Penyebab Kematian Jasad di Pancasari Masih Diselidiki, Kondisinya Mengenaskan
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, BULELENG.
Jasad laki-laki tanpa identitas yang ditemukan di Hutan Lindung di Dusun Buyan, Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Senin (3/2/2025) masih menyisakan tanda tanya.
Saat ditemukan wajah korban tampak bengkak serta hidung dan mulut sedikit hancur. Selain kondisi tersebut, pada pemeriksaan medis yang dilakukan dr. Hafidah bersama Bidan Nyoman Madriani dari Puskesmas Sukasada II diperkirakan korban meninggal lebih kurang 8 jam dan tidak ada tanda kekerasan.
Di sisi lain muncul lebam di daerah punggung jenazah, mulut mengeluarkan darah kehitaman, keluar cairan pada telinga dan hidung serta mengalami pergeseran pada bahu kiri termasuk ditemukan lebam pada pinggang bawah.
Kepala Seksi Hubungan Masyarakat (Kasi Humas) Polres Buleleng, AKP I Gede Darma Diatmika menegaskan belum bisa memastikan penyebab kematian korban dan upaya penyelidikan masih dilakukan polisi termasuk melakukan pemeriksaan lanjutan di RSUD Buleleng.
“Setelah dilakukan pemeriksaan luar oleh tim medis selanjutnya korban dievakuasi oleh pihak PMI Buleleng untuk dibawa ke RSUD Kabupaten Buleleng guna dilakukan pemeriksaan lebih lanjut,” sebut Darma Diatmika.
Kasi Humas Darma Diatmika memastikan korban berjenis kelamin laki-laki itu berusia 50 tahun dan saat ditemukan menggunakan pakaian celana panjang jeans warna biru, baju kaos lengan panjang warna biru, tanpa alas kaki.
“Berperawakan sedang dengan tinggi sekitar 165 - 168 cm, kulit sawo matang, rambut hitam ikal dicukur secara tidak beraturan, ada tatto bagian punggungnya serta bekas luka lama pada bagian punggung,” sebut Darma Diatmika.
Untuk sementara, polisi sendiri belum memastikan penyebab kematian laki-laki bertatto pada punggung itu dan upaya penanganan secara medis masih dilakukan termasuk melakukan penyelidikan dan penyidikan.
Sebelumnya, mayat tanpa identitas tersebut pertama kali ditemukan Nengah Luyada (45) warga Dusun Wirabuana, Desa Gitgit. Saat itu, Luyada hendak memberikan makan pisang untuk kera yang ada disana, namun saat itu sejumlah kera bersuara keras hingga Nengah Luyada merasa ada keanehan.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/bul