search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Yowana Desa Adat Kerobokan Sepakat Tidak Nyomya Ogoh-ogoh
Jumat, 25 Februari 2022, 18:05 WITA Follow
image

bbn/Suara.com/Yowana Desa Adat Kerobokan Sepakat Tidak Nyomya Ogoh-ogoh.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BADUNG.

Desa Adat Kerobokan kompak tidak membuat dan mengarak ogoh-ogoh menjelang Hari Suci Nyepi bulan Maret 2022 mendatang.

Prayoga Mahardika Putra selaku Ketua Yowana Desa Adat Kerobokan menjelaskan, sebanyak 50 banjar adat di Desa Adat Kerobokan sepakat tidak Nyomya ogoh-ogoh.

Mereka mengkhawatirkan kerentanan pelanggaran protokol kesehatan sehingga berpotensi terhadap lonjakan COVID-19 dan terkena sanksi Satgas COVID-19.

"Kenapa sepakat menunda karena jujur saja, selain waktu izinnya sudah mepet persyaratan juga terlalu rumit, kami khawatir, ini menjadi tanggung jawab panitia, kalau ada pelanggaran kasihan ketua pemuda banjarnya. Ada oknum yang melanggar nanti bisa yang kena sanksi, itu yang dikhawatrikan, karena ada batasan dan rawan pelanggaran," kata Yoga dikutip dari suara.com, Kamis 24 Februari 2022.

Yowana dari setiap Sekaa Teruna Teruni (STT) atas kesepakatan bersama Penglingsir, Bendesa hingga Klian Desa memutuskan mengganti kegiatan ogoh-ogoh dengan kegiatan kreativitas lainnya yakni lomba penjor bulan April 2022 mendatang usai Nyepi.

"Kita siapkan solusi pengganti, dengan lomba penjor jadi di kawasan Kerobokan nanti akan penuh dengan hiasan penjor, ada lomba Fotografi, Videografi, TikTok, acaranya berpusat di Pura Desa lan Puseh Desa Adat Kerobokan," ujarnya.

Di samping itu, Yoga menjelaskan, dari 584 STT banjar di Badung, sekitar 66 STT telah menyatakan untuk ikut prosesi Nyomya di Wewidangan Banjar masing-masing.

"Mereka beberapa punya ogoh-ogoh stok lama, dengan keluarnya izin terbaru dari Gubernur Bali akhirnya ikut mengarak di banjar, kalau Kuta Utara dan Abiansemal informasi terakhir juga tidak buat," ujarnya.

Yoga selaku Ketua Yowana juga mendatangi tiap STT yang membuat ogoh-ogoh dengan memberikan support dalam menjalani Nyomya ogoh-ogoh dengan persayaratan yang diatur sedemikian rupa.

"H-7 kita kunjungi ke banjar kita bawa hand sanitizer dan masker, dari Petang ke Kuta Selatan," ucap dia.

Ketua Yowana yang berprofesi sebagai dokter itu juga memperjuangkan para STT banjar, baik yang ikut Nyomya maupun yang tidak berpartisipasi, untuk tetap mendapatkan dana kreativitas dari pemerintah sebesar Rp 10 juta untuk masing-masing STT.

"Teman yang sudah berjuang berusaha buat kita fasilitasi, teman-teman yang tidak buat juga kita fasilitasi kita pastikan mendapatkan dana kreativitas untuk mengganti kegiatan lain," tuturnya.

"Kami juga lobi ke pemerintahan dana ogoh-ogoh ke kreativitas, salah satunya untuk membuat aneka kegiatan seperti lomba ogoh-ogoh mini dan kegiatan terbaru pasca Nyepi," imbuh Yoga.

Yoga pun berkomunikasi dengan pimpinan kepolisian dari tingkat Polsek hingga Polda untuk bertukar informasi dan perkembangan di lapangan.

"Kita sharing data laporan perkembangan terkini ke kepolisian, sama-sama bertanggung jawab," ujar Yoga.

Ketua STT Satya Kencana, Banjar Tegallantang Kaja, Desa Adat Kerobokan, Gede Juliadi (32) mengkhawatirkan timbulnya kerumunan jika mengarak ogoh-ogoh meskipun di wewidangan banjar, meskipun dibatasi 25 peserta dan wajib swab antigen. Selain itu, kata dia, jika dibatasi 25 orang kurang euforia.

Sebab dari aturan pembatasan - pembatasan, meskipun yang hanya diperbolehkan mengarak hanya 25 orang, namun ogoh-ogoh di sisi lain bisa menarik perhatian masyarakat sekitar untuk menyaksikan yang ujung-ujungnya berpotensi terjadi kerumunan.

"Untuk tahun ini kami terlanjur tidak buat ogoh-ogoh karena peraturan berubah-ubah. Kita rapat terjadi kesepakatan, protokol ketat jadinya tanggung, euforia kurang dan tentu tanggung jawabnya besar sebagai panitia apabila terjadi pelanggaran prokes yang tidak dikehendaki sehingga sepakat tidak ikut Nyomya ogoh-ogoh," tutur dia.

Yoga dan anggota STT Satya Kencana terakhir membuat ogoh-ogoh di tahun 2020 lalu sebelum pandemi COVID-19 merajalela dan sudah tidak memiliki ogoh-ogoh karena telah dibakar tahun 2021 lalu saat masa pandemi COVID-19.

Sekali membuat ogoh-ogoh, dikatakannya menelan dana hingga Rp 40 juta, dan sebelum ada dana dari pemerintah tahun 2018 mereka mencari sumbangan ke usaha-usaha besar di seputar banjar.

"Kalau niat membuat pasti ada, tapi aturan berubah-ubah, dan waktu juga terus mepet, ya akhirnya legowo saja," pungkas dia.

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami