Beritabali.com, Denpasar. Om Swastyastu, Berkenaan dengan akan dilaksanakannya
Paruman Agung Desa Adat se-Bali yang akan segera diselenggarakan dalam waktu dekat kami mengusulkan agar Paruman ini tak sekedar kumpul-kumpul dan hanya terfokus pada
pemilihan Bendesa u Agung saja.
[pilihan-redaksi]
Apalagi kemudian hanya sebagai ajang melegitimasi
Bendesa Agung yang sudah disiapkan (kalau mungkin sudah ada calon pasti, yang santer didengungkan di masyarakat). Dalam Parum besar ini seharusnya disertakan program Reorientasi pola pikir
Bendesa, penambahan wawasan dan pengetahuan dan penyatuan visi, misi dan persepsi menjaga Bali, sebelum mereka memilih Bendesa Agung.
Dan bila perlu buatkan video tentang perkembangan Bali secara gamblang. Dari berbagai sudut pandang yang erat kaitannya dengan permasalahan Bali. Kami menyarankan agar
Paruman Agung ini dilakukan selama 2 hari atau 3 hari dengan mengkarantina para
Bendesa Adat dalam satu tempat Parum. Kalau anggaran dijadikan alasan, kami masyarakat adat di Bali siap urunan untuk sekedar konsumsi dan transportasi mereka.
Tapi ini akan terkesan melecehkan dan menurunkan harga diri Bali, yang kaya anggaran Bansos. Tempat, kami lihat banyak yang bisa dijadikan untuk
Paruman Agung yang "benar". Efektifitas dan tujuan Paruman itu yang penting. Momen ini memang susah kita dapatkan dan harus dimanfaatkan maksimal di saat Bali mengalami krisis sosial dan keamanan spirit (Taksu Bali).
Sejatinya kami kecewa dengan rencana pelaksanaan
Paruman Agung, karena perencanaan Parum Agung, sama sekali tak melibatkan kompomen organisasi yang sangat peduli adat. Begitu juga dengan berbagai komunitas Hindu yang selalu menggaungkan penguatan
desa adat, sama sekali tak dianggap ada untuk Bali. Kita ingin agar
Desa Adat bisa independen, berdaulat dan otonom dalam menjaga Krama Bali dan kekayaan warisan leluhur baik yang berbebntuk maupun tak berbentuk
(tangible & intangibke heritage).
Intinya Parum agung agar benar-benar dimanfaatkan untuk melakukan reorientasi pemikiran, visi, pola pikir dan wawasan para
Bendesa Adat seluruh Bali dalam menjaga dan melindungi Bali dengan segala aset sekala Niskala.
[pilihan-redaksi2]
Idealnya Paruman Agung itu hendaknya:
- Bisa menjadi ajang menyatukan visi menjaga Bali dengan Hindunya
- Menjadi tempat untuk menambah wawasan dan pengetahuan di bidang Adat, Budaya, Agama Hindu, Manajemen Adat, Penguatan Ekonomi Adat berbagi Keunggulan antar Desa Adat, dsb.
- Menjadi ajang diskusi dan saling mengenal diantara
Bendesa Adat
- Merumuskan rekomendasi ke Pusat tentang:
1. Usulan Otonomi Khusus Bali
2. Perlindungan Pusat terhadap Parahyangan, Palemahan dan Pawongan Bali
3. Mewajibkan Pusat untuk melibatkan Majelis Desa Adat dalam berbagai keputusan strategis Pembangunan Bali.
4. Mensterilkan Bali dari gerakan agresif & massiv penyebaran keyakinan lain, yang terorganisir
5. Membatalkan rencana proyek yang berpotensi merusak alam Bali seperti Reklamasi Teluk Benoa, Geotermal Bedugul, dsb.
- Membahas mekanisme
pemilihan Majelis di semua tingkatan.
- Membentuk tim Seleksi
Bendesa yang terdiri dari berbagai komponen peduli Adat Bali.
- Memilih
Bendesa Agung secara Musyawarah Mufakat dengan terlebih dahulu Tim Seleksi memberikan daftar calon yang layak untuk mereka pilih sesuai kriteria yang ada.
Berikut kriteria umum calon Bendesa Agung yang kita usulkan:
- Independen, berdaulat dan tak terkait politik praktis:
- Tidak sedang menjadi pimpinan organisasi atau lembaga yang tak searah dengan kepentingan
desa Adat;
- Tidak mudah diintervensi oleh pihak manapun yang memilki kepentingan pripadi, kelompok, politik maupun kepentingan lain yang ingin memanfaatkan desa adat di luar konteks menjaga eksistensi Bali;
- Memahami adat, budaya dan tradisi Bali.
- Sangat paham akan konsep Tri Hita Karana dan mengawal penerapannya untuk mewujudkan harmonisasi diantara ketiga aspek Tri Hita Karana;
- Pernah menjadi
Bendesa dan memilki rekam jejak yang baik dalam memimpin adat;
- Memilki konsistensi dan komitmen kuat untuk menjaga Bali;
- Memiliki visi besar terhadap mengawal dan menjaga Bali;
- Memahami agama Hindu yang ada di Bali;
- Berani, tegas dan memiliki wibawa dalam memimpin organ adat Bali;
- Selalu tampil di depan ketika ada permasalahan yang terkait dengan pelemahan adat, budaya dan agama Hindu di Bali;
- Memiliki kemampuan menyerap aspirasi dari masyarakat adat di Bali dan intens melakukan komunikasi ke bawah;
- Memiliki kemampuan mensupervisi dan mengkoordinir para pakar berbagai bidang keahlian untuk dimaksimalkan dalam menguatkan eksistensi Bali;
Semoga tulisan singkat ini bermanfaat. Suksma.
OM Santih, Santih, Santih OM
Bali Dwipa Jaya
Penulis
Ida Bagus K. Susena
Ketum Puskor Hindunesia
Untuk Gerakan Peduli Penguatan Adat Bali & Nusantara