search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Indonesia Raih 5 Medali Olimpiade Matematika Internasional 2022
Rabu, 20 Juli 2022, 10:09 WITA Follow
image

bbn/kompas.com/Indonesia Raih 5 Medali Olimpiade Matematika Internasional 2022

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Tim Olimpiade Matematika Indonesia berhasil meraih satu medali perak, empat medali perunggu, dan satu honourable mention di International Mathematical Olympiad (IMO) ke-63 tahun 2022. 

Olimpiade sains tertua dan terbesar di dunia ini ditujukan bagi siswa SMA dan diikuti oleh 589 siswa dari 104 negara, termasuk Indonesia. Rafael Kristoforus Yanto (SMAK Penabur, Gading Serpong) berhasil meraih medali perak. 

Lalu, empat medali perunggu masing-masing diraih Sandy Kristian Waluyo (SMAK Penabur, Cirebon), Maulana Satya Adigama (SMA Taruna Nusantara, Jawa Tengah), Evelyn Lianto (SMAK Mawar Sharon, Surabaya), dan Vanya Priscillia (SMAK Petra 2, Surabaya).

Untuk penghargaan Honourable Mention diraih oleh Andrew Daniel Janong (SMAK 5 Penabur, Jakarta). Dalam kompetisi IMO 2022 yang diselenggarakan selama dua hari tersebut, para peserta diminta untuk mengerjakan enam soal matematika yang masing-masing terdiri dari tiga soal per hari dan harus dikerjakan dalam waktu 4,5 jam. 

Soal-soal ini meliputi empat bidang yaitu aljabar, kombinatorika, geometri dan teori bilangan. Soal-soal yang diberikan merupakan soal-soal yang orisinal dengan tipe soal yang belum pernah dikerjakan oleh siswa sebelumnya. 

Pelaksana tugas Kepala Pusat Prestasi Nasional (Plt. Kepala Puspresnas), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Asep Sukmayadi menyampaikan apresiasi dan rasa bangganya atas capaian siswa Indonesia meski adanya keterbatasan kuantitas binaan akibat pandemi Covid-19. 

“Hasil yang dicapai oleh siswa-siswa Indonesia dengan mendapatkan satu medali perak, empat medali perunggu dan satu honourable mention merupakan prestasi yang luar biasa di tengah berbagai keterbatasan yang dialami dalam sistem pembinaan tim di masa pandemi ini,” tutur Asep dikutip dari laman Kemendikbud Ristek. 

Menurutnya, untuk dapat mengerjakan soal, para peserta dituntut memiliki kecepatan berpikir, ketenangan mental dan kreativitas yang tinggi. Asep mengungkapkan, tak jarang para matematikawan profesional pun merasa kesulitan untuk mengerjakan soal-soal IMO dalam rentang waktu yang diberikan penyelenggara. 

“Para peserta IMO ini, sebagaimana telah terbukti sebelumnya, di masa datang akan menjadi para ilmuwan, matematikawan, insinyur, dan ekonom yang memberikan kontribusi besar bagi kemajuan ilmu dan teknologi,” ujarnya optimistis.

Kenaikan nilai yang signifikan Koordinator Juri Matematika, Aleams Barra bersyukur dan mengapresiasi hasil kerja keras peserta olimpiade dan seluruh pihak yang telah mendukung timnya. “Anak-anak sudah melakukan yang terbaik dan untuk Puspresnas, saya mengapresiasi juga karena telah mempersiapkan olimpiade ini,” kata Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Institut Teknologi Bandung (ITB) ini. 

Dari perolehan nilai tim secara total, dijelaskan Barra, ada perbaikan capaian nilai yang signifikan dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun 2021 kata dia, nilai total tim adalah 99, sedangkan pada tahun ini nilai totalnya adalah 151. 

Akan tetapi, lanjut dia, kenaikan seperti ini tidak hanya dialami oleh Indonesia tapi juga oleh negara-negara lain yang tingkat kenaikan nilainya lebih tinggi dari kenaikan yang dialami oleh Indonesia. 

“Dengan demikian meskipun nilainya naik, ranking relatif Indonesia terhadap negara lain mengalami penurunan, dari rangking 32 menjadi ranking 38,” ungkapnya. Namun, ia bangga karena peserta Indonesia yaitu Rafael nyaris mendapatkan mendapatkan emas dengan hanya terpaut dua angka. Begitupun Sandy yang nyaris mendapatkan Perak dengan terpaut satu angka saja. 

Terkait persiapan, Barra menjabarkan bahwa aktivitas pembinaan yang selama ini dilakukan lebih banyak berbentuk diskusi antarsesama peserta olimpiade. Para peserta lintas generasi turut berdiskusi bersama mengerjakan soal yang telah disiapkan. Sementara para pengajar bertindak sebagai fasilitator yang mengarahkan peserta dan memberi beragam materi dasar. 

Barra mengungkapkan, pandemi Covid-19 yang terjadi membuat frekuensi diskusi yang dapat mereka lakukan secara luring dalam masa persiapan menjadi sangat minim. “Sebelum pandemi, pembinaan dapat berlangsung selama empat minggu. Namun sekarang kita hanya bertemu maksimal 15 hari dan semuanya online. Beruntung, sebelum berangkat, kita bertemu secara langsung selama tiga hari,” terangnya. 

Turut mendampingi peserta IMO Indonesia yaitu Fajar Yuliawan selaku Deputi Pimpinan Tim IMO Indonesia dan Herbert Ilhan Tanujaya. (Sumber: kompas.com)

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami