search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Ahli Nuklir AS Kaitkan Perang Dunia 3 dengan Virus
Kamis, 27 Juli 2023, 18:30 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Ahli Nuklir AS Kaitkan Perang Dunia 3 dengan Virus

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Fisikawan ahli nuklir Amerika Serikat Peter D Zimmerman mengatakan Perang Dunia 3 sudah dimulai, namun melawan virus. Namun, pernyataannya yang dimaksud bukan konflik antar negara melainkan perang melawan virus Covid-19.

Virus Covid-19 menyerang seluruh negara di dunia selama tiga tahun terakhir bahkan sempat menjadi pandemi. Banyak pasien yang terinfeksi meninggal, fasilitas kesehatan sempat kewalahan, dan ekonomi lumpuh.

Dalam kolom opini yang dirili di situs Military, Zimmerman, mengatakan perang dunia 3 telah dimulai.

"Anda mungkin tak menyadari itu perang untuk kematian, karena [perang] ini tanpa bom atau peluru. Musuh kita adalah virus SARS-Cov-2, yang menyebabkan Covid-19," ujar Zimmerman.

Virus tersebut, kata dia, punya satu tujuan yaitu menaklukkan sel manusia dan mengubahnya jadi pabrik untuk membuat lebih banyak virus.

Lebih lanjut, Zimmerman menerangkan AS kalah telak di perang dunia ketiga ini. Ia lantas membandingkan jumlah tentara Negeri Paman Sam yang meninggal di Perang Dunia II dan Perang Dunia 3.

"Kita kalah perang, telak. Sekitar 400 ribu tentara Amerika meninggal dalam 43 bulan, [saat] kami berjuang di Perang Dunia II; 203 ribu warga Amerika meninggal dalam tujuh bulan di Perang Dunia 3," ungkap ilmuwan itu.

Warga AS yang tewas oleh virus, ujar dia, tiga kali lebih cepat dibanding tentara mereka yang tewas gegara peluru Jerman dan Jepang.

Di waktu tertentu, AS mengalami penurunan jumlah kasus Covid-19 dan korban yang meninggal. Sekilas, menurut dia ini dianggap kemenangan.

Namun, virus itu bermutasi dan membentuk varian baru yang dianggap lebih mematikan salah satunya Omicron.

Mengatasi korban kian banyak dan upaya mengurangi keganasan virus, sejumlah negara membuat vaksin. Komunitas internasional pun saling bekerja sama untuk mendapat vaksin.

Namun, efektivitas vaksin juga hanya sekitar 50 hingga 80 persen. Bagi individu yang sudah diinokulasi pun bisa terinfeksi Covid-19.

"Kita semua umpan meriam dari perang ini, dan saatnya kita mengakui fakta itu. Tapi kami bukannya tidak berdaya. Sama seperti pasukan kita mengenakan pelindung tubuh sebelum berperang, kita memiliki perlindungan fisik (antibodi)," imbuh Zimmerman.

Senada, jurnalis yang fokus di isu keamanan, siber, Kimia, Biologi, Radiologi, Nuklir dan Bahan Peledak, Philip Ingram, mengatakan tak ada definisi paling tepat untuk menyebut perlawanan terhadap SARS-CoV-2 adalah Perang Dunia 3.

Garis depan musuh dalam konflik ini adalah mereka yang terkena dampak langsung.

"Mereka yang menggunakan senjata pemusnah massal yaitu virus, itu adalah manusia, semua orang di planet bumi karena siapa pun bisa membawa, siapa pun bisa menyebarkan, siapa pun bisa terpapar, siapa pun bisa mati karenanya," ungkap Ingram di tulisan opini yang dirilis Grey Hare Media.(sumber: cnnindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami