Eksekusi Kampung Bugis Pulau Serangan berlangsung ricuh. [ist]
Menurut penjelasan Kapolresta
Denpasar Kombes Pol Hadi Purnomo, sebenarnya eksekusi sudah sempat dilakukan dua kali, yakni pada 2014 lalu.
Namun, eksekusi gagal dengan alasan pihak termohon mengajukan Peninjauan Kembali (PK) ke
Mahkamah Agung. Pada eksekusi kali ini pun, dijelaskan bahwa
polisi sudah melakukan pendekatan kepada warga kampung Bugis.
"Sudah 5 kali kami melakukan pendekatan kepada warga dan juga mediasi, setelah turunnya PK," kata Kombes Hadi, Selasa (3/1) kemarin. Mantan Kapolres Gianyar ini menjelaskan, dalam eksekusi tersebut terjadi perlawanan dari warga dan sudah diprediksi aparat kepolisian. Sehingga pihak kepolisian mengerahkan personel lengkap dalam pengamanan tersebut.
Namun, meskipun ada perlawanan, polisi tidak menggunakan senjata api dalam mengamankan protes massa dan mengantisipasi aksi yang menjurus brutal."Protap yang ada penindakan eskalasi, tidak menggunakan senjata api" ucapnya.
Selama berlangsung, Kombes Hadi mengakui pihaknya juga menyiapkan sniper dalam memantau kondisi massa.Seperti yang diketahui, kericuhan terjadi akibat eksekusi tanah dan bangunan seluas 94 are di Kampung Bugis Pulau Serangan yang dimenangkan pihak pemohon, Hj.Maisarah. Ribuan aparat kepolisian yang mengamankan jalannya eksekusi pada Selasa (3/1) pagi.
Bentrok dengan warga setempat pun tak dapat dihindari. Akibatnya, Sejumlah warga luka-luka dan satu anggota Brimob tertembus panah dibagian paha kirinya.