search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
MbS Minta Irak Bantu Atur Tatap Muka dengan Iran
Selasa, 31 Januari 2023, 14:35 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/MbS Minta Irak Bantu Atur Tatap Muka dengan Iran

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MbS) mendesak otoritas tinggi Irak untuk membantu merencanakan pertemuan antara pejabat Saudi dan Iran. Laporan ini muncul ketika belakangan Saudi mulai terbuka untuk kembali memperbaiki hubungan diplomatiknya dengan Iran yang terputus sejak 2016.

MbS meminta Irak menjadi perantara rencana pertemuan antara Menteri Luar Negeri (Menlu) Saudi Faisal bin Farhan Al Saud dan Menlu Iran Hossein Amir Abdollahian. Pertemuan itu disebut demi memulihkan hubungan diplomatik kedua negara.

"Mohammed bin Salman telah meminta otoritas tinggi Irak untuk mengatur pertemuan antara Menteri Luar Negeri Saudi Faisal bin Farhan Al Saud dan Menlu Iran Hossein Amir Abdollahian di Ibu Kota Irak, Baghdad," kata Menteri Luar Negeri Irak Fouad Hussein.

Diberitakan Tehran Times, Hussein mengatakan Saudi dan Iran sejauh ini sudah melakukan lima putaran pembicaraan tingkat keamanan di Baghdad, usai Irak menjadi mediator kedua negara sejak April 2021.

Menlu Saudi Faisal sebelumnya sempat menyatakan bahwa Riyadh saat ini mengupayakan mekanisme untuk berkomunikasi dengan Teheran sebagai solusi terbaik untuk menyelesaikan persoalan.

Dia mengatakan "ada jalan di luar argumen dan perselisihan tradisional menuju kemakmuran bersama", saat bicara dalam panel di Forum Ekonomi Dunia di Davos, 17 Januari lalu.

"Saya pikir semakin kita dapat menumbuhkan rasa kolaborasi di kawasan dan semakin banyak kita bisa bekerja sama, semakin kita bisa menghasilkan kemakmuran bagi masyarakat kita, serta untuk wilayah lokal kita dan sekitarnya," ujarnya.

Amir Abdollahian pun optimis pembicaraan antara Teheran dan Riyadh bisa menuju pemulihan hubungan diplomatik kedua negara.

"Kami siap untuk memulihkan hubungan, dan langkah seperti itu akan memberi efek menguntungkan bagi seluruh kawasan," katanya.

Sampai saat ini, pejabat Saudi belum menanggapi dan mengonfirmasi pernyataan Abdollahian ini. Sejak revolusi Iran berlangsung, relasi Teheran dan Riyadh memang terus mengalami pasang surut.

Iran di bawah kepemimpinan Ruhollah Musavi Khomeini sangat agresif lantaran hendak memperebutkan kepemimpinan dunia Muslim, menurut penulis Kim Ghattas di CSIS.

Khomeini mengerdilkan peran Saudi sebagai penjaga dua tempat suci Islam hingga membuat Riyadh terancam. Oleh sebab itu, Saudi mulai melakukan propaganda untuk melawan Iran.

Hubungan kedua negara itu juga buruk akibat perbedaan pandangan agama. Kepemimpinan Iran sendiri selama ini menganut aliran Muslim syiah, sementara Saudi menganut Islam Sunni.

Syiah merupakan pandangan yang dicap radikal dan sangat konservatif oleh kaum Sunni. Pandangan ini berbeda dengan Sunni Saudi yang dinilai lebih halus.

Persaingan antara kedua negara pun berubah menjadi permusuhan. Kedua negara memutus hubungan diplomatik pada 2016 menyusul serangan terhadap kedutaan Saudi di Teheran. Serangan itu terjadi setelah Saudi mengeksekusi seorang ulama Syiah, Sheikh Nimr al-Nimr.(sumber: cnnindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami