Pengrajin Gerabah Sulit Berproduksi Terkendala Musim Hujan
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, BADUNG.
Musim penghujan pelaku usaha kerajinan gerabah khususnya di Banjar Basang Tamiang, Desa Kapal, Kabupaten Badung yang memproduksi kerajinan gerabah khusus untuk upakara adat Bali (Ngaben, Nganten dan Odalan) mengalami sedikit penurunan.
[pilihan-redaksi]
Seperti yang dialami salah satu pengrajin yakni Ketut Subrata. Menurutnya, hal tersebut disebabkan karena sinar matahari tidak sepenuhnya menyinari karena dihalangi mendung bahkan terjadi hujan. Sehingga, lanjutnya, dalam proses penjemuran sedikit mengalami kendala dan akan membutuhkan waktu yang agak lama dalam proses penjemurannya.
"Ya,tentu di musim penghujan ini proses produksi kami agak lambat. Sinar matahari tidak full ada, karena dalam proses pembuatan gerabah ini tentu membutuhkan sinar matahari," jelasnya.
Musim penghujan ini, diakuinya, jumlah produk yang dihasilkan mengalami penurunan dari rata-rata sebelum datang musim penghujan yang mampu menghasilkan 100 biji produk gerabah per hari.
"Jika panas bagus bisa 100 biji per hari bisa kami hasilkan. Dalam musim hujan ini kadang sampai tidak bisa bekerja, karena terkendala sinar matahari," ujarnya.
Adapun beberapa jenis kerajinan gerabah untuk upakara yang dihasilkan mulai dari jenis Coloblong, Jempere dan Caratan dengan harga dibandrol mulai dari Rp300 hingga Rp600 per biji.
"Produk-produk yang kami hasilkan tersebut kami jual hampir di seluruh Bali. Yang biasanya dicari langsung oleh pengepul, misal ada dari Karangasem dan beberapa daerah lain di Bali," kata Subrata.
Reporter: bbn/aga