search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
WHO Peringatkan Kasus Campak di Eropa Naik 30 Kali Lipat
Minggu, 28 Januari 2024, 15:11 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/WHO Peringatkan Kasus Campak di Eropa Naik 30 Kali Lipat

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan peringatan mendesak mengenai penyakit campak setelah terjadi peningkatan kasus campak sebesar 30 kali lipat yang "mengkhawatirkan" di seluruh Eropa.

WHO melaporkan adanya peningkatan besar dalam jumlah orang yang terkena penyakit ini, yang dikatakan telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir.

Lebih dari 30.000 kasus dilaporkan antara bulan Januari dan Oktober tahun lalu, dibandingkan dengan 941 kasus sepanjang 2022.

Dua dari lima kasus terjadi pada anak-anak berusia antara satu dan empat tahun. Satu dari lima terjadi pada orang berusia 20 tahun ke atas.

WHO mengatakan tren ini diperkirakan akan memburuk jika masyarakat tidak memvaksinasi anak-anak mereka untuk melawan penyakit ini.

Peringatan tersebut muncul hanya beberapa hari setelah Inggris mengumumkan insiden tersebut sebagai insiden nasional di tengah lonjakan kasus, dan meluncurkan kampanye untuk mendorong orang tua agar mendapatkan vaksin campak, gondok, dan rubella (MMR) untuk anak-anak mereka.

"Kami telah melihat di kawasan ini tidak hanya peningkatan kasus campak sebesar 30 kali lipat, tetapi juga hampir 21.000 rawat inap dan lima kematian terkait campak (dilaporkan di dua negara)," kata Hans Kluge, direktur regional WHO untuk Eropa melansir dari The Guardian.

"Vaksinasi adalah satu-satunya cara untuk melindungi anak-anak dari penyakit yang berpotensi berbahaya ini. Upaya vaksinasi yang mendesak diperlukan untuk menghentikan penularan dan mencegah penyebaran lebih lanjut."

Campak dapat menyebabkan komplikasi serius, cacat seumur hidup, dan kematian. Penyakit ini dapat mempengaruhi paru-paru dan otak serta menyebabkan pneumonia, meningitis, kebutaan, dan kejang.

"Sangat penting bagi semua negara untuk bersiap melakukan deteksi dini dan respons tepat waktu terhadap wabah campak, yang dapat membahayakan kemajuan dalam eliminasi campak," tambah Kluge.

WHO mengatakan bahwa penurunan tingkat vaksinasi adalah penyebabnya, tetapi juga karena semakin banyak orang yang bepergian ke luar negeri setelah Covid-19, sehingga meningkatkan risiko penularan penyakit lintas batas dan penyebarannya di dalam komunitas.

WHO wilayah Eropa terdiri dari 53 negara, termasuk Rusia dan beberapa negara di Asia Tengah, dan 40 dari kasus campak yang terdaftar pada tahun 2023, katanya.

Rusia dan Kazakhstan merupakan negara terburuk dengan masing-masing 10.000 kasus. Di Eropa Barat, Inggris memiliki kasus terbanyak, yaitu 183 kasus.

Tingkat vaksinasi dosis pertama vaksin MMR, yang melindungi terhadap campak, turun dari 96 persen pada 2019 menjadi 93 persen pada tahun 2022 di seluruh Eropa. Serapan dosis kedua turun dari 92 persen menjadi 91 persen pada periode yang sama.

Sekitar 1,8 juta bayi di wilayah WHO di Eropa tidak menerima vaksinasi campak antara 2020 dan 2022.

Tingkat vaksinasi campak telah menurun di seluruh dunia.

Pada 2022, 83 persen anak-anak menerima vaksin campak pertama pada tahun pertama kehidupan mereka, naik dari cakupan 81 persen pada tahun 2021, namun turun dari 86 persen sebelum pandemi, menurut WHO.

Pada 2021, diperkirakan terdapat 128.000 kematian akibat campak di seluruh dunia, sebagian besar terjadi pada anak balita yang kurang atau tidak mendapatkan vaksinasi.(sumber: cnnindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami