search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Duta Seni Denpasar Tampilkan Barong Tantri
Minggu, 26 Juni 2011, 19:53 WITA Follow
image

beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Parade "Ngelawang" atau penampilan kesenian barong berkeliling kompleks Taman Budaya Denpasar menjadi satu dari lima agenda Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-33 pada 2011 yang memasuki hari ke-17, Minggu (26/6).

Duta seni yang tampil dalam parade "Ngelawang" dari empat kabupaten/kota yang meliputi Kota Denpasar, Kabupaten Jembrana, Kabupaten Badung, dan Kabupaten Karangasem. Pementasan keliling di pusat kesenian Bali, mulai pukul 11.00 hingga 13.00 WITA.

Duta Seni Denpasar menampilkan Barong Tantri yang mengangkat judul provokasi patih Sambada yang di bawakan sekaa ngelawang , Yonggy Swara, Kelurahan Pemecutan Kecamatan Denpasar Barat.

Putu Suarjana penggarap tabuh ditemui di sela-sela penampilan mengatakan untuk penampilan Duta Seni ngelawang Kota Denpasar melibatkan 60 orang sekaa.

Penampilan Duta Denpasar kali ini sedikit berbeda dari yang lainnya karena para penari langsung berbicara tanpa melalui
dalang.

”Kita mamang ingin tampil beda sehingga penampilan Duta Denpasar menjadi daya tarik sendiri,” ujar Suarjana.

Dalam parade ngelawang ini Suarjana mengaku melibatkan sekaa anak-anak mulai dari penabuh hingga penari. Terkait dengan cerita barong Tantri, Suarjana menambahkan pada cerita ini dikisahkan kehidupan di tengah hutan dimana terdapat singga sebagai raja hutan dan lembu sebagai penasehat.

Dalam cerita ini ada patih Sembada yang merupakan seekor anjing yang telah membuat provokasi agar raja hutan dengan penasehatnya berkelahi. Hal ini dengan harapan patih Sembada dapat menikmati daging singa dan lembu lejat.

Raja hutan dan penasehat terprovokasi oleh patih Sembada akhirnya terjadilah peperangan yang mengakibatkan keduanya mati. Patih sembada dan anak-anaknya sangat senang melihat raja hutan dan penasehatnya mati kemudian mereka mamakan daging keduanya dengan lahap. Saking rakusnya patih Sembada dan anak-anaknya kekenyangan hingga akhirnya merekapun mati semua.

Dari kisah tersebut muncul pesan apapun yang dilakukan secara tidak benar atau berlebihan pasti hasilnya kurang baik.

Tradisi kesenian "Ngelawang" yang diwarisi secara turun temurun biasanya dilakukan umat Hindu Bali pada hari Raya Galungan yang dimaknai sebagai hari kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (keburukan), yang jatuh setiap enam bulan sekali.

Ngelawang bermakna untuk mengusir roh-roh jahat, menolak segala jenis penyakit yang mengganggu kehidupan manusia, termasuk secara niskala mengusir orang-orang yang bermaksud jahat, mengganggu keamanan Bali.

 



Pementasan di masing-masing pekarangan rumah penduduk itu, selain menyuguhkan hiburan, juga diyakini dapat memberi vibrasi kesucian, sehingga penduduk terhindar dari marabahaya dan penyakit. 
 

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami