Kim Jong Un Soal Kunjungan ke Rusia: Moskow Prioritas Korut
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un mengatakan lawatannya ke Rusia merupakan bukti nyata bahwa rezimnya sangat memprioritaskan hubungan strategis dengan Moskow.
"Kim Jong Un mengatakan bahwa kunjungannya ke Federasi Rusia merupakan wujud nyata sikap Partai Buruh Korut (WPK) dan pemerintah DPRK (nama resmi Korut) yang memprioritaskan kepentingan strategis hubungan DPRK-Rusia," bunyi laporan kantor berita Korut, KCNA, mengutip pernyataan Kim Jong Un pada Rabu (13/9).
Kim Jong Un tiba di Rusia pada Selasa (12/9) setelah menempuh perjalanan selama lebih dari 20 jam dari Ibu Kota Pyongyang, Korut, menggunakan kereta api lapis baja.
Kim Jong Un jarang sekali berpelesir ke luar negeri. Ini merupakan kunjungan luar negeri pertamanya sejak empat tahun terakhir dan pertama sejak pandemi Covid-19.
Lawatan luar negerinya terakhir kali yakni pada 2019 ke Vladivostok. Saat itu pun, Kim Jong Un menaiki kereta api yang diberi nama Taeyangho ini-yang dalam Bahasa Korea berarti matahari.
Nama itu merujuk secara simbolis kepada sang kakek yakni pendiri Korea Utara, Kim Il Sung.
Menaiki kereta api ke Rusia merupakan tradisi lama di kalangan pemimpin Korut.
Sementara itu, gambar yang dirilis KCNA menunjukkan Kim Jong Un bersama rombongan di stasiun Kota Khasan di perbatasan Rusia pada Selasa pagi.
Dalam gambar itu, Kim Jong Un terlihat disambut oleh pejabat senior Kremlin, salah satunya Menteri Sumber Daya Alam Rusia Alexander Kozlov.
Dikutip Reuters, sampai saat ini belum jelas kapan dan di mana Kim Jong Un akan bertemu dengan Presiden Vladimir Putin. Namun, media Jepang Kyodo dan portal berita Korea Selatan melaporkan Kim Jong Un kemungkinan bertemu Putin di Kosmodrom Vostochny di timur Rusia.
Kunjungan Kim Jong Un ke Rusia ini berlangsung ketika dunia internasional menaruh curiga bahwa Moskow dan Pyongyang tengah menjajaki kesepakatan jual beli senjata.
Negara Barat menuding Rusia tengah membujuk Korut menjual senjata kepada Moskow demi memenuhi kebutuhan amunisi perang di Ukraina.
Sebab, sejak invasi Rusia ke Ukraina berlangsung, Moskow menghadapi serangkaian sanksi dan isolasi lainnya dari negara Barat serta komunitas internasional sehingga sulit mendapatkan akses untuk membeli dan membuat senjata.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net