Pakar Sebut Situs Manusia Purba di Gilimanuk Istimewa
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, JEMBRANA.
Kerangka manusia purba atau manusia prasejarah Gilimanuk yang tersimpan di Univeristas Gajah Mada (UGM) diperkirakan berumur 2000 an tahun. Selain disimpan, kerangka tersebut digunakan sebagai objek penelitian.
Hal tersebut diungkapkan Dismas Rienthar Adhyaksa selaku Asisten Laboratorium Bioantropologi & Paleoantropologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta saat upacara pengabenan manusia purba di Gilimanuk, Senin (1/2/2024).
Baca juga:
Pengabenan Manusia Purba di Gilimanuk Dipuput Lima Sulinggih, Bakal Dibuatkan Gedong Purba
"Di Laboratorium Bioantropologi & Paleoantropologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta menyimpan kerangka manusia Gilimanuk dengan usia diperkirakan itu 2000 tahun yang jumlahnya 275 individu. Yang kami lakukan selain menyimpan dan mengkonservasi, kami juga melakukan penelitian terutama yang berkaitan dengan Paleoantropologi yaitu semacam studi ilmu yang mempelajari penyakit-penyakit yang ada di manusia-manusia purba," ucapnya.
Dikatakannya, kerangka manusia prasejarah Gilimanuk tidak hanya terdiri dari satu kelompok masyarakat, melainkan ditemukan sejumlah ciri-ciri berbeda pada kerangka yang diteliti.
"Di dalam situs Gilimanuk ditemukan berbagai variasi genetika yaitu mengindikasikan bahwa manusia-manusia yang di Gilimanuk yang dikuburkan disitu bukan berasal dari satu komunitas atau kelompok masyarakat saja. Kemungkinan itu berasal dari berbagai masyarakat di luar Gilimanuk. Dari indikasi itu, kami menginterpretasikan bahwa situs Gilimanuk itu boleh dibilang spesial, istimewa itu bisa karena disucikan atau memang cocok untuk penguburan," jelas Dismas.
Terkait dengan Upacara Ngaben Kusa Pranawa, Dismas mengapresiasi apa yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Jembrana. Hal ini menurutnya sebagai wujud penghormatan terhadap kerangka manusia prasejarah sebagai leluhur masyarakat di Gilimanuk.
"Jasad-jasad mereka yang telah meninggal, membantu kita belajar berbagai hal tentang evolusi, migrasi, forensik hingga status kesehatan masa lalu yang dapat menjadi rujukan kita untuk membangun masyarakat yang lebih baik. Sudah selayaknya kita menghormati dan memperlakukan jasad-jasad tersebut seperti manusia yang masih hidup," pungkasnya.
Editor: Robby
Reporter: bbn/tim