Kesulitan Air, Menggelandang Ke Jembrana
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, JEMBRANA.
Musim kemarau berkepanjangan rupanya sangat menyulitkan bagi sebagian masyarakat Bali, utamanya penduduk Desa Pedahan, Kubu, Karangasem. Pasalnya, air yang menjadi sumber kehidupan sangat sulit diperoleh bahkan mereka harus rela berjalan kaki beberapa kilometer agar mendapatkan air bersih untuk kehidupan sehari-hari. Tanah pertanianpun tidak mampu memberikan hasil guna menyambung hidup mereka sehari-hari.
Berbekal alasan tersebut, 20 orang penduduk desa di kabupaten ujung timur Pulau Bali datang ke Jembrana tanpa tujuan dan pekerjaan yang jelas sehingga mereka akhirnya terpaksa mengemis dan menggelandang. Upaya mereka mengemis dan menggelandang di Jembrana terhenti ketika Sat Pol PP Jembrana menciduk mereka di emperan toko sebelah utara Terminal Negara, Kamis (16/4) malam ketika mereka sedang menikmati waktu beristirahat.
Ke-20 orang tersebut 11 orang diantaranya masih berusia anak-anak, bahkan 3 diantara anak-anak tersebut berusia balita. Kasat Pol PP Jembrana, I Ketut Wiratma, ketika dikonfirmasi, Jumat (17/4) mengungkapkan pencidukan ini berawal dari pengaduan masyarakat yang merasa terganggu dengan kehadiran puluhan gepeng ini. “Menerima pengaduan masyarakat tersebut, kita langsung turunkan anggota untuk mengamankannya ke kantor,” kata Wiratma.
Ditambahkan Wiratma, mereka terpaksa diamankan karena telah melanggar Perda 5 Tahun 2007 tentang Kebersihan dan Ketertiban Umum di Kabupaten Jembrana. “Setelah kita bina, nanti kita pulangkan ke daerah asal mereka. Saat ini kita masih lakukan koordinasi dengan pihak Dinas Kessos terkait dengan pemulangan tersebut,”
terangnya.
Sementara itu, I Wayan Restiti (40), satu-satunya lelaki dewasa dalam rombongan gepeng tersebut, Jumat (17/4) mengungkapkan kalau mereka sudah sejak 2 hari tinggal di Jembrana tanpa tujuan dan pekerjaaan yang jelas.
“Dua hari lalu kami datang ke Jembrana naik bus Adi Jaya. Saya bayar Rp. 20 ribu. Selama di Jembrana saya tidur di emper toko sebelah utara terminal,”ujarnya. Menurut bapak empat anak ini, kedatangan mereka ke Jembrana lantaran di daerahnya, mereka sudah tidak menemukan lagi pekerjaan yang mampu menghidupi mereka dan keluarganya.
“Jangankan pekerjaan, air saja susah apalagi musim kering seperti ini. Kami harus rela berjalan kaki beberapa kilometer untuk mendapatkan air. Kadang-kadang kami terpaksa membeli air untuk keperluan minum, masak dan mandi,”katanya.
Sedangkan tanah pertanian yang menjadi tumpuan hidup mereka sudah tidak dapat diandalkan lagi untuk menyambung hidup sehari-hari. “Yang ada hanya tanaman tahunan di tanah pertanian kami sehingga penghasilan untuk hidup sehari-hari, kami tidak punya,” ungkapnya.
Reporter: bbn/dey