search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Ada Sanksi Jika Warga Menolak Divaksin, Pakar Epidemiolog UGM Tidak Sepakat
Jumat, 19 Februari 2021, 15:25 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Pakar epidemiologi UGM Bayu Satria Wiratama mengaku tidak sepakat jika diberlakukannya sanksi jika ada warga yang menolak disuntik vaksin covid-19.

Sebab, menurutnya, komunikasi dan edukasi tentang perlunya vaksin untuk penanggulangan Covid-19 juga belum maksimal dilakukan pemerintah. 

"Saya termasuk yang kurang setuju ada denda untuk vaksin karena usaha komunikasi dan edukasi pemerintah belum terlihat maksimal," kata Bayu Satria, Kamis (18/2/2021) dikutip dari Liputan6.com.

Saat ini, memang masyarakat masih terus dilema soal ancaman sanksi administratif dan sanksi pidana yang tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) RI Nomor 14 Tahun 2021 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Covid-19 tersebut. Namun, menurut Bayu, pemerintah lebih penting untuk mempersiapkan ketersediaan vaksin sebanyak mungkin untuk semua lapisan masyarakat. 

"Yang paling utama tetap ketersediaan vaksin dulu," ujarnya.

Bayu lebih setuju dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo soal sanksi tersebut. Ganjar mengatakan warga yang menolak disuntik vaksin saat ini sebaiknya dimundurkan saja jadwalnya, sambil terus dilakukan edukasi. Vaksinasi pun tetap bisa dilakukan terhadap warga yang mau dan membutuhkan.

"Ya sudah dimundurkan ke periode paling akhir. Tujuannya mungkin bisa berubah ketika makin lama melihat mereka yang divaksin lebih banyak sekali efek positifnya daripada yang negatif," katanya.

Bayu menjelaskan soal target vaksinasi yang ditetapkan pemerintah dalam tahun ini sangat sulit tercapai. Ia melihat kondisi ketersediaan vaksin Covid-19 yang dimiliki saat ini.

"Kalau tidak ada usaha sangat besar untuk memenuhi kebutuhan, saya kira akan sulit karena untuk tahap dua saja kita masih kurang tersedia vaksinnya," katanya.

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami