search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Kerusuhan Meluas, Korban Tewas Lebih dari 70 Orang
Kamis, 15 Juli 2021, 09:55 WITA Follow
image

beritabali.com/ist/suara.com/Kerusuhan Meluas, Korban Tewas Lebih dari 70 Orang

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Kerusuhan hingga penjarahan pecah di Afrika Selatan pada Rabu (14/7/2021). Sejumlah mayat dilaporkan tergeletak di jalanan, bahkan dari laporan terkini, korban meninggal dunia akibat peristiwa mengerikan itu lebih dari 70 orang.

Kerusuhan dipicu dari sejumlah aksi unjuk rasa oleh ribuan warga Afrika Selatan. Pengunjuk rasa yang membangkang, mengabaikan imbauan pemerintah untuk mengakhiri kekerasan.

Menyadur laman VOA Indonesia, Kamis (15/7/2021), kerusuhan dipicu pada pekan lalu, ketika mantan presiden Jacob Zuma mulai menjalani hukuman penjara 15 bulan atas tuduhan menghina pengadilan setelah ia tidak menghadiri sidang untuk menjawab pertanyaan tentang dakwaan korupsi.

Protes atas penangkapan Zuma dengan cepat berkembang menjadi kerusuhan sipil massal. Peristiwa itu menjadi yang terburuk di Afrika Selatan itu dalam beberapa tahun terakhir.

Massa yang beringas menjarah dan merusak pusat perbelanjaan, gerai ritel, dan bisnis di provinsi Gauteng, yang mencakup kota terbesar di negara itu, Johannesburg.

Sementara pasukan keamanan tampaknya tidak mampu mencegah aksi penjarahan, yang juga berlanjut di provinsi asal Zuma, KwaZulu-Natal dan menurut polisi, menyebar semalam ke provinsi Mpumalanga dan Northern Cape.

Di kota pesisir Durban, barisan panjang mobil tampak di luar gudang yang penuh dengan peralatan rumah tangga, makanan, dan barang-barang lainnya. Salah satu gudang terbakar, tetapi penjarah terus berdatangan.

Pemimpin oposisi Aliansi Demokrat, John Steenhuisen, berkunjung ke Durban untuk meninjau situasi.

“Cukup mengerikan melihat kehancuran tersebut, benar-benar hancur,” katanya. “Juga keputusasaan, banyak komunitas di sini yang merasa benar-benar ditinggalkan oleh dinas keamanan, dan dibiarkan berjuang sendiri. Mayat tergeletak di jalan. Ini jelas situasi yang tidak terkendali; situasinya tidak akan membaik.”

Rektor Free State University, Bonang Mohale juga berpandangan serupa.

“Sungguh memilukan melihat orang-orang dengan santai berjalan membawa troli kosong; Ketika mereka kembali, membawa troli seukuran rumah berlantai tiga ke mobil yang diparkir, seolah-olah ini adalah belanja rutin Minggu sore,” katanya. “Orang-orang membawa lemari es di kepala mereka; sapi di pundak mereka. Layar datar, di mana-mana!”

Mohale mengatakan daerah itu sekarang menerima akibat, karena partai Kongres Nasional Afrika yang berkuasa terus melindungi para pemimpin yang korup dan tidak kompeten.(sumber: suara.com)

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami