search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Dilema Bursa Tenaga Kerja Angkatan Corona
Jumat, 10 Juli 2020, 09:40 WITA Follow
image

bbn/ilustrasi/pixabay

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Pandemi global telah mengacaukan keseimbangan pasar tenaga kerja. Menurunnya produktivitas akibat diterapkannya kebijakan penjarakan sosial telah menyebabkan guncangan dahsyat pada perekonomian global, nasional, termasuk perekonomian regional Bali. 


[pilihan-redaksi]
Fenomena Covid-19 menjadi pukulan telak bagi industri pariwisata Bali. Satu-satunya primadona basis perekonomian Bali dibungkam dengan menurun drastisnya jumlah wisatawan hingga titik nadi terendah dengan capaian hanya sebesar 36 kunjungan wisatawan di bulan Mei 2020 seperti yang dilaporkan dalam Berita Resmi Statistik oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 


Dikutip dari Tribunnews.com, Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan ESDM Provinsi Bali melaporkan bahwa per 9 Juni 2020 sebanyak 73.397 pekerja di sektor formal dirumahkan dan 2.625 orang diputuskan hubungan kerja (PHK). Lalu, bagaimana nasib angkatan yang lulus di masa pandemi ini?


Mengkaji kondisi ketenagakerjaan di Indonesia berarti mengacu kepada mereka yang termasuk kelompok angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Badan Pusat Statistik mendefinisikan penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran. 


Sedangkan mereka yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi dikelompokkan sebagai bukan angkatan kerja. Pada bulan Juli-Agustus merupakan periode kelulusan peserta didik dari berbagai jenjang pendidikan. Ini berarti akan ada kelompok penduduk usia kerja baru yang akan memasuki pangsa pasar tenaga kerja di masa pandemi ini. 


Hasil SAKERNAS Februari 2020 menunjukkan bahwa sebelum pandemi jumlah angkatan kerja di Bali diperkirakan mencapai 2.591.033 orang dan penduduk bukan angkatan kerja mencapai 770.669 orang. Gambaran ini turut dipertegas dengan peluang bonus demografi yang digadang-gadang telah terjadi sejak memasuki tahun 2015. Bonus demografi secara kasar diartikan sebagai perbandingan jumlah penduduk usia produktif yang relatif lebih banyak daripada penduduk bukan usia produktif. 


Namun, apakah bonus tersebut benar merupakan bonus tanpa memperhatikan kualitas SDM? Apalagi di masa pandemi, sepertinya bonus bisa berbalik menjadi beban akibat terjadinya excess supply (kelebihan penawaran) daripada demand (permintaan) di pasar tenaga kerja yang turut melesu dan semakin ketat.


Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menjelaskan tingkat pengangguran terbuka diproyeksi akan meningkat 4 juta hingga 5,5 juta di tahun 2020 akibat dampak pandemi virus corona seperti dikutip dari Kompas.com. Sementara itu Kementerian Keuangan memprediksi bahwa jumlah pengangguran akan meningkat di kisaran 4,03 juta orang sampai 5,2 juta orang di tahun 2020. 


Situasi ini jelas menjadi tantangan luar biasa bagi mereka yang lulus di masa pandemi. Wacana penutupan peneriman CPNS di tahun 2020 yang disampaikan oleh Menteri PAN-RB juga turut mengubur mimpi generasi angkatan corona untuk menjajal karir di sektor formal setidaknya hingga kondisi pulih setelah pandemi berakhir. Meskipun hingga saat ini belum satupun praktisi atau ahli yang cukup jemawa untuk menakar kapan wabah ini akan berakhir. 


Kajian yang dilakukan oleh Lembaga Demografi FEB Universitas Indonesia menemukan bahwa kohor S-1 (umur 21-22) yang lulus semasa Krisis Moneter 1998 dan Krisis Ekonomi 2008 mempunyai angka pengangguran pada umur 30 tahun yang lebih tinggi daripada kohor lainnya. Pada saat kondisi krisis di dua periode tersebut sektor perekonomian yang terdampak berhubungan dengan valuta, kurs dan sektor finansial lainnya. Industri yang bergerak di non-tradable goods yang tetap tumbuh kencang. 


Selain itu sektor informal dapat dihandalkan sebagai penyangga sehingga stabilitas ekonomi nasional dapat terjaga. Berbeda dengan Covid-19 yang menyerang hampir semua lini kehidupan. Pandemi ini juga memberi efek buruk bagi kesempatan besaran gaji pekerja baru. Dalam situasi terdesak rangka bertahan hidup untuk menafkahi dirinya sendiri, seorang pekerja akan hanya memprioritaskan aktivitas yang menghasilkan tanpa hitung-hitungan. Dampak sosial lainnya mungkin terjadi adalah tekanan psikologis yang bahkan berpotensi mengganggu kesehatan generasi corona akibat pengalaman yang tidak menyenangkan di masa sulit sekarang ini. 


Gong tatanan kehidupan era baru telah resmi ditabuh sebagai pertanda optimisme positif perekonomian Bali. Upaya untuk keluar dari masa jebakan pandemi terus diupayakan termasuk bagaimana menyelesaikan potensi pengangguran akibat pandemi. Bagi mereka yang berasal dari keluarga menengah keatas mereka mungkin dapat memilih untuk menganggur sukarela. 


Artinya mereka tidak perlu khawatir akan beban ekonomi karena masih memiliki simpanan asset tabungan, mendapat transfer, atau menjadi tanggungan dari keluarga. Kesempatan ini dapat digunakan untuk mengasah skill atau kompetensi untuk persiapan kerja agar lebih kompetitif. Mengikuti seminar online lewat Webinar sebagai contoh dapat bermanfaat meningkatkan peluang kerja dengan bertemu peserta dari berbagai latar belakang sebagai jejaring. 


Kondisi berbeda harus dihadapi oleh mereka yang berasal dari kelompok kurang mampu dimana mereka terpaksa menganggur. Mereka yang berada pada segmen ini diprioritaskan untuk mendapatkan program bantuan sosial berupa kartu PraKerja ataupun pelatihan kerja yang tidak hanya difasilitasi oleh pemerintah. Salah satu cara keluar dari situasi sulit ini adalah dengan menumbuhkan budaya wirausaha. 


Pemerintah telah menyiapkan 2,4 triliun rupiah untuk insentif pajak UMKM dengan total biaya penanganan UMKM sebesar 123,46 triliun rupiah. Skema ini juga disiapkan untuk menurunkan risiko kredit agar meningkatkan minat perbankan menyalurkan pinjaman yang selama ini dikhawatirkan oleh pelaku usaha. Pada akhirnya generasi corona tidak perlu berkecil hari karena kita berada pada situasi yang sulit ini bersama. Semoga semuanya baik.

 

Penulis 

I Gede Heprin Prayasta
Mahasiswa Magister Ilmu Ekonomi
Universitas Udayana

Reporter: bbn/opn



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami