search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Peternak Babi di Bali Masih Belum Berorientasi Pasar
Senin, 14 Maret 2022, 14:10 WITA Follow
image

beritabali/ist/Peternak Babi di Bali Masih Belum Berorientasi Pasar.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BADUNG.

Peternak babi di Bali dinilai masih berorientasi pada 'on farm' saja, belum berorientasi pada pasar, ataupun industri hilirnya, sehingga peternak belum memiliki data tawar atau bargaining position yang kuat.

Sebagian besar peternak juga disebut belum mampu menembus konsumen secara langsung, penjualan masih melalui rantai cukup panjang. Hal tersebut menyebabkan harga Babi di tingkat peternak jauh lebih murah dibandingkan dengan harga Babi di konsumen. 

Padahal peluang pasar Babi di Provinsi Bali masih terbuka lebar. Permintaan babi (baik babi hidup maupun daging), masih tinggi baik dalam  memenuhi konsumsi lokal, penjualan antar pulau, ataupun kebutuhan ekspor.

"Pemasaran daging ke luar pulau ataupun ke luar negeri merupakan peluang pasar yang sangat potensial untuk digarap oleh peternak babi di Bali pada khususnya, karena menawarkan harga beli yang relatif lebih mahal.

Namun, pengiriman daging babi ini  membutuhkan berbagai persyaratan kualitas maupun administrasi yang cukup rumit," ungkap Wakil Dekan 2 Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Dr. Ir. Budi Rahayu Tanama Putri,S.Pt.,MM.,IPU., ASEAN.Eng, Minggu,(13/3) di Badung.

Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya kerja sama antar lembaga terkait, baik pemerintah, akademisi, dan organisasi pengusaha ternak babi untuk bersama-sama mengambil pernanannya masing-masing dalam menembus peluang-peluang pasar ini. 

"Dengan demikian, peternak akan mendapatkan jaminan harga yang lebih baik, dan pada akhirnya industri peternakan babi di Bali pada khususnya akan semakin bergairah," cetusnya. 

Jika dilihat berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik atau BPS Provinsi Bali, pada 2019 populasi babi di Bali tercatat sebanyak 690.379 ekor, pada tahun 2020 menurun menjadi398.291 ekor, dan tahun 2021 populasi menjadi 436.800 ekor. 

"Menurut prediksi saya, industri peternakan babi di Bali akan terus tumbuh dan berkembang seiring dengan meningkatnya permintaan pasar," katanya.

Selain itu, sebenarnya perlu juga dibuat roadmap yang baik dalam pengembangan industri peternakan babi di Bali sehingga kegiatan peternakan dapat terintegrasi dengan baik dari hulu-ke hilir. 

"Untuk hal tersebut Pemerintah dapat menjalin kerjasama dengan akademisi dalam hal ini juga," pungkasnya.

Reporter: bbn/aga



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami