Sperma Tumpah di Luar Vagina, Apakah Bisa Menyebabkan Hamil?
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Tanya: Beberapa waktu lalu saya berhubungan intim dengan pacar saya beberapa kali dalam satu malam, tanpa menggunakan kondom. Cairan sperma saya tumpahin di luar vagina, tetapi tanpa saya perkirakan ada sedikit yang terdorong ke dalam lagi. Apakah pacar saya bisa hamil, Dok? Tolong di jelaskan dan apa solusinya jika pacar saya hamil. Terima kasih.” (Jeki,24)
Jawab: Hubungan seksual yang dilakukan dengan mengatur agar pengeluaran sperma atau ejakulasi terjadi di luar vagina disebut senggama terputus atau coitus interruptus. Logika awam banyak yang memperkirakan bahwa kalau tidak ada sperma yang masuk ke vagina, maka tidak mungkin terjadi kehamilan.
Memang kalau tidak ada sperma yang masuk sama sekali, pasti kehamilan tidak akan terjadi. Tetapi ternyata keberhasilannya dalam mencegah kehamilan tidak cukup memuaskan. Kegagalannya cukup sering terjadi mengingat banyak laki-laki yang kesulitan untuk benar-benar bisa mengontrol ejakulasinya, atau dalam kasus ini malah sperma yang sudah diejakulasikan di luar vagina, segera terdorong kembali sebagian ke dalam vagina.
Pada senggama terputus tidak selalu terjamin tidak ada sperma yang masuk ke dalam vagina. Karena itu kegagalan sanggama terputus cukup tinggi.
Senggama terputus makin banyak dilakukan remaja yang sudah berhubungan seksual, seiring dengan derasnya sumber informasi keliru yang didapat. Baik itu lewat pergaulan sebaya hingga media, seperti video porno hingga informasi di internet. Tujuannya jelas memang untuk menghindari terjadinya kehamilan tanpa perlu menggunakan alat kontrasepsi.
Banyaknya informasi tentang senggama terputus yang dapat menjamin seratus persen hubungan seksual yang dilakukan bisa terhindar dari kehamilan tentu saja keliru. Karena sekali lagi, kegagalannya cukup tinggi.
Kekeliruan ini masih banyak beredar dan dipercaya. Pengaruhnya masih sangat kuat, bahkan juga di antara para anak muda yang justru sedang butuh atau sedang giat-giatnya mencari informasi tentang seks dan kesehatan reproduksi.
Banyak yang mempercayai informasi yang belum tentu benar, sehingga tidak jarang kita temui kasus-kasus yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi bermula dari keyakinan yang salah.
Hal itu terjadi karena tidak lengkapnya informasi tentang kesehatan reproduksi yang bisa diakses oleh remaja, baik melalui lembaga formal seperti sekolah, keluarga atau masyarakat pada umumnya.
Lalu, kalau terjadi kehamilan, apa yang mesti dilakukan? Tentu saja kehamilannya harus dipertanggung jawabkan. Dan jika dilihat dari usianya, maka jawaban yang lebih tepat adalah dengan menikah dan melanjutkan kehamilan. Kecuali memang ada pertimbangan medis lain yang tidak memungkinkan kehamilan dilanjutkan.
Editor: Juniar
Reporter: bbn/tim