search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Usulan Terkait Paruman Agung Bendesa Adat Se-Bali
Sabtu, 3 Agustus 2019, 12:00 WITA Follow
image

Beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Om Swastyastu, Berkenaan dengan akan dilaksanakannya Paruman Agung Desa Adat se-Bali yang akan segera diselenggarakan dalam waktu dekat kami mengusulkan agar Paruman ini tak sekedar kumpul-kumpul dan hanya terfokus pada pemilihan Bendesa u Agung saja. 
 
[pilihan-redaksi]
Apalagi kemudian hanya sebagai ajang melegitimasi Bendesa Agung yang sudah disiapkan (kalau mungkin sudah ada calon pasti, yang santer didengungkan di masyarakat). Dalam Parum besar ini seharusnya disertakan program Reorientasi pola pikir Bendesa, penambahan wawasan dan pengetahuan dan penyatuan visi, misi dan persepsi menjaga Bali, sebelum mereka memilih Bendesa Agung. 
 
Dan bila perlu buatkan video tentang perkembangan Bali secara gamblang. Dari berbagai sudut pandang yang erat kaitannya dengan permasalahan Bali. Kami menyarankan agar Paruman Agung ini dilakukan selama 2 hari atau 3 hari dengan mengkarantina para Bendesa Adat dalam satu tempat Parum. Kalau anggaran dijadikan alasan, kami masyarakat adat di Bali siap urunan untuk sekedar konsumsi dan transportasi mereka.
 
Tapi ini akan terkesan melecehkan dan menurunkan harga diri Bali, yang kaya anggaran Bansos. Tempat, kami lihat banyak yang bisa dijadikan untuk Paruman Agung yang "benar". Efektifitas dan tujuan Paruman itu yang penting. Momen ini memang susah kita dapatkan dan harus dimanfaatkan maksimal di saat Bali mengalami krisis sosial dan keamanan spirit (Taksu Bali). 
 
Sejatinya kami kecewa dengan rencana pelaksanaan Paruman Agung, karena perencanaan Parum Agung, sama sekali tak melibatkan kompomen organisasi yang sangat peduli adat. Begitu juga dengan berbagai komunitas Hindu yang selalu menggaungkan penguatan desa adat, sama sekali tak dianggap ada untuk Bali. Kita ingin agar Desa Adat bisa independen, berdaulat dan otonom dalam menjaga Krama Bali dan kekayaan warisan leluhur baik yang berbebntuk maupun tak berbentuk (tangible & intangibke heritage).
 
Intinya Parum agung agar benar-benar dimanfaatkan untuk melakukan reorientasi pemikiran, visi, pola pikir dan wawasan para Bendesa Adat seluruh Bali dalam menjaga dan melindungi Bali dengan segala aset sekala Niskala.
 
[pilihan-redaksi2]
Idealnya Paruman Agung itu hendaknya:
 
- Bisa menjadi ajang menyatukan visi menjaga Bali dengan Hindunya

- Menjadi tempat untuk  menambah wawasan dan pengetahuan di bidang Adat, Budaya, Agama Hindu, Manajemen Adat, Penguatan Ekonomi Adat berbagi  Keunggulan antar Desa Adat, dsb.

- Menjadi ajang diskusi dan saling mengenal  diantara Bendesa Adat
 
- Merumuskan rekomendasi ke Pusat tentang:
 

1. Usulan Otonomi Khusus Bali

2. Perlindungan Pusat terhadap Parahyangan, Palemahan dan Pawongan Bali

3. Mewajibkan Pusat untuk melibatkan Majelis Desa Adat dalam berbagai keputusan strategis Pembangunan Bali.

4. Mensterilkan Bali dari gerakan agresif & massiv penyebaran keyakinan lain, yang terorganisir

5. Membatalkan rencana proyek yang berpotensi merusak alam Bali seperti Reklamasi Teluk Benoa, Geotermal Bedugul, dsb.

 
- Membahas mekanisme pemilihan Majelis di semua tingkatan.
 
- Membentuk tim Seleksi Bendesa yang terdiri dari berbagai komponen peduli Adat Bali.
 
- Memilih Bendesa Agung secara Musyawarah Mufakat dengan terlebih dahulu Tim Seleksi memberikan daftar calon yang layak untuk mereka pilih sesuai  kriteria yang ada.
 
Berikut kriteria umum calon Bendesa Agung yang kita usulkan:
 
- Independen, berdaulat dan tak terkait politik praktis:
 
- Tidak sedang menjadi pimpinan organisasi atau lembaga yang tak searah dengan kepentingan desa Adat;
 
- Tidak mudah diintervensi oleh pihak manapun  yang memilki kepentingan pripadi, kelompok, politik maupun kepentingan lain yang ingin memanfaatkan desa  adat di luar konteks menjaga eksistensi Bali;
 
- Memahami adat, budaya dan tradisi Bali.
 
- Sangat paham akan konsep Tri Hita Karana dan mengawal penerapannya untuk mewujudkan harmonisasi diantara ketiga aspek Tri Hita Karana;
 
- Pernah menjadi Bendesa dan memilki rekam jejak yang baik dalam memimpin adat;
 
- Memilki konsistensi dan komitmen kuat untuk menjaga Bali;
 
- Memiliki visi besar terhadap mengawal dan menjaga Bali;
 
- Memahami agama Hindu yang ada di Bali;
 
- Berani, tegas dan memiliki wibawa dalam memimpin organ adat Bali;
 
- Selalu tampil di depan ketika ada permasalahan yang terkait dengan pelemahan adat, budaya dan agama Hindu di    Bali;
 
- Memiliki kemampuan menyerap aspirasi dari masyarakat adat di Bali dan intens melakukan komunikasi ke bawah;
 
- Memiliki kemampuan mensupervisi dan mengkoordinir para pakar berbagai bidang keahlian untuk dimaksimalkan dalam menguatkan eksistensi Bali;
 
 
Semoga tulisan singkat ini bermanfaat. Suksma. 
 
OM Santih, Santih, Santih OM
 
Bali Dwipa Jaya
 
 
Penulis
Ida Bagus K. Susena
Ketum Puskor Hindunesia 
Untuk Gerakan Peduli Penguatan Adat Bali & Nusantara

Reporter: bbn/gus



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami