Pelukis Disabilitas Mampu Hidupi Keluarganya yang Terdampak Pandemi
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, JEMBRANA.
Tempat melukis milik Romi Purwanto (41) sangat terlihat sederhana jika Anda sempat datang ke rumahnya di Desa Pulukan, Pekutatan, Jembrana.
Namun di balik kesederhanaan itu, karya - karyanya sudah ada yang dikirim ke mancanegara. Pria penyandang disabilitas fisik yang dideritanya sejak lahir tidak membuat semangatnya memudar begitu saja. Lumpuh pada kedua kakinya hanya dibantu alat berupa tongkat ketiak.
Seni lukis yang digelutinya sejak 2002 merupakan aliran realisme, ia berusaha menampilkan karya lukis berupa objek lukis dalam kehidupan sehari - hari, seperti bentuk pemandangan, binatang, potret, dan bahkan kini merambah pada mural, menggambar dalam media dinding.
Sebagai seorang seniman dalam bidang lukisan, ia pun mengalami pasang - surut. Pandemi Covid-19 membuat pendapatannya menurun hingga 70 persen. Penurunan itu imbas dari pesanan lukisan yang biasanya datang dari turis yang berlibur di Bali.
"Sebelum pandemi Covid-19 melanda, lukisan saya dipasarkan ke villa, ada juga dibawa keluar negeri seperti Australia dan Rusia, namun sekarang hanya mengandalkan orang lokal saja," tutur Romi di rumahnya, Senin (22/2/2021) sembari merampungkan pesanan lukisan dari Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT) Denpasar dikutip dari beritajembrana.com.
Pesanan yang ia terima kebanyakan datang dari jaringan pemandu wisata (guide) yang sudah terjalin sejak lama, mereka datang dari Sukawati, Pecatu, dan Kuta.
Saat ini hasil penjualan lukisan tersebut cukup untuk kehidupan sehari-hari, serta menopang biaya kehidupan keluarga besarnya yang tinggal menetap dalam satu rumah, yang terdiri dari kedua orang tua, anak dan keponakannya.
"Mereka ini semua terdampak pandemi, saya selaku kakaknya harus bisa membantu sebisa mungkin," tuturnya bapak dua anak ini.
Saat ini lukisan yang ia garap kebanyakan datang dari pesanan lokal. Harga lukisan tersebut bergantung dari kualitas bahan, baik kanvas maupun cat lukis. Ia menjual lukisan tersebut dari kisaran Rp200.000 - Rp3.000.000.
"Tingkat kedetailannya pun berbeda setiap hasil lukisan," imbuhnya.
Penggarapan untuk satu lukisan bisa ia selesaikan dalam waktu 1-2 minggu. Ia berharap kedepannya kepada pemerintah bisa mendorong khususnya kaum disabilitas yang bergerak dalam bidang seni rupa agar terus bisa berkarya dan produktif melalui program khusus penyandang disabilitas.
"Saya harap bisa memperhatikan orang-orang yang berpotensi yang bisa mengangkat nama desa khusunya di Jembrana," tambah Romi yang juga bercita - cita membuat galeri mini untuk memamerkan hasil lukisannya.
Reporter: bbn/tim