telah mengukir sejarah, karena selain penari serba bisa ia juga sering membina perkembangan seni topeng, terutama di kalangan kerajaan di Bali. Bahkan, ia merupakan salah seorang penari topeng terbaik di Bali.
 
[pilihan-redaksi]
Sebagai seniman, Ida Bagus Boda yang akrab dipanggil Ida Boda ini telah melapisi kesenimanannya dengan proses yang panjang dan berliku. Sejak usia 10 tahun, sekitar tahun 1882, Boda mulai belajar menari di Sukawati, Gianyar. Sebelum resmi sebagai murid tari dari sejumlah guru tari di Puri Negara, Sukawati, ia sangat suka menonton orang yang sedang latihan menari. Pada awalnya, ia suka dengan keindahan gerak tarian Bali, antara lain, baris, dan palegongan sejenis Legong Keraton, Kuntul, dan lainnya. Kebiasaan ini menjadikan ia makin tertarik belajar menari langsung. Guru tari di Sukawati itu memberikan kesempatan kepada Boda untuk belajar menari bersama anak-anak lain di Puri Negara Sukawati.
 
Sungguh diluar dugaan. Boda yang lahir pada tahun 1870 ini ternyata seorang murid tari yang sangat berbeda dengan murid lainnya. Perbedaannya bukan karena ia seorang anak laki-laki diantara kerumunan anak perempuan yang belajar menari, melainkan daya tangkapnya yang luar biasa. Ia tergolong murid tari jenius.
 
Suatu ketika, gurunya hampir tersinggung dengan tingkahnya yang tidak memperdulikan perintah guru agar ia melakukan gerakan dasar. Namun ketersinggungan sang guru malah menjadi sanjungan pada diri Boda selaku murid yang baru belajar menari. Ini terjadi karena dalam beberapa hari ikut latihan tari, penguasaannya telah melebihi kemampuan murid perempuan yang telah belajar berbulan-bulan.
 
Anehnya, Boda sangat tidak tertarik diajari gerak tari dasar sejenis mungkah lawing (gerak tari pembukaan) oleh gurunya. Ia sangat menginginkan agar gurunya langsung mengajarkan paileh tari yang sudah terbentuk menjadi kesatuan tarian. Syukurnya, guru tarinya sangat mengerti dengan kemauan Boda kendatipun tidak disampaikan secara terang-terangan. Boda pun merasa sangat mujur karena dari sejumlah murid yang memperoleh perlakuan ketat dan keras, ia malah dipuji di hadapan murid lainnya.
 
Proses ketekunan latihan yang makin mantap menandakan Boda kelak akan menjadi penari terkenal. Gurunya pun sangat optimis melihat kemampuannya. Sangat kelihatan ia berhasil mengalahkan penguasaan tari di antara puluhan penari laki dan perempuan lainnya. Bahkan, boda mampu setingkat di atas rata-rata murid lainnya.
 
Di balik kekaguman guru dan temannya, Boda ternyata memiliki rahasia khusus dalam menangkap gerak terian Bali yang diberikan gurunya. Ketika sedang menari, ia berusaha menggiring pikirannya ke karakter tokoh yang ditarikan. Jika ia menari Baris, ia menganggap dirinya bukan manusia lagi, melainkan ‘seorang’ Baris yang binal dan memukau orang lain. Saat itu pula ia menganggap dirinya seorang figur yang bisa memancing decak kagum orang lain. Ini dilakukan tiada lain guna menumbuhkan keyakinan dan rasa percaya pada dirinya sekaligus tak merasa dilecehkan orang lain. Namun penebal keyakinan demikian bukan hanya dengan mengkhayal, melainkan terus dipertebal dan diperkukuh dengan latihan menari yang suntuk, tekun dan mantap.
 
Proses penekukanan yang cukup panjang itu menjadikan dirinya sebagai seorang guru tari terutama di wilayah Banjar Kaliungu, Denpasar. Di tempat yang baru ini, ia berkedudukan sebagai guru, sekaligus penasehat tari dan tabuh di Puri Denpasar. Ia juga rajin membina latihan tari di banjar-banjar di seputar Badung.
 
Sebagai guru ia mencapai prestasi luar biasa dalam upaya mewariskan kepandaiannya kepada sejumlah muridnya yang belakangan akhirnya juga menjadi seniman Bali unggul. Antara lain, I Nyoman Kaler (legong dan gong kebyar), I Wayan Lotring (palegongan), I Nyoman Rider (gong kebyar), dan I Made Keredek (seni arja).
 
[pilihan-redaksi2]
Kelebihan Boda tidak hanya dalam kesempurnaan tariannya. Ia selalu berusaha agar tidak hanya bisa menari dan mengajar tari, tapi ia bertekad mewariskan tarian itu sendiri. Sebagai empu topeng Ida Bagus Boda berhasil mengembangkan topeng pajegan menjadi garapan topeng panca bersama tokoh topeng I Made Nyarikan Sriada, Ida Puria, dan I Legeg. Selain nopeng ia juga disebut-sebut penari Gambuh. Cupak, dan Legong Keraton yang piawai, terutama di lingkungan Puri Denpasar.
 
Sejak tahun 1950, Boda aktif mengikuti kegiatan Keluarga Kesenian Bali (RKB) di RRI Stasiun Denpasar. Tahun 1962 ia menerima penghargaan Wijaya Kusuma dari Presiden RI pertama Dr. Ir. Soekarno. Penghargaan seni tertinggi ini diraihnya berkat jasa-jasanya menekuni dan membina tari Bali sekaligus memperkaya seni budaya nasional. Tak ketinggalan Gubernur Bali Soekarmen juga memberikan penghargaan Kerti Budaya bidang seni tari buat Boda, walaupun 14 tahun kemudian setelah dia meninggal. Boda meninggal dunia pada tahun 1965. (bbn/rls/rob)

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami