Melestarikan Wayang Sasak di Era Digital
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NTB.
Menghidupkan kesenian asli Indonesia seperti wayang di era digital saat ini, menjadi tantangan para pegiat wayang.
Memadukan wayang dan teknologi bisa membuka pasar penikmat sekaligus memelihara budaya. Terobosan inilah yang digunakan oleh para dalang Wayang Sasak, melalui Sangkep Berayan Festival, yang acaranya digelar secara virtual, Rabu (27/4).
Hadir sebagai tamu kehormatan acara Sangkep virtual Berayan Festival ini, Gubernur NTB, Dr Zulkieflimansyah. Menghadirkan perwakilan para dalang wayang Sasak dari semua kabupaten di Lombok, terungkap kendala dan tantangan wayang Sasak yang kelestariannya terancam tergerus oleh jaman.
Wayang Sasak bisa bertahan keberadaan, itu hanya karena dukungan semangat gotong royong (Berayan) yang dimiliki seniman pegiatnya.
Dalam masyarakat Sasak, arti Berayan adalah tradisi makan bersama, yang biasa dilakukan anak –anak di Lombok. Dalam tradisi ini, setiap anak akan membawa makanan (nasi dan lauk pauk) dari rumah masing-masing untuk dibagi ditukar dengan kawan mereka. Yang lebih memberi kepada yang kurang sehingga semua merasakan kebahagiaan yang sama. Semua merasakan kenikmatan berkumpul dan berbagi.
Fitri Rahmawati atau akrab disapa Pikong selaku penggagas Berayan Festival ini mengatakan, festival yang digagas Sekolah Pedalangan Wayang Sasak, mulai dijalankan sejak 2019. Dimulai dengan menggelar pertunjukan virtual wayang botol di tengah pandemi covid-19.
"Kegiatan ini melibatkan berbagai kalangan. Biaya besar sebuah Festival, bisa ditangani dengan Berayan," ujar Pikong yang juga wartawan ini.
Berayan kemudian berlanjut, dengan Gerakan Peduli Dalang Wayang Sasak. Berayan ingin mencari solusi bagi para dalang yang terdampak covid-19. Mereka tak bisa beraktifitas seperti biasa karena penerapan protokol covid-19. Berayan Festival tahun ini didukung oleh Gusdurian Peduli, Gerkan Islam Cinta, dan Kitabisa.com,
Ada tiga kelompok pedalangan yang terlibat dalam Berayan Festival kali ini, masing-masing Sanggar Jati Sware (Buwun Sejati, Lombok Barat), Sanggar Jayeng Smare (Batu Kumbung, Lobar), Sanggar Sekarang Dwijan (Terara, Lotim), dan Sanggar Anak Semesta.
Masing-masing Sanggar mendapat bantuan berupa HP. Dengan HP itu pada dalang dan kelompoknya dilatih untuk merekam aktifitas pedalangan mereka, dan membuatnya menjadi konten-konten kreatif di kanal media sosial mereka masing-masing, baik di youtube, Facebook maupun instagram.
"Berayan Festival juga merekam secara utuh pertunjukan tiga kelompok pedalangan sebagai sebuah proses pengarsipan pertunjukan wayang, untuk diunggah ke media sosial," kata Abdul Latief Apriaman, dari Bale Dalang Sasak, yang bertindak selaku moderator acara Sangkep Berayan Festival kali ini.
Abdul Latif Apriawan, pegiat budaya dari Bale Dalang mengatakan, selain Sekolah Pedalangan Wayang Sasak, komunitas wayang Sasak kerap menggelar pertunjukan dengan Berayan atau bergotong royong menyumbangkan sesuatu sesuai kebutuhan.
"Ada yang bawa soundsystem, alat perekam digital dan lain lain sehingga pertunjukan bisa terselenggara," jelasnya.
Adapula bantuan berupa alat perekam dan smartphone agar para dalang bisa membuat konten pertunjukan dalang atau seputar pedalangan untuk diunggah ke media digital Youtube dan lainnya. Hasilnya, pertunjukan wayang virtual salah seorang dalang bisa ditonton ribuan orang lebih banyak dari pertunjukan konvensional.
Kata Latief, untuk menjangkau publik yang lebih luas, yiga video pertunjukan para dalang dibubuhi terjemahan bahasa Indonesia. Setidaknya penonton yang tidak memahami bahasa Sasak, atau bahasa kawi, akan mengerti apa makna pertunjukan yang mereka tonton.
Sementara Sanggar Anak Semesta, yang terlibat dalam Berayan kali ini memproduksi film ; Wayang Maya dan Wayang Maye. Seluruh hasil Berayan dapat disaksikan di kanal YouTube: Sekolah Wayang Sasak.
Gubernur Zulkieflimansyah dalam sambutannya mengatakan, kampanye sosial seperti pernikahan dini, korupsi, kekerasan dan lain lain dapat disampaikan ulang dengan revitalisasi materi dan media. Memadukan wayang dan teknologi bisa membuka pasar penikmat sekaligus memelihara budaya.
"Wayang virtual ini bisa menjadi cara baru menyampaikan pesan yang berat dari pemerintah tapi juga memelihara budaya," ujar Gubernur Zul.
Zul sendiri mengakui, melalui media wayang juga dirinya bisa terpilih sebagai Gubernur NTB saat Pilgub. Karen dalam setiap kunjungan ke daerah untuk memperkenalkan diri, Doktor Zul menggunakan pentas wayang untuk menarik suara pendukungnya.
Sangkep atau pertemuan membahas eksistensi wayang di era digital dengan kearifan lokal Berayan menurut Zul adalah jalan keluar. Pertunjukan wayang sebagai kesenian dan budaya beserta geliat ekonomi di dalamnya memiliki peluang dikenal dunia. Untuk itu ia mengapresiasi para pegiat wayang untuk terobosannya menghidupkan wayang di era digital.
H Safwan, Kepala Sekolah pedalangan Wayang Sasak mengatakan, kesulitan yang dialami para pelaku wayang sama di Indonesia. Dengan adanya kreatifitas dalam melakukan pertunjukan sedikit banyak membantu para dalang dalam berkreasi dan berekspresi.
"Namun untuk kebudayaan, kita masih banyak membutuhkan orang orang yang peduli dengan wayang untuk regenerasi dan pelestarian," ungkapnya.
Wayang Sasak adalah kesenian wayang yang berasal dari Gumi Sasak, Lombok, Nusa Tenggara Barat, dan berkembang sekitar abad XVIII. Wayangnya terbuat dari bahan kulit dan tanduk kerbau, berbentuk dua dimensi, sama seperti wayang kulit purwa di Jawa.
Nama wayang Sasak sebenarnya adalah “Wayang Serat Menak Sasak”, tetapi lebih sering disebut sebagai “Wayang Sasak” yang juga mengacu pada suku Sasak sebagai pembuatnya.
Sumber cerita wayang sasak di Lombok berbeda dari wayang di Jawa dan Bali. Tokoh-tokoh ceritanya adalah para pahlawan Islam.
Umumnya cerita pewayangan Jawa (juga Bali) bersumber dari kisah Mahabharata dan Ramayana yang berasal dari India. Dengan tokoh seperti Arjuna, Bima, Semar, Petruk, Gareng, atau Bagong.
Untuk wayang sasak dari Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan tokohnya seperti Jayengrana atau Wong Agung Menak.
Wayang Menak umumnya berisi kisah-kisah Islam. Maklum, wayang sasak memang muncul di Lombok bersamaan dengan penyebaran Islam di wilayah tersebut.
Reporter: bbn/lom