search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Makna Tradisi Male Telur dan Ambur Salim Saat Maulid Nabi di Kampung Bugis Jembrana
Jumat, 29 September 2023, 06:45 WITA Follow
image

beritabali/ist/Makna Tradisi Male Telur dan Ambur Salim Saat Maulid Nabi di Kampung Bugis Jembrana.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, JEMBRANA.

Tradisi Male Telur dan Ambur Salim masih dilestarikan oleh masyarakat Bugis Melayu di Kabupaten Jembrana, Bali. Biasanya, tradisi ini dilaksanakan pada bulan Rabiul Awal, atau Bulan Maulid Nabi.

Mahally, salah seorang tokoh masyarakat Loloan Timur, mengungkapkan bahwa tradisi male telur dan ambur salim memiliki makna yang mendalam. Tradisi male telur bermakna kelahiran kembali, sedangkan tradisi Ambur Salim bermakna keselamatan.

"Tradisi male telur dan Ambur Salim merupakan tradisi yang telah turun temurun di masyarakat kami. Tradisi ini menjadi simbol bahwa bayi telah memasuki masa baru dalam hidupnya," ungkap Mahally, Kamis (28/9/2023).

Dia juga menjelaskan bahwa tradisi potong rambut bayi biasanya disertai pembuatan male. Male adalah telur yang dihias dengan berbagai bentuk dan warna, kemudian diarak oleh masyarakat menuju tempat ibadah seperti Masjid atau Musala.

Male yang sudah dihiasi dilengkapi dengan rantasan, yaitu sesaji berupa setumpuk barang di atas talam, berupa kain yang belum pernah dipakai (sukla), beras kuning, uang logam, kelapa gading, keris (pusaka), dan barang-barang untuk merias diri sesuai jenis kelamin bayi.

"Prosesi potong rambut bayi ini biasanya dilakukan oleh orang yang dituakan di desa atau oleh orang yang dianggap memiliki ilmu spiritual," kata Mahally.

Setelah prosesi potong rambut selesai, dilanjutkan dengan tradisi ambur salim. Ambur salim adalah acara menghamburkan beras kuning dan uang logam. Tradisi ini dipercaya sebagai simbol keselamatan dan keberkahan.

Tahun ini, pelaksanaan tradisi male telur dan Ambur Salim di Kabupaten Jembrana terasa kurang meriah. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya warga yang mengikuti upacara potong rambut bayi.

Pelaksanaan tradisi male telur dan Ambur Salim tahun ini, kata Mahally hanya dihadiri oleh sekitar 11 bayi.

"Tahun-tahun sebelumnya, jumlah bayi yang mengikuti tradisi ini lebih dari 20 bayi dan lebih meriah lagi karena setelah pandemi itu masyarakat rindu dengan tradisi ini, sehingga dilaksanakan sangat meriah," ujar Mahally.

Meskipun demikian, Mahally menegaskan bahwa tradisi male telur dan Ambur Salim akan tetap dilestarikan oleh masyarakat Bugis Melayu di Kabupaten Jembrana.

"Tradisi potong rambut bayi dan ambur salim merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat Bugis di Kabupaten Jembrana. Tradisi ini sarat akan makna dan nilai-nilai luhur, seperti nilai spiritual, nilai sosial, dan nilai budaya. Kami akan terus melestarikannya agar tidak hilang ditelan zaman," tandas Mahally.

Editor: Robby

Reporter: bbn/jbr



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami