Dewa Sastrawan Jadi Korban Kebrutalan Polisi
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Korps Direktorat Reskrim Polda Bali tercoreng. Penangkapan Dewa Gede Sastrawan alias Dewa Dawan, dinilai masyarakat sebagai tindakan yang arogan. Pasalnya, korban disiksa seperti binatang, tangan diborgol, mata ditutup, diseret ke pantai dan kepalanya direndam ke air.
Kepada Beritabali.com, Dewa Sastrawan menceritakan, dia dijemput paksa dari rumahnya di Jalan Kaliasem 1 Gianyar, oleh polisi yang mengendarai 2 mobil. Didalam mobil, korban ditutup matanya, tangannya di borgol, bagaikan seorang penjahat kelas kakap. Menurut korban, peristiwa penjemputan hingga penyiksaan berlangsung sekitar pukul 16.15 Wita,
“Saya lagi duduk santai bersama anak, adik misan dan seorang warga yang sedang keramas. Polisi datang dengan 2 mobil, empat polisi masuk,” bebernya. Didalam perjalanan, tangan korban diborgol, matanya ditutup dengan plester. Kemudian mobil dilarikan ke arah pantai Masceti Gianyar.
“Mobilnya lewat Polres Gianyar, langsung ke arah timur patung Arjuna Tegal Tuguh (By Pass Ketewel, red),” beber korban. Tiba di pantai Masceti, korban dipaksa keluar mobil dan digebuki. Sesekali petugas memukul kepalanya dari arah belakang. “Saya coba tanya kenapa saya ditangkap, apa salah saya. Tapi mereka paksa saya mengakui membunuh IB Anom Wijaya. Mereka mengatakan saya dari keluarga preman,” katanya.
Lantaran tidak mau mengaku, petugas kesal, pukulan keras bersarang di pipi kanannya. Adik bungsu dari seorang tokoh preman ini, diseret ke pantai dan dibuang ke dalam air.
Polisi lantas menyuruh korban membuka baju dan celananya. Sehingga tinggal kolor korban saja yang melekat. Disinilah petugas melampiaskan amarah dengan menendang, memukul bahkan menjambak rambut korban. Petugas terus mendesak agar korban mengakui perbuatannya. Tapi korban tetap memilih diam.
Tragisnya, emosional petugas semakin tidak terkendali. Wajah korban direndam ke air menurut hitungan detik. Lalu diangkat. Petugas tidak menyerah, terus menanyakan keterlibatan pembunuhan yang menurut korban tidak pernah dilakukannya. “Saya tidak ingat berapa kali saya digituin (direndam, red). Perut saya sakit ditendang pakai kaki, kepala saya pusing karena dipukul. Polisinya kasar-kasar,’ imbuhnya.
Dawan juga manusia. Disiksa seperti itu, lama-lama tidak tahan juga. Dia terpaksa mengaku, kalau punya teman bernama Rinten, teman Burik, yang tewas dibantai di kawasan Bung Tomo Denpasar. “Saya sudah tidak tahan dipukuli. Saya ucap saja nama Rinten. Dia temannya Burik. Kasihan Rinten dia tidak tau apa-apa,” cetusnya.
Reporter: bbn/bgl