search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
AMSI Sebagai Pemberi Informasi Berkualitas Tanpa Hoax
Kamis, 28 Oktober 2021, 13:25 WITA Follow
image

beritabali/ist/AMSI Sebagai Pemberi Informasi Berkualitas Tanpa Hoax.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) diharapkan mampu sebagai penyalur konten-konten berita yang berkualitas dan tentunya yang jauh dari informasi bohong atau hoax. 

Hal tersebut  diungkapkan oleh  Bendahara Umum AMSI, Mariadi dalam kegiatan Media Empowerment for Democratic Integrity and Accountability (MEDIA) TOR FGD on Quality Media Advertising Agency Bali di Baris Room, Grand Inna Bali Beach, Denpasar, Rabu (27/10). 

Kegiatan tersebut juga digelar dengan empat rangkaian, mulai dari Jakarta, Makasar, Surabaya, dan Bali. Sejak awal berdiri, keinginan tahun 2017 deklarasi AMSI harus menghadirkan media dengan konten berkualias tidak hoaks. 

"Melihat tingkat hoaks cukup parah. Hasil riset, media sosial mempunyai tingkat kepercayaan tinggi daripada media mainstream. Seiring pertumbuhan, masyarakat melihat media sosial banyak hoaks dan memverifikasinya di media mainstream," jelasnya. 

Dalam konteks yang lain, sejatinya iklan di media digital tumbuh pesat angkanya, yaitu menurut Mariadi data terakhir sampai Rp18 Triliun. Namun yang menikmati bukan media, lebih banyak OTT seperti google maupun youtube. Perkembangannya, media makin terdesak dengan iklan yang kecil dan pandemi. 

"Ketika pandemi, otomatis belanja-belanja iklan dikurangi oleh brand dan menyulitkan media. Persoalan penting, iklan tidak selalu menyasar media yang menjalankan dengan benar. Catatan dewan pers, jumlah media 43 ribu. Naik menjadi 75 ribu. Makin banyak media, persaingan makin ketat, terutama di traffic," sambungnya.

Ia juga menyampaikan banyak media tidak benar memproduksi konten dengan hak cipta, judul bombastis, hoaks, tidak pernah menguji informasi dan tidak sesuai kode etik. Banyak stakeholder harus melihat ini, bahwa bagaimana konten dihasilkan. 

Dalam kesempatan itu ia menyebutkan situasinya memprihatinkan. Sebab di sejumlah daerah ada laporan pemda memberi kerja sama bukan berdasarkan kualitas, hanya berdasarkan kedekatan. 

"Ini yang melatarbelakangi. Untuk memberi konten yang baik, mesti didukung pendapatan yang bagus. Pengeluarannya, poin-poin bagus, kedepannya membuat institusi atau lembaga yang bisa menjembatani," tandasnya.

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami