Seksologi

Minum Obat Kuat Tapi Gagal, Kelamin Tak Bisa Tegang

 Minggu, 29 Desember 2019, 13:15 WITA

beritabali.com/ilustrasi/net

IKUTI BERITABALI.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Beritabali.com, Denpasar. 

Tanya: “Dok, saya 50 tahun, istri 33 tahun. Setahun belakangan ini, hubungan seks yang saya lakukan bersama istri, tidak dapat saya nikmati. Saat akan melakukan hubungan seksual, kelamin saya tidak lagi bisa tegang, kalaupun tegang juga hanya bisa sebentar dan lemah sekali. Saya sudah minum berbagai obat kuat buat gangguan impoten, tetapi rupanya tidak banyak membantu. Saya kasihan dengan istri saya, jangan-jangan dia merasa tidak puas. Kira-kira bagaimana ini saya, dok?” (Pak Ngurah, Klungkung)

Jawab: Yang terjadi kemungkinan besar adalah kegagalan ereksi atau disfungsi ereksi, walau harusnya diagnosisnya mesti dipastikan lagi dengan sebuah konsultasi yang lebih cermat. Karena seringkali masih banyak masyarakat umum, bahkan pabrik obat yang menyebutkan gangguan seperti ini dengan sebutan impotensi, padahal istilah ini terlalu luas dan keliru. Jadi memang harus diperhatikan dan dipastikan dengan cermat, apakah ini benar disfungsi ereksi, atau mungkin juga ada penurunan dorongan seksual.

Disfungsi ereksi adalah kondisi saat laki-laki tidak dapat mencapai atau mempertahankan ereksi penis yang optimal untuk mencapai kepuasan seksual dalam hubungan seksual. Untuk mencari tahunya sebenarnya saat ini bisa dilakukan dengan mudah. Ada sebuah cara sederhana yang bisa diikuti, sebuah cara mengukur sederhana mengukur kekerasan ereksi penis yang disebut tes Erection Hardness Score (EHS). EHS ini mengelompokkan kekerasan ereksi dalam empat skala. Coba disimak keempat skala tersebut sekalian membandingkan dengan kondisi ereksi masing-masing:

Skala 1 : Saat ereksi, penis membesar namun tidak mengeras, kalau diraba atau dipencet terasa serupa tape singkong. Disfungsi ereksi dalam skala ini termasuk gangguan ereksi derajat berat.

Skala 2 : Penis terasa keras namun tidak cukup keras untuk penetrasi dalam hubungan seksual, kalau diraba atau dipencet terasa seperti pisang yang sudah dibuka kulit buahnya. Disfungsi Ereksi skala ini terbilang moderat, penis membesar namun tidak cukup keras.

Skala 3 : Penis cukup keras untuk penetrasi namun benar-benar keras, teraba seperti sosis. Walaupun masih bisa melakukan hubungan seks, ereksi yang dirasakan tetap tidak optimal. Sering kali disfungsi ereksi di skala ringan ini tidak disadari laki-laki.

Skala 4 : Saat ereksi, penis keras seluruhnya dan tegang sepenuhnya, seperti buah ketimun. Ereksi terasa optimal dan saat penetrasi akan terasa maksimal sehingga hubungan seksual terasa memuaskan.

Laki-laki dengan EHS skala 4 tentu saja dapat lebih menikmati hubungan seksual dan lebih merasa puas. Pasangan seksual pun merasakan kepuasan saat berhubungan seksual. Selanjutnya memiliki dampak kualitas hidup lebih baik dan lebih memiliki pola pikir positif dalam hidupnya. Juga merasakan lebih optimis dengan hubungannya bersama pasangan, memiliki kestabilan dan keimbangan hidup serta memiliki keyakinan untuk maju dan berhasil dalam hidup. Yang perlu diperhatikan juga adalah bahwa tidak hanya laki-laki yang menginginkan ereksi lebih optimal. Perempuan pasangannya juga ingin meningkatkan kepuasan seksual, dengan ereksi suami yang lebih optimal.

Perlu sekali memperhatikan apa saja penyebab gangguan seksual yang memungkinkan menjadi penyebab atau pemicunya. Mulai dari problem psikis seperti: 1) Stres, bisa karena pekerjaan, kemacetan lalu lintas atau problem lain. Bila ternyata pasangan sendiri juga ikut menambah ketegangan, ini akan memperburuk komunikasi seksual. 2) Tidak percaya diri, misalnya pasangan lebih kaya, berpenghasilan lebih besar, atau selalu memandang rendah si laki-laki. Atau justru karena pernyataan-pernyataan yang merendahkan seperti mempermasalahkan ukuran penis yang kecil dan sebagainya. 3) Perselingkuhan, yang mungkin terjadi atau sekedar perkiraan saja akan mempengaruhi komunikasi dan hubungan seksual di anatara kedua pasangan. 

Sedangkan beberapa penyebab fisik yang dapat mengakibatkan disfungsi seksual dan ikut berkontribusi membuat ereksi tidak optimal antara lain : 1) Kelelahan, yang bisa menyebabkan aliran darah terganggu, 2) Penyakit, misalnya kencing manis dan kolesterol tinggi, 3) Merokok, di mana nikotin yang terserap oleh darah akan dapat menyebabkan gangguan pembuluh darah, penyumbatan pembuluh darah, termasuk penyumbatan pembuluh darah dalam penis. Juga obatan-obatan tertentu juga dapat menyebabkan disfungsi ereksi. Demikian pula kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol dan makanan yang mengandung kolesterol tinggi dapat menyumbat pembuluh darah.

Jika sudah mulai mengalami gangguan ereksi yang tidak optimal, prinsip utamanya sebenarnya adalah semakin awal dikonsultasikan dan dicari penyebabnya maka akan menjadi semakin lebih cepat sembuh. Jangan mencoba menggunakan obat yang tidak jelas atau malah praktik-praktik berbahaya seperti menyuntikkan penis dengan bahan-bahan tertentu misalnya.

Demikian juga, walaupun obat yang diminum itu dijanjikan dan ditujukan buat mengobati gangguan fungsi ereksi, bukan berarti obat itu digunakan begitu saja lalu pasti menimbulkan ereksi. Ada syarat tertentu dalam penggunaan obat itu agar memberikan hasil yang diharapkan. Ada beberapa kemungkinan mengapa seseorang tidak merasakan manfaat setelah menggunakan obat tertentu. Pertama, tidak jelas gangguan fungsi seksual apa yang sesungguhnya dialami, sehingga belum tentu obat itu tepat untuk masalahnya. Kedua, andaikata benar mengalami gangguan fungsi ereksi, apa yang menyebabkan dan seberapa parah gangguan yang diakibatkan. Ketiga, andaikata memang memerlukan obat itu, apakah dosis dan cara penggunaannya sudah benar. Nah, satu lagi yang terpenting adalah apakah obat yang digunakan itu benar-benar punya efek, punya manfaat atau malah sering kali obat itu bukan obat asli, bahkan oplosan.

Tidak semua gangguan ereksi dikarenakan oleh penyebab yang sama. Dalam kasus ini juga, jika dilihat dari usia, ada kemungkinan juga mengalami hambatan dorongan seksual karena mulai terjadi penurunan hormon testosteron, yang selanjutnya akan mengalami gangguan ereksi juga. Kalau ini yang terjadi, gangguan ereksinya tidak akan dapat diatasi dengan obat untuk disfungsi ereksi saja.

Jadi, agar bisa pulih kembali, segeralah melakukan konsultasi yang benar. Untuk dipastikan gangguan fungsi seksual apa yang sebenarnya yang dialami, apa penyebabnya, apa obat yang sesuai dan bagaimana kemungkinan keberhasilan pengobatan. Sebaiknya memang tidak dibiarkan lebih lama lagi agar tidak menimbulkan akibat lebih buruk, termasuk buat pasangan.

Penulis : bbn/oka



Berita Beritabali.com di WhatsApp Anda
Ikuti kami




Tonton Juga :





Hasil Polling Calon Walikota Denpasar 2024

Polling Dimulai per 1 September 2022


Trending