search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Masyarakat Diimbau Hati-hati Gunakan Antimikroba
Rabu, 24 November 2021, 17:55 WITA Follow
image

beritabali/ist/Masyarakat Diimbau Hati-hati Gunakan Antimikroba.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BADUNG.

Penggunaan antimikroba yang berlebihan dalam pangan dan pertanian menyimpan risiko bagi sistem pangan, mata pencaharian masyarakat dan perekonomian. 

Selain berdampak buruk secara langsung pada hewan ternak, penyakit hewan juga dapat secara signifikan mempengaruhi produksi pangan, ketahanan pangan dan mata pencaharian petani/peternak. Segala dampak ini dapat diperparah oleh AMR. 

“Penggunaan antimikroba yang tidak tepat di bidang pertanian dan peternakan berkontribusi pada penyebaran AMR dan mengurangi efektivitas obat hewan. Sangatlah penting untuk memastikan obat-obatan ini tetap efektif dan tersedia bagi sektor pertanian dan peternakan,” Ujar Kepala Perwakilan Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di Indonesia, Rajendra Aryal di Nusa Dua, Badung, Rabu (24/11/2021).

AMR ada di dalam makanan kita banyak orang menganggap bahwa risiko paparan kuman resistan terhadap antimikroba hanya ada di rumah sakit atau fasilitas kesehatan. Padahal dengan keberadaan mikroorganisme yang resistan terhadap antimikroba di dalam sistem pertanian. 

Hal ini mengakibatkan AMR ada dalam makanan yang kita konsumsi. Mikroorganisme yang resistan terhadap antimikroba dapat berkembang di dalam rantai pangan dan berpindah-pindah dari hewan, manusia dan lingkungan. AMR menjadi isu lintas sektor.

Angka perkiraan konsumsi antibiotik pada sistem pertanian global sangat beragam akibat buruknya surveilans dan pendataan di banyak negara. Angka ini berkisar antara 63 ribu hingga 240 ribu ton per tahun. 

Dari perkiraan tersebut, 75 hingga 90 persennya berasal dari kotoran hewan, karena antibiotic tidak terserap oleh tubuhnya, sehingga dikeluarkan kembali, mencemari saluran limbah dan sumber air. 

"Lingkungan yang tercemar limbah dari produksi antibiotik dapat menjadi reservoir penting bagi resistensi antimikroba," katanya.

Agar mampu mengatasi AMR Aryal menambahkan, sistem kesehatan global mengusung pendekatan “One Health” untuk mendorong praktek yang baik dalam mengurangi penyebaran mikroba yang resistan terhadap antibiotik pada manusia, hewan, tanaman maupun lingkungan.

Reporter: bbn/aga



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami