search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Ketinggian Patung Dewa Siwa di Lereng Batukaru
Sabtu, 26 Juni 2010, 11:55 WITA Follow
image

Beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, TABANAN.

Desa Pujungan, Kecamatan Pupuan selain terkenal dengan penghasil perkebunan seperti kopi dan cengkeh. Desa yang berada di sebelah barat kaki Gunung Batukaru ini juga memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi kawasan spiritual

Salah satu kawasan spiritual yang dapat dijumpai di atas Desa Pujungan adalah Dukuh Gedong Batukaru. Di kawasan spiritual yang berada di ketinggian 1150 meter dari permukaaan laut ini dapat dijumpai Patung Dewa Siwa setinggi empat meter.

Kini, kawasan yang dibangun oleh petani asal Desa Pujungan I Wayan Sutarjana, sering dijadikan tempat meditas. Tidak hanya oleh krama Bali, kawasan yang berada 2 km di bawah dari pucak Gunung Batukaru tersebut juga, sering didatangi para penekun spritiual dari luar Bali dan luar negeri, seperti Prancis dan Amerika.

Jalan menuju kawasan Dukuh Gedong Batukaru tidaklah sulit. Dari Desa Pujungan mengambil jalan menuju arah pucak Gunung Batukaru. Jalan menanjak sepanjang kurang lebih 3 Km ini dapat dilalui dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Kondisi jalannya cukup bagus karena sudah diaspal, sehingga butuh waktu kurang lebih lima menit sudah tiba di ujung jalan yang beraspal. Kendaraan bisa diparkir di areal ini karena cukup luas mampu menampung beberapa kendaraan.

“Biasanya kalau kita mendaki ke Pucak Batukaru, kendaraan kita parkir disini,” jelas I Gede Rima Yasa tokoh masyarakat Desa Pujungan yang mengatarkan ke kawasan Dukuh Gedong Batukaru.

Setelah kendaraan diparkir, jalan setapak menyambut dengan pepohonan hutan yang masih perawan di sebelah kanan. Menyusuri jalan setapak kurang lebih sepuluh meter. Kemudian ketemu jalan sepaan dua.

“Kalau kita jalan lurus sekitar 2 km lagi sudah sampai Pucak Gunung Batukaru,” kata I Wayan Sutarjana yang menyambut di bibir jalan bersepak dua. Ia kemudiaan menunjukkan arah menuju Dukuh Gedong Batukaru. Ia kemudian mengajak berjalan berbelok kiri.

Menyusuri jalan setapak yang dipehuni dengan pohon kopi yang siap dipanen dua bulan kedepan. Sebelum memasuki areal spiritual, terlebih dahulu melewati pintu bambu yang menyerupai portal.

Tak jauh dari pintu gerban bambu sekitar sepuluh meter di depan, sudah tampak patung Dewa Siwa berwarna putih duduk bersila beralaskan kepala Singa lengkap dengan senjata.

Patung Desa Siwa yang menghadap ke barat daya itu juga dilengkapi seekor ular cobra. Selain Patung Dewa Siwa dibagian bawah juga terdapat Patung Dewi Sri dan Patung seorang yogi sedang khusuk bertapa semadi.

Sementara itu di bagian barat areal patung terdapat satu bangunan berbentuk lumbung padi. Hamparan pemandangan luas terlihat dari bagunan yang terbuat dari kayu dan beratap ijuk itu.

“Kalau cuaca cerah dari sini dapat kita lihat tujuh Gunung yang ada di Jawa, termasuk Gunung Semeru,” jelas Sutarjana mengawali pembicaraan.

Diceritakannya, awal mulanya membangun tempat meditasi patung Dewa Siwa semenjak Ia mendapatkan Pretima (Arca-red) Dewa Siwa. Arca Dewa Siwa yang terbuat dari perunggu itu ditemukannya tahun 1993 silam.

Kala itu ia disuruh menggarap lahan milik temannya. Saat itulah ia mendapatkan arca tersebut. Setelah menemukan Arca Dewa Siwa yang menurutnya berkah luar biasa itu, kemudian timbul niatnya membangun Patung Dewa Siwa di tempat ditemukan arca tersebut.

“Saya juga tidak mengerti kok bisa membeli tanah ini dan memilikinya,” jelasnya keheranan. Saat itulah keinginannya semakin kuat untuk membuat patung Dewa Siwa seperti yang ada di Arca yang didapatkanya. Ia yang menekuni dunia spiritual dan meditasi sejak usia muda, kemudian memutuskan membangun Patung Dewa Siwa.

Pembangunanya pun dimulai dari tahun 2008 lalu. “Keinginan kuat membangun tempat meditasi ini juga didasari wangsit dari Tuhan dalam manispestasinya sebagai Dewa Siwa,” jelasnya.

Kejadian aneh pun mulai dirasakannya, saat pertama meletakan dasar batu untuk mengawali pengerjaaan. “Belaui (Dewa Siwa) pas berada di atas berputar putar saat batu pertama akan diletakan,” katanya mengisahkan.

Ditambahkannya, pengerjaan patung Dewa Siwa beserta yang lain hanya dikerjakan oleh lima orang dan mampu diselesaikan dalam waktu yang tidak begitu lama . Setelah pembangunan Patung Dewa Siwa rampung, Ia kembali mendapatkan pawisik untuk membuat patung Seorang Yogi sedang bertapa.

“Pembuatannya tidak ada masalah semuanya lancar-lancar saja,” jelasnya. Setelah areal ini selesai dibangun, Ia pun heran entah dari mana para pengunjung yang ingin bermeditasi berdatangan. Tidak saja dari Bali tapi dari Jawa, Jakarta, bahkan dari luar negeri banyak yang datang ingin bermeditasi disini.

“Menurut pengakuan mereka yang datang kesini, mereka belum tahu sebelumnya tempat ini. Namun karena ada sebuah kekuatan besar sehingga mereka sampai disini dan melakukan meditasi,” jelasnya keheranan.

Ia pun menegaskan tempat meditasi ini bukanlah untuk dikomersilkan. “Siapa pun boleh datang kesini untuk meditasi, kalau orang Hindu ya minimal membawa canang, biasanya kalau orang yang belum tahu cukup datang saja dan mereka saya silahkan meditasi sendiri,” tambahnya.

Ditegaskanya lagi, tidak ada pemangku atau pemimpin saat melangsungkan meditasi. Ia menyerahkan kepada masing-masing yang datang melakukan meditasi asalkan dengan tertib dan tidak melakukan hal-hal yang tidak patut. Bagi wanita yang sedang datang bulan, Ia pun melarang tidak boleh masuk ke lokasi.

Beberapa orang yang datang dan melakukan meditasi di tempat yang disebutnya Dukuh Gedong Batukaru sempat menawarinya bantuan dana. Namun dirinya belum berani merima karena selama ini dana pembangunan tempat tersbut murni dari dirinya sendiri.

 

“Ada banyak yang ingin menyumbang, bukannya saya sombong mungkin karena sudah diatur oleh Beliau (Dewa Siwa) sehingga pembangunanya lancar sampai sekarang,” tegasnya.Dirinya pun berkeyakinan tempat Dukuh Gedong Batukaru menjadi pusat sepiritual dan meditasi dunia. “Semua ini kami lakukan untuk mengabdi kepada Tuhan, karena ini merupakan tugas yang harus dikerjakan,” pungkasnya. 

Reporter: bbn/nod



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami