Siswi SD di Denpasar Ciptakan Sedotan Ramah Lingkungan dan Menyehatkan
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beritabali.com, Denpasar. Seorang siswi Sekolah Dasar (SD) Saraswati 5 Denpasar bernama Ni Kadek Devyani Amelia Kusuma berhasil menciptakan sedotan ramah lingkungan dan menyehatkan. Siswi kelas VI tersebut membuat sedotan berbahan rumput laut dan air jeruk. Sedotan karya Devyani tersebut berhasil meraih juara 1 bidang produk dalam ajang Denpasar Inovation Award Ke-VII Tahun 2019. Devyani juga meraih 2 special award yaitu dari Tri Sakti Institut dan Madyapadma Institut.
[pilihan-redaksi]
Permasalahan sampah plastik ternyata mengusik perhatian siswi kelahiran 17 Oktober 2008 tersebut. Devyani juga ingin mendukung kebijakan Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kota Denpasar yang telah mengeluarkan aturan terkait pengurangan timbulan sampah plastik sekali pakai. Salah satu sampah plastik sekali pakai yaitu dalam bentuk sedotan, atas permasalahan ini Devyani berkeinginan membuat sedotan ramah lingkungan dan menyehatkan.
“Ide sedotan ramah lingkungan dan menyehatkan muncul ketika pergi ke restoran dan tidak ada sedotan” kata Siswi peraih Bronze Award dalam ajang Southeast Asian Mathematical Olympiad tahun 2018 saat ditemui di Denpasar pada Kamis (8/8).
Rumput laut dipilih menjadi bahan utama karena mudah terurai dengan air sehingga tidak akan mencemari lingkungan. Selain itu, komposisi zat gizi pada rumut laut terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, natrium, kalium serta 80-90% air. Komponen lainnya yaitu vitamin A, Vitamin B1, riboflavin, niasin, kalsium, zat besi, kalium dan yodium.
Tambahan buah jeruk dipilih merngingat mudah dijumpai dan banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia, serta kandunganya yang sangat baik bagi tubuh. Vitamin C dalam jeruk berperan sebagai zat antioksidan yang dapat menetralkan radikal bebas hasil oksidasi lemak, sehingga dapat mencegah beberapa penyakit, seperti kanker, jantung dan penuaan dini.
Sedotan buatan Devyani tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga bisa dimakan dan menyehatkan. Dimana agar-agar yang terbuat dari rumput laut yang digunakan mengandung asam amino, amino acid dan collagen. Sedangkan jeruk yang digunakan mengandung vitamin C.
Cara membuat sedotan ramah lingkungan ini juga sangat sederhana yaitu dengan membuat adonan air jeruk dan agar-agar rumput laut. Adonan kemudian dimasak sampai mengental, setelah mengental dituangkan dalam cetakan. Agar-agar yang sudah mengeras dalam bentuk sedotan kemudian di oven dengan suhu 100 oC selama kurang lebih 10 menit.
Sedotan hasil karya Devyani, jika dimasukkan ke dalam air panas akan mulai rapuh dan lembek setelah direndam selama 40 menit. Apabila dimasukkan kedalam air bersuhu normal akan mulai rapu dan lembek setelah direndam selama 1 jam 30 menit. Bila dimasukkan kedalam air dingin akan tambah mengeras setelah 1 jam 30 menit. “Daya simpan masih perlu diperbaiki, masih perlu adanya perbaikan daya simpan sedotan” ujar siswa yang juga pernah meraih juara 2 dalam Lomba Matematika Kelas 5 SD pada I’ Maths National Competition.
Devyani mengakui sedotan yang dibuat secara tradisional belum dapat diproduksi dalam jumlah banyak. Sedotan juga masih memiliki varian rasa yang terbatas dan berharap dalam penelitian kedepannya dapat mengembangkan varian rasa sedotan yang lebih banyak.
Wakil Direktur Tri Sakti Institut I Putu Sudiarta, Ph.D. berharap hasil-hasil penelitian siswa yang sangat aplikatif dapat ditindaklanjuti dan diimplementasikan oleh Pemerintah Kota Denpasar. Pemerintah juga diharapkan tidak hanya memberikan penghargaan atas prestasi, tetap dilanjutkan dengan pembinaan dan penyempurnaan produk.
“Perlu pembinaan rutin terhadap peneliti muda dengan sistem terencana dan penganggaran yang jelas. Lomba harus bisa menjadi lumbung ide yang kemudian tinggal dikembangkan dan disempurnakan oleh dinas” jelas Sudiarta yang juga merupakan salah satu juri dalam ajang Denpasar Inovation Award Ke-VII Tahun 2019.
Sudiarta mengungkapkan sejak terlibat sebagai juri dalam 5 tahun terakhir, belum banyak hasil penelitian berupa produk yang kemudian terimplementasi, baik ke masyarakat maupun di komersialisasi. Ia mengingatkan jangan sampai upaya Pemerintah Kota Denpasar menggelar kompetisi penelitian hanya sekedar menjadi rutinitas tahunan.
“Ide para peneliti muda jangan sampai terhenti di piagam dan piala lomba, tetapi penghargaan terbesar adalah tindaklanjut. Tindaklanjut dapat berupa perencanaan pembuatan bank ide untuk menyiapkan penelitian yang terencana dan dengan penganggaran yang jelas” cap pria dua putra yang merupakan akademisi Fakultas Pertanian, Universitas Udayana.
Sebelumnya Sekretaris Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) Kota Denpasar Anak Agung Made Wijaya Asmara mengakui Pemerintah Kota Denpasar sedang merencanakan pembangunan pusat penelitian bagi peneliti muda Denpasar. Pusat penelitian tersebut diharapkan nantinya akan menjadi wadah bagi generasi muda Denpasar yang tertarik dalam bidang penelitian.
“Kita usahakan secara bertahap, kita mempertimbangkan keuangan daerah, perlahan-lahan, yang penting ada tempatnya berinovasi disini. Hasil penelitian para peneliti muda juga akan dipamerkan disini” jelas Wijaya Asmara.
Wijaya Asmara menyebutkan Pemerintah Kota Denpasar juga sedang mempertimbangkan untuk mempatenkan hasil-hasil penelitian para peneliti muda Denpasar. “Pemkot nanti yang akan membiayai semua, patennya nanti kita bicarakan dulu” papar Wijaya Asmara.[bbn/muliarta]
Reporter: bbn/mul