Akun
guest@beritabali.com

Beritabali ID:


Langganan
logo
Beritabali Premium Aktif

Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium




Denpasar: Antara Kualitas Manusia Tinggi dan Kemiskinan yang Kian Menyempit

Rabu, 15 Oktober 2025, 10:59 WITA Follow
Beritabali.com

bbn/ilustrasi Freepik/Denpasar: Antara Kualitas Manusia Tinggi dan Kemiskinan yang Kian Menyempit.

IKUTI BERITABALI.COM DI GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Di tengah dinamika pembangunan perkotaan yang semakin kompleks, Kota Denpasar tampil menonjol. 

Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan dua capaian penting: kualitas manusia yang terus meningkat dan kemiskinan yang semakin menurun. Tren ini menjadi bukti bahwa pertumbuhan ekonomi kota tidak hanya menciptakan angka, tetapi juga memberi manfaat nyata bagi kesejahteraan warganya.

Kota Denpasar kembali menunjukkan performa pembangunan yang mengesankan. Dalam publikasi Statistik Daerah Kota Denpasar 2025 yang dirilis Badan Pusat Statistik, dua indikator penting yakni Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan tingkat kemiskinan bergerak ke arah yang semakin baik. 

IPM naik ke level 85,11, sementara tingkat kemiskinan turun menjadi 2,16 persen. Dua angka ini mungkin tampak sederhana, namun sesungguhnya menggambarkan kisah panjang tentang bagaimana kota ini berhasil menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan kualitas hidup warganya.

Peningkatan IPM menandakan kemajuan nyata di tiga dimensi utama: pendidikan, kesehatan, dan daya beli. Umur harapan hidup penduduk Denpasar kini mencapai 75,8 tahun, menandakan layanan kesehatan dan gaya hidup masyarakat yang semakin baik. Harapan lama sekolah meningkat menjadi 14,13 tahun dan rata-rata lama sekolah mencapai 11,53 tahun, mencerminkan semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan. 

Sementara itu, pengeluaran per kapita yang disesuaikan naik menjadi Rp 20,76 juta per tahun, menunjukkan peningkatan kemampuan ekonomi rumah tangga. Semua capaian ini menempatkan Denpasar sebagai kota dengan IPM tertinggi di Bali, dan termasuk kategori “sangat tinggi” di tingkat nasional.

Di sisi lain, penurunan tingkat kemiskinan menjadi 2,16 persen juga menjadi kabar baik yang tak kalah penting. Jumlah penduduk miskin kini hanya sekitar 23,2 ribu jiwa, berkurang sekitar empat ribu orang dibandingkan tahun sebelumnya. Lebih dari sekadar penurunan angka, kualitas kemiskinan pun membaik. 

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) turun tajam dari 0,36 menjadi 0,16, sementara Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) turun dari 0,08 menjadi 0,03. Artinya, penduduk yang tergolong miskin kini rata-rata semakin dekat dengan garis kemiskinan, menandakan perbaikan kesejahteraan yang lebih merata. 

Kondisi ini juga sejalan dengan pemulihan ekonomi pasca-pandemi, terutama di sektor tersier seperti pariwisata, perdagangan, serta akomodasi dan makanan-minuman, yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi kota.

Fenomena ini menunjukkan adanya hubungan erat antara peningkatan kualitas manusia dan penurunan kemiskinan. Ketika warga semakin berpendidikan dan sehat, mereka memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan berpenghasilan stabil. 

Daya beli yang meningkat menciptakan perputaran ekonomi baru yang menguntungkan pelaku usaha lokal. Sebaliknya, jika kualitas manusia stagnan, kemiskinan akan sulit diberantas meskipun ekonomi tumbuh. Denpasar berhasil menunjukkan bahwa investasi pada manusia—melalui pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi—adalah kunci utama menekan kemiskinan di wilayah perkotaan.

Meski demikian, capaian tersebut tidak boleh membuat pemerintah daerah berpuas diri. Tantangan baru sedang menanti. Garis kemiskinan yang meningkat menjadi Rp 862.522 per kapita per bulan menandakan biaya hidup di perkotaan yang terus naik. Hal ini bisa menjadi tekanan tersendiri bagi kelompok berpendapatan rendah, terutama mereka yang bekerja di sektor informal. 

Data BPS menunjukkan sekitar 43 persen tenaga kerja Denpasar masih berada di sektor informal, yang cenderung lebih rentan terhadap guncangan ekonomi. Dalam konteks ini, penguatan perlindungan sosial, pelatihan keterampilan kerja, dan dukungan terhadap UMKM menjadi sangat penting agar mereka tetap mampu beradaptasi dan bertahan.

Selain itu, pemerintah kota perlu memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang pesat tidak menciptakan ketimpangan baru. Inklusivitas harus dijaga agar semua lapisan masyarakat dapat menikmati hasil pembangunan. Program pendidikan vokasi dan literasi digital, pengembangan ekonomi kreatif, serta penyediaan perumahan layak dapat menjadi langkah konkret dalam menjaga keseimbangan antara kemajuan dan keadilan sosial. Di tengah pesatnya urbanisasi dan perubahan gaya hidup, memastikan setiap warga memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang adalah tantangan besar sekaligus ukuran keberhasilan pembangunan sesungguhnya.

Denpasar kini berada pada posisi yang strategis: sebagai kota dengan kualitas manusia terbaik di Bali dan tingkat kemiskinan terendah. Namun pekerjaan rumah masih banyak. Upaya mempertahankan momentum pembangunan manusia sekaligus memperluas dampak ekonomi ke kelompok rentan menjadi prioritas ke depan. 

Keberhasilan Denpasar menunjukkan bahwa pembangunan tidak harus diukur semata dari angka pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dari seberapa luas manfaatnya dirasakan masyarakat. Dengan arah kebijakan yang tepat, Denpasar berpeluang besar menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia: bahwa kesejahteraan sejati tercapai ketika kualitas manusia meningkat dan kemiskinan benar-benar menurun secara berkelanjutan.

Penulis 

Dr. Andri Yudhi Supriadi
Kepala BPS Kota Denpasar

Beritabali.com

Berlangganan BeritaBali
untuk membaca cerita lengkapnya

Lanjutkan

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/opn



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami