search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Air Subak Dinilai Sakral, Semestinya Tidak Diperbolehkan Membuang Kotoran
Selasa, 25 Mei 2021, 12:00 WITA Follow
image

bbn/Buleleng Kab.go.id

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, TABANAN.

Museum Subak di Sanggulan, Tabanan menggelar acara seminar dengan topik sakralisasi air dalam subak pada Senin (24/5). 

Acara ini digelar untuk mengajak masyarakat memahami bagaimana sulitnya menjaga kelestarian air di kawasan subak. Selain itu, banyak faktor yang mengancam keberadaan air subak, salah satunya sampah dan kemarau. 

Kepala UPTD Museum Subak, Tabanan, Ida Ayu Pawitrani mengatakan, sesuai lontar, air subak sangat sakral, semestinya tidak diperbolehkan membuang kotoran apapun. 

"Jangankan disalurkan air, di genangan air juga tidak boleh ada kotoran, namun akibat globalisasi jadi kurang sakral," terangnya. 

Nilai kesakralan air subak, lanjut kata Pawitrani hanya terlihat ketika ada upacara saja, namun kondisi yang ada saat ini banyak saluran irigasi dipenuhi sampah. 

"lewat program rutin museum ini kami coba bangkitkan lagi betapa berharganya air dan sakralnya air serta pentingnya menjaga ketersediaan air untuk keberlangsungan hidup masyarakat," ujarnya. 

Acara itu mengundang perwakilan Pekaseh di wilayah Kabupaten Tabanan diharapkan ke depan tahu bagaimana memperlakukan air dan pentingnya kebersihan di saluran irigasi. 

"Kalau irigasi penuh dengan sampah siapa yang mau lihat, apalagi Bali khususnya Tabanan bertumpu pada pariwisata,"jelasnya. 

Kadis kebudayaan I Gusti Ngurah Supanji mengatakan, seminar tentang nilai nilai budaya lokal semacam ini rutin digelar Museum Subak Sanggulan hampir tiap tahun dengan topik berbeda. Dimana hasil dari pertemuan ini akan dituangkan dalam bentuk buku yang akan dijadikan acuan atau panduan bagi Pemerintah Daerah untuk pembangunan sektor pertanian, apalagi saat ini tengah disusun RPJMD termasuk restra Disbud 2021-2026. 

"Kegiatan ini selaras dengan visi misi Bupati Tabanan dan Gubernur Bali terkait dengan pembangunan semesta Bali berlandaskan nilai-nilai lokal Bali," terangnya. 

Seorang pembicara, I Wayan Suardiana dalam pemaparannya menyampaikan air sangat dibutuhkan oleh semua makhluk dan tumbuhan. Kenyataannya hutan tempat menyimpan resapan air di Bali tidak memperoleh perlindungan baik dari segi regulasi maupun perilaku anarkis masyarakatnya. 

Terkait dengan pemuliaan air yang demikian kuat sebagaimana tampak dalam teks religius dan fungsional yang telah diwariskan oleh leluhur Bali dikatakan pula, tidak mendapat perhatian serius oleh generasi penerusnya. Menurutnya, eksistensi air akan tetap lestari sesuai dengan alamatnya jika Sad Kertih di Bali juga terjaga secara baik. 
 

Reporter: bbn/tab



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami