search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Belajar dari Flu Spanyol Tahun 1918, Gagal Paham Penyebab Kasus Melonjak
Senin, 3 Agustus 2020, 10:00 WITA Follow
image

bbn/national archives

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Sama seperti Covid-19, flu Spanyol menyebar luas ke seluruh penjuru dunia pada 1918 silam. Wabah berlangsung bersamaan dengan berkecamuknya perang dunia.

[pilihan-redaksi]
Dikutip dari cnnindonesia.com, Sejarawan Universitas Indonesia, Tri Wahyuning mengatakan, pandemi virus corona memiliki banyak kemiripan dengan flu Spanyol. Kedua penyakit tersebut menimbulkan gejala pernapasan yang hampir sama. Penularannya pun sangat cepat dan mematikan.

Sama seperti saat ini, wabah Flu Spanyol pun menimbulkan kegegeran. Kala itu, kampanye penerapan protokol kesehatan dilakukan secara manual.

"Secara rutin itu [petugas pemerintahan] berkeliling kota dan dia seolah-olah mengingatkan bahwa ini adalah penyakit yang sifatnya mematikan. Jadi, lebih baik kalau tidak perlu, tinggal [diam] di rumah, tetap memakai masker," ungkap Tri di Media Center Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Sabtu (1/8).

Saat flu Spanyol pertama kali menginjakkan kaki, pemerintah Hindia Belanda terbelalak dan tak siap. Alur komunikasi terkait penyakit dan cara pencegahan antara pemerintah dan masyarakat pun sempat tersendat.

Apalagi, kala itu kemampuan literasi masyarakat Indonesia masih sangat terbatas. Hanya segelintir orang yang mampu membaca dengan baik. Alhasil, pemerintah Hindia-Belanda pun menerbitkan buku berjudul Lelara Influenza yang menjelaskan soal lika-liku penyakit influenza.

Mulai dari definisi, gejala sampai penanganan influenza, semua dijelaskan dalam buku tersebut. Buku tersebut dialihbahasakan ke dalam cerita pewayangan agar lebih mudah dimengerti.

"Berhati-hatilah jangan sampai bertindak ceroboh yang bisa mengakibatkan munculnya debu. Orang yang terkena panas dan batuk tidak boleh keluar rumah. Harus tidur atau istirahat saja. Badannya diselimuti sampai rapat, kepalanya dikompres, tidak boleh mandi," ujar sejarawan Kresno Brahmantyo, menceritakan isi buku, dalam kesempatan yang sama.

Namun begitu, kala itu masyarakat masih tak percaya bahwa flu Spanyol merupakan wabah yang ditularkan dari pendatang atau karier. Mereka justru percaya penyakit tersebut didatangkan oleh debu atau angin dari alam.

Karena gagal paham, katanya, penanganan wabah pun tersendat. Flu Spanyol terus mewabah dan jumlah kasus masih bertambah. Pada akhirnya pemerintah memutuskan menutup pelabuhan yang menjadi pintu keluar masuk Hindia Belanda.

Tokoh nasional, dr Tjipto Mangoenkusumo bersama para siswa STOVIA kemudian memunculkan mantri-mantri kesehatan. Mereka ditugaskan menyebarkan imbauan protokol kesehatan yang benar ke masyarakat.

Rumah penyintas flu Spanyol diberi penanda bendera kuning, sebagai tanda agar warga sekitar tidak mendatangi rumah tersebut dan meminimalisir penularan.

Flu Spanyol sendiri pertama kali dilaporkan di Indonesia pada Juli 1918 silam. Namun, baru terdeteksi pada September 1918. Selang dua bulan, wabah mencapai puncaknya.

Angka kematian akibat flu Spanyol diperkirakan mencapai 906 ribu kasus di Pulau Jawa sejak September 1918 hingga September 1919. Indonesia mencatat total angka kematian akibat flu Spanyol sebanyak 1,3 juta kasus.

Kini, Indonesia kembali menghadapi situasi yang hampir sama. Pandemi Covid-19 semakin berdiri pongah dan mengancam masyarakat Indonesia.

Hingga saat ini, angka kasus positif Covid-19 di Indonesia telah menembus lebih dari 109 ribu kasus, dengan sekitar 67 ribu angka kesembuhan, dan lebih dari 5 ribu angka kematian. Baik pemerintah ataupun pakar belum tahu pasti kapan puncak pandemi terjadi di Indonesia.

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami