search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Esensi Tri Hita Karana Menginspirasi dalam Diskusi di Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat
Sabtu, 9 Maret 2024, 18:03 WITA Follow
image

beritabali/ist/Esensi Tri Hita Karana Menginspirasi dalam Diskusi di Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Ketua PHDI Provinsi Bali, Nyoman Kenak memaparkan esensi konsep Tri Hita Karana dalam hindu saat hadir dalam diskusi aktivis lingkungan di Surabaya, pada 6 Maret hingga 8 Maret 2024.

Diskusi dengan format Focus Group Discussion (FGD) bertema “Identitas Agama dan Aktivisme Lingkungan: Aktor, Strategi dan Jaringan” ini merupakan bagian dari penelitian “Religious Environmentalism Actions (REACT)”.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Surabaya, 6-8 Maret 2024. 

"Kami paparkan tentang esensi Tri Hita Karana, astungkara nilai-nilai penyelamatan lingkungan dari Bali sangat diapresiasi dan menginspirasi pihak-pihak yang terlibat," ujar Kenak, saat diwawancarai Sabtu 9 Maret 2024. 

Salah satu konsep perlindungan alam yang menjadi kebiasaan umat Hindu adalah konsep Teba. Teba pun, kata Kenak, mengalami perkembangan seiring dengan kebutuhan umat, salah satunya diwujudkan dengan Biopori. 

"Pemasangan biopori sudah kami lakukan di lingkungan pribadi, maupun pura. Beberapa peserta bahkan ingin melihat langsung tentang Teba dan Biopori di Bali," tuturnya. 

Kenak bangga, majelis umat Hindu tertinggi, PHDI Provinsi Bali menjadi satu satunya perwakilan Bali dalam kegiatan tersebut. 

Meski acara digelar di tengah persiapan Nyepi, ia memberi prioritas, mengingat acara ini memiliki tujuan yang mulai sejalan dengan Dharma Agama dan Dharma Negara. 

Selain itu, ia melihat adanya esensi toleransi antar umat beragama dalam acara ini. Karena peserta datang dari berbagai organisasi lintas agama.

"Ini kami jadikan momen bagaimana Bali ikut menjaga keharmonisan antar umat manusia. Kami sangat apresiasi acara ini, sungguh luar biasa," sebutnya. 

Pengkajian pola perlindungan lingkungan ini, kata dia, akan terus berlanjut. Dan ia memastikan, Hindu akan menjadi bagian yang mendukung upaya tersebut. 

"Kami merasa terhormat, bila dilibatkan dalam upaya penyelamatan lingkungan ini. Dan saya pastikan, kami terbuka ketika Bali dijadikan percontohan dalam perlindungan alam," tuturnya.

Ia berharap sikap ini juga mendapat perhatian dan dukungan dari Pemerintah Daerah di Bali. Sehingga aksi dan hasil yang menjadi tujuan utama dapat tercapai dengan optimal.

Sementara Direktur Eksekutif PPIM UIN Jakarta, Didin Syafruddin, MA., Ph.D. menyebut bahwa kegiatan ini diikuti 91 peserta potensial. 

Mereka dipilih dari aktivis gerakan lingkungan berbasis kearifan lokal, keagamaan dan kepercayaan. Peserta terpilih antara lain Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA), Kader Hijau Muhammadiyah (KHM).

Generasi Muda Indonesia Bela Lingkungan Lembaga Dakwah Islam Indonesia (GEMILANG LDII), Bumi Langit Institute, MOZAIK, Yayasan Hadji Kalla, dan Yayasan Bina Bhakti Lingkungan.

Kristen Hijau, Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) NTT, Masyarakat Adat Dayak Iban Rumah Betang Sungai Utik Kalbar, dan Sanggar Hijau Indonesia.

Parisada Hindu Dharma (PHDI) Bali, Adat Musi Sulawesi Utara, Komunitas Adat Ammatoa Kajang SulSel, Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM), dan Komunitas Save Ake Gaale Malut.

Editor: Robby

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami