search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Masihkah Berharap Ekonomi Indonesia Nomor 7 di Dunia?
Sabtu, 8 Agustus 2020, 10:00 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Prediksi McKinsey bahwa Indonesia di masa mendatang menjadi negara yang secara ekonomi nomor 7 di dunia tentu mengejutkan banyak pihak. Indonesia menduduki peringkat tersebut pada tahun 2030. 

[pilihan-redaksi]
Hal ini tentu tak lepas dari masa bonus demografi Indonesia yang juga diprediksi pada tahun yang sama. Namun, kenyataan mungkin tak semulus prediksi. Berkaca dari kejadian tahun 2020 ini, wabah pandemi menyerang dunia hingga perekonomian dunia perlahan memburuk. 

Perekonomian Indonesia ikut krisis dibuatnya. Mata uang dollar bahkan naik pesat terhadap mata uang Indonesia. Percis seperti krisis moneter tahun 1998. Pemasukan lewat jalur pariwisatapun terhentak begitu saja. Pulau Bali yang ramai akan turis asingnya seakan terkena Bom untuk kesekian kalinya. Lantas, bagaimana menghadapi rintangan ini? Apakah mimpi perekonomian Indonesia pada tahun 2030 masih bisa digapai?

Tak Terduga

Rintangan perekonomian Indonesia memang silih berganti, krisis moneter pada tahun 1998 tak menjadi ujung perjalanan perekonomian Indonesia. Bangkit dari keterpurukannya menjadi pilihan yang tepat bagi Indonesia kala itu. Sektor industri mulai dibangun kembali, peningkatan produktivitas, dan pembangunan infrastruktur mulai terus berkembang.

Terlepas dari semua itu, Indonesia kembali menghadapi bencana yang tak terduga. Covid-19 seolah-olah membuat dunia dan Indonesia berhenti sejenak. Hal ini jelas di luar dari prediksi dan kesiapaan Indonesia menghadapi masalah yang sekaligus menyerang banyak faktor seperti ekonomi, kesehatan, serta sosial-budaya.

Perekonomian yang rawut-marut adalah dampak dari banyaknya pekerja yang di rumahkan bahkan di-PHK oleh tempat kerjanya. Kontribusi ekonomi bisa dibilang tersisa dari konsumsi rumah tangga saja. Objek wisata yang juga harus berhenti beroperasi berdampak besar pada pemasukan ekonomi di Indonesia. Tak ada lagi warga asing yang berkunjung ke Indonesia di tengah wabah yang berbahaya ini. Oleh sebab itu, banyak daerah yang mulai dan sudah kesusahan dalam perekonomiannya.

Dana Moneter Internasional (IMF) bahkan menyatakan pandemi virus corona merusak ekonomi dunia lebih buruk dari angka perkiraan yang dikeluarkan sebelumnya. Pernyataan yang mengagetkan ini diperkirakan karena data penurunan ekonomi dunia lebih tajam dibanding perkiraan awal. Dunia serta Indonesia berpotensi mengalami luka ekonomi. 

Dalam artian banyak sektor ekonomi yang bangkrut, susahnya mencari lapangan pekerjaan, hingga roda perekonomian sulit berputar dengan cepat menuju tempat yang lebih baik. Jika krisis pada tahun 1998 tak cukup waktu 5 tahun untuk bangkit kembali, kemudian sampai kapan krisis ekonomi karena pandemi yang bahkan diprediksi lebih suram akan berakhir?

Mungkin memang dibutuhkan waktu yang lama. Lamun kalau negara serta warganya melakukan tindakan yang tepat dalam pemulihan ini, tentunya akan mempersingkat krisis ekonomi kali ini.

Tepat Strategi

Indonesia sepatutnya menghadapi dampak ekonomi oleh pandemi ini dengan serius. Berbagai program untuk memulihkan ekonomi sebenarnya sudah mulai diberlakukan. Sebagai contoh kebijakan dalam perpajakan dan pengurangan lartas impor. Sektor ekonomi dari yang terkecil seperti usaha kecil dan menengah juga perlu dibantu agar tetap bisa bertahan di situasi sekarang ini. Hingga kini pemerintah telah merancang strategi untuk pemulihan ekonomi seperti subsidi bunga untuk UMKM, pemberian dana terhadap bank-bank yang peminjamnya kesulitan dalam mengembalikan dana, serta penempatan modal negara untuk BUMN.

Pemerintah tetap harus memikirkan strategi yang tepat untuk melewati bencana ini, agar dapat merasakan bonus demografi beberapa tahun ke depan. Faktanya, masih ada beberapa kebijakan yang tak jalan tepat sasaran. Seperti bantuan langsung tunai yang harusnya didata sesuai sasaran ekonomi masyarakat sendiri.

Peringanan uang pajak, listrik, serta air juga penting direalisasikan. Pasalnya itu semua merupakan kebutuhan sehari-hari masyarakat. Bagaimana masyarakat tak kesulitan, penghasilan mangkrak namun biaya rumah tangga tetap harus dibayar bahkan naik harganya. Memang benar di sini pemerintah juga kesulitan dalam ekonomi, namun sedikit demi sedikit harus ada strategi yang tepat agar ekonomi kembali membaik. Sebagai contohnya pemberian pajak pada sektor hiburan, seperti chanel youtube, chanel tv, atau aplikasi serba online penunjang bekerja dari rumah. Sehingga membantu ekonomi Indonesia agar tak jatuh lebih dalam lagi.

Upaya Pencapaian Bonus-Demografi

Pandemi ini selayaknya tak menjadikan Indonesia berhenti mempersiapkan prediksi perekonomian beberapa tahun nanti. Untuk mengatasi tantangan tersebut, Indonesia perlu meningkatkan sumber daya manusianya. Tingginya tawaran angkatan kerja serta umur produktif manusia membuat kompetisi meningkat dalam dunia pekerjaan. Apalagi sudah tak bisa ditawar, teknologi hari demi hari akan terus berkembang.

Penguatan sumber daya manusia sangatlah dibutuhkan. Semua insan harus menumbuhkan rasa semangat untuk mengasah skill terutama dibidang teknologi agar tak terkalahkan di dunia kerja nantinya. Korupsi juga perlu diberantas agar anggaran pemerintah jatuh pada sasarannya bukannya masuk kantong yang tak seharusnya. Kesenjangan pembangunan pada daerah tertentu, minimnya infrastruktur, lemahnya sumber daya manusia, serta hambatan-hambatan birokrasi dan korupsi perlu diperhatikan. 

Dengan begitu, kesejahteraan tak terlahir pada daerah industri saja, daerah metropolitan saja, sedangkan hadir pula di beberapa daerah yang tertinggal perekonomiannya. Teknologi yang semakin canggih membuat banyak peluang bagi masyarakat yang pandai mencari celah. Masyarakat dapat memanfaatkan candu dunia online ini sebagai jalan bagi kita meningkatkan ekonomi sendiri. 

Pasar online misalnya, banyak masyarakat yang ingin serba praktis, tak ada waktu berbelanja konvensional, ditambah lagi waktu yang lebih banyak dihabiskan di layar ponsel dapat menarik potensi pasar online itu sendiri. Dalam hal ini, peluang berbisnis online sudah mulai didukung pemerintah dengan meningkatnya akses pembayaran elektronik. Pemerintah juga menyediakan layanan online seperti e-government di mana masyarakat diminta familiar terhadap perkembangan digital saat ini. 

Program Google Indonesia yakni Gapura Digital juga menjadi salah satu dukungan pemerintah ditujukan kepada pelaku bisnis konvensional. Di mana berupa pelatihan pemanfaatan internet sebagai sarana menjalankan usaha. Sayangnya, masih ada masyarakat yang jauh dari sistem digital ini, apalagi akses internet di Indonesia yang masih mahal dan lambat. Pemerintah sebaiknya terus meningkatkan kualitas layanan internet sebab dunia digital makin hari makin berkembang


Penulis

Ni Made Mila Octania Putri
Mahasiswi Double Degree Sampoerna University Jakarta
dan University of Arizona

Reporter: bbn/opn



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami