search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Menelusuri Peninggalan Kebo Iwa di Pura Maospahit Denpasar
Kamis, 23 Mei 2019, 14:10 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Melintasi Jalan Sutomo, Denpasar terlihat di sebelah kanan jalan arsitektur bangunan bata merah megah. Bangunan tempat wisata religi sekaligus bersejarah ini bernama “Pura Maospahit”. 
 
[pilihan-redaksi]
Dengan luas sekitar 77 are, pura ini telah dibangun sejak 1200 Saka. Awalnya pembangunan pura ini digagas oleh Kebo Iwa dan selesai dibangun tahun 1475 Saka. Usianya yang sangat lama menjadikan Pura ini sebagai salah satu Cagar Budaya. 
 
“Pura Maospahit ini salah satu di antara Cagar Budaya Nasional di Kota Denpasar, situs peninggalannya dilindungi oleh UU RI No 5 Tahun 1992,” ujar Jro Mangku Ketut Gede Sudiasna selaku pengempon pura. 
 
Pada umumnya pura di Bali menggunakan konsep Tri Mandala atau tiga area, namun di Pura Maospahit ini menggunakan konsep Panca Mandala karena mendapatkan pengaruh arsitektur dari Kerajaan Majapahit. Mandala pertama terletak di depan menghadap langsung ke Jalan Sutomo dengan pintu gerbang bernama Candi Kusuma. Di dalam mandala tersebut terdapat Bale Kembar, Bale Kulkul, Palinggih Ratu Ngerurah Pengalasan, dan Piasan. 
 
Pada penyengker sebelah barat, terdapat pintu gerbang yaitu Candi Rengat yang merupakan pintu gerbang menuju mandala dua. Dengan menyusuri gang ini, maka akan menemukan Candi Rebah. Yaitu mandala ketiga atau disebut Jaba Sisi. Di sebelah timur mandala ini terdapat Candi Bentar yang tersusun dari bata-bata merah dan tampak ada relief Bima yang dililit oleh dua naga. 
 
[pilihan-redaksi2]
Dengan melintasi Candi Bentar maka akan memasuki mandala keempat yaitu Jaba Tengah. Di Jaba Tengah terdapat bangunan  Bale Pasucian, Bale Tajuk, serta Bale Sumanggen. Dari mandala keempat akan melewati Kori Agung yang tinggi kemudian akan masuk ke mandala kelima atau mandala utama. Mandala ini disebut dengan Jeroan yang terdiri dari Candi Raras Maospait, Candi Raras Majapahit, Batara Taksu, Bale Pangayunan, Bale Patirtan, Bale Piasan, dan beberapa palinggih lainnya.
 
Menurut Jro Mangku Gede keunikan lain dari pura ini terdapat pada arsitekturnya yang diukir langsung pada dinding batu bata merah. Dengan berbagai keunikannya maka banyak wisatawan lokal maupun asing yang datang untuk berwisata religi sekaligus bersejarah. Jika wisatawan atau pengunjung ingin memasuki pura ini ada beberapa peraturan yang harus diikuti mulai dari berpenampilan sopan, tidak berkata atau berbuat kotor layaknya pergi ke suatu tempat ibadah. `

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami