Prosesi Nyineb di Pura Mandara Giri Semeru Agung
Sabtu, 27 Juli 2019,
19:00 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NASIONAL.
Beritabali.com, Lumajang. Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati atau yang akrab disapa Cok Ace, Melaksanakan Prosesi Nuwek Banten Bagia Pulakerti sebagai tanda berakhirnya rangkaian Karya Ida Bethara Turun Kabeh, Tawur Agung, Labuh Gentuh di Pura Mandara Giri Semeru Agung di Desa Sumberagung, Senduro, Lumajang, Jawa Timur, pada Kamis (26/7).
[pilihan-redaksi]
Wagub Cok Ace yang didampingi Ny Putri Hariani Ardhana Sukawati berbaur dengan seluruh Pemedek dari Bali, Pulau Jawa dan daerah lain guna mengikuti prosesi penyineban sekaligus melakukan persembahyangan, dipusatkan di Penataran Pura Mandara Giri Semeru Agung.
Wagub Cok Ace yang didampingi Ny Putri Hariani Ardhana Sukawati berbaur dengan seluruh Pemedek dari Bali, Pulau Jawa dan daerah lain guna mengikuti prosesi penyineban sekaligus melakukan persembahyangan, dipusatkan di Penataran Pura Mandara Giri Semeru Agung.
Prosesi Penyineban sendiri dipuput oleh Ida Pedanda Made Mas Dwija Putra Griya Mas Taman Sari Baturiti dari Griya Taman Baturiti, Romo Dukun Pandita Sukarji dari Mororejo Bromo dan Romo Dukun Pandita Ardoyo dari Kali Teja Bromo, dan didampingi pula oleh para pemangku yang berasal dari Jawa dan Bali.
Adapun puncak prosesi karya sudah berlangsung sejak 16 Juli lalu yang bertepatan dengan hari Purnama Kasa, sedangkan Ida Betara Nyejer dimulai 17 Juli sampai dengan 25 Juli 2019.
Wagub Cok Ace dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa berdasarkan silsilahnya, Pura Semeru Agung berstatus Pura Kahyangan Jagat. “Ini ditetapkan melalui Paruman Sulinggih karena setelah ditelusuri punya hubungan erat dengan Pulau Bali dan asal-usul orang Bali. Untuk itu ada kesepakatan dan komitmen dari Gubernur Bali terdahulu yakni Ida Bagus Oka dan Dewa Bharata untuk prosesi ngayarin dari setiap kabupaten/kota dan provinsi di Bali secara bergantian selama 11 hari dan sudah berjalan selama 27 tahun,” Tutur Penglingsir Puri Ubud ini.
Menurutnya, Bhakti pengayar adalah sebuah komitmen dan kesadaran bersama sebagai pengempon di Bali. “Namun perlahan, mudah-mudahan bisa mandiri, bisa ambil alih oleh pengempon setempat, juga ada transfer budaya. Saya lihat juga sarana upacara dan upakara seperti banten sudah banyak yang dibuat disini. Artinya perlahan-lahan ada transfer ilmu dari Umat di Bali kepada umat setempat,” jelas Wagub Cok Ace.
[pilihan-redaksi2]
Pria yang pernah menjabat sebagai Bupati Gianyar ini juga mengingatkan, umat Hindu memegang teguh adanya Hukum Rna atau hutang kepada leluhur, guru dan Ida Sang Hyang Widhi. “Tentunya Ida Bhatara tidak mengharap prosesi besar-besaran, namun yang paling penting kesadaran umat untuk keselamatan keluarga, umat dan alam secara umum. Untuk itu baik jika kita turut meringankan beban karya ini untuk Ida Bhatara dan leluhur kita bersama,” tukasnya lagi.
Pria yang pernah menjabat sebagai Bupati Gianyar ini juga mengingatkan, umat Hindu memegang teguh adanya Hukum Rna atau hutang kepada leluhur, guru dan Ida Sang Hyang Widhi. “Tentunya Ida Bhatara tidak mengharap prosesi besar-besaran, namun yang paling penting kesadaran umat untuk keselamatan keluarga, umat dan alam secara umum. Untuk itu baik jika kita turut meringankan beban karya ini untuk Ida Bhatara dan leluhur kita bersama,” tukasnya lagi.
Sementara itu, sebelum persembahyangan bersama dilaksanakan, digelar berbagai Macam tarian sakral seperti tari Rejang, Baris Gede, Rejang Renteng, Rejang Dewa, Tari Sanghyang Dedari, Wayang Lemah serta Topeng Penyuda Karya dan di tutup dengan Topeng Sidakarya.
Hadir pula dalam kesempatan tersebut Ketua PHDI Kabupaten Lumajang, Edy Sumianto, Karo Kesra Setda Provinsi Bali AA Gede Griya serta tokoh masyarakat lainnya. (bbn/humasbali/rob)
Reporter: Humas Bali