search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Sejarah Kelam G30S 1965 di Bali (8): Perseteruan Gubernur Sutedja dengan Wedastera Suyasa
Senin, 17 September 2018, 09:08 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Pada awal 1965, Universitas Marhaen di Singaraja kedatangan dosen tamu dri Jember yang bernama Utrecht. Profesor Utrecht menyampaikan keprihatinan soal maraknya aksi demonstrasi di Denpasar yang silih berganti dilakukan PNI dan PKI. Demonstrasi silih berganti ini dipicu oleh penangkapan seorang aktivis PNI, Wedastra Suyasa.
 
[pilihan-redaksi]
Penangkapan Wedastra Suyasa terjadi di Lapangan Puputan Badung, di tengah penyelenggaraan rapat akbar Front Nasional. Saat itu hadir ribuan massa dari semua partai Nasakom seperti PNI, PKI, Masyumi, NU, dan partai lainnya. Para pejabat panca tunggal mulai jaksa, hakim, polisi, panglima, gubernur, lengkap hadir di acara tersebut. Tujuan rapat untuk menggelorakan semangat ganyang Malaysia yang dianggap boneka Nekolim (Neokolonialisme) yang saat itu sedang dikobarkan Presiden Soekarno.
 
Yang pertama naik mimbar untuk berpidato adalah wakil PNI, sebagai partai terbesar pasca pemilu 1955. Wedastera Suyasa mewakili PNI naik ke podium. Dengan lantang Wedastera mulai berpidato. Saudara-saudara, kita satukan tekad mengganyang Malaysia! Tapi tahukah Saudara ada petani di Jatiluwih (Tabanan) yang kopinya belum matang untuk dipanen keduluan dipetik orang Nasakom BTI? Bulan Maret, Nyoman Gedur di Mendoyo Jembrana dibunuh, lalu di Klungkung I Parlemen dibunuh, pelakukanya adalah mereka yang mengaku paling revolusioner!
 
[pilihan-redaksi2]
Mendengar pidato Wedastera yang memerahkan kuping kader PKI, Gubernur Suteja segera naik ke atas panggung. Dia memperingatkan Wedastera dan mencoba menarik microphone dari tangannya. Terjadi saling tarik dan saling rebut di atas podium, sampai tentara turun tangan mendamaikan.
 
Setelah rapat itu, Wedastera langsung dibawa ke Kodam dan ditahan di penjara Pekambingan. Karena desakan massa PNI yang minta dia dibebaskan, Wedastera dikirim ke Jakarta menjadi tahanan Kejaksaan Agung. Tapi aksi demo di Denpasar tak juga mereda. Setiap hari pendemo berteriak Bebaskan Wedastera dan Ganyang PKI. Tak mau ketinggalan, keesokan harinya PKI pun membalas dengan aksi tandingan. (Tim Beritabali.com/Bersambung)

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami